Tadinya lusa update ini cerita, tapi oknum Park Jongseong malah up short cover First Love sambil gitaran. 😭
"Adek, jangan lupa bawa beberapa jaket!"
"Adek, di sana pasti banyak nyamuk. Bawa lotion anti nyamuk."
"Adek, bajunya udah siap semua?"
Jayden menghela napas pelan. Sejak tadi sang mama sibuk mondar-mandir mengecek perlengkapan pribadinya selama berkemah. Padahal Jayden saja masih bersantai.
"Udah semua, Ma. Kan Mama sendiri yang siapin."
Kemarin lusa ia telah meminta izin pada kedua orang tuanya. Meski mereka sempat tak mengizinkan, begitupun dengan Mahesa. Namun begitu ia mengatakan perkemahan ini wajib, mereka tak bisa lagi melarang.
"Sabar, Adek. Mama saking sayangnya sama kamu tuh."
Mahesa yang duduk di samping adiknya pun ikut mengamati sang mama yang sibuk menyiapkan perlengkapan yang akan dibawa Jayden besok pagi. Jayden yang mendengar ucapan Mahesa pun tak mampu menahan senyum. Cowok itu merasakan hatinya menghangat.
Aku harap akan kayak gini terus, Kak.
Jayden kembali melihat Joana yang kini melangkah ke arahnya. Wanita itu menyunggingkan senyumnya pada kedua putra kebanggaannya. Ia mendaratkan tubuhnya di antara Jayden dan Mahesa.
"Kalau udah sampai di sana, kabarin kita ya, Dek."
Jayden mengangguk. Matanya terpejam sebentar saat Joana mendaratkan kecupan sayang pada keningnya. Malam ini memang dingin, namun suasana hangat mendominasi. Meski sang papa masih belum pulang kerja, namun perhatian mamanya pun telah mampu membuat bibir itu tak berhenti mengulas senyum.
Tuhan, aku pengin sembuh. Aku belum ikhlas ninggalin mereka.
Hati Mahesa kini tak tenang seiring dengan intensitas rasa sakit yang semakin sering menyerangnya. Organ tubuhnya yang rapuh itu telah bekerja sekuat tenaga sejak ia bayi. Paru-paru itu cepat atau lambat akan semakin rusak.
"Kak, lo kenapa? Sakit?"
Mahesa terkesiap. Ia baru sadar sejak tadi tengah melamun. Pandangan Joana pun langsung terfokus pada si sulung. Tak dapat dipungkiri, gurat khawatir yang terlukis di wajah mama dan adiknya membuat hati Mahesa seolah remuk.
"Enggak, kok. Kakak cuman ngantuk," Mahesa berpura-pura menguap. "Mama, Kakak mau ke kamar buat tidur. Dek, ayo anter Kakak."
Mahesa berhasil mengelabui kedua orang yang ia sayang. Tak ada lagi raut khawatir pada wajah mereka. Hal itu membuat Mahesa menghela napas lega. Biarlah ia mengurangi beban keluarganya dengan tetap berusaha terlihat sehat.
***
Jayden berbaris paling depan memimpin kelompoknya. Sang pembina pramuka tengah memberi arahan untuk jalannya perkemahan ini. Matanya tampak fokus sembari memasang telinga dengan lebar mendengar arahan. Ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan selama kegiatan kemah, seperti senam setiap pagi, hasta karya, jelajah alam, api unggun, beberapa lomba, dan jerit malam.
"Jadi udah paham semua?"
Semua siswa yang ada di lapangan dari bumi perkemahan kompak menyahut paham. Lantas mereka dibubarkan untuk langsung mendirikan tenda masing-masing. Beruntung Jayden mendapat anggota yang bisa diajak kerjasama. Tenda yang cukup besar itu berdiri kokoh, sangat pas ditempati oleh keenam anggotanya.
"Kalian istirahat aja. Capek kan? Biar gue sama Arif yang masak."
Sebelumnya, Jayden telah berdiskusi untuk tugas masing-masing. Dan Jayden bersama satu teman sekelompoknya mendapatkan tugas memasak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Pain [END]
Teen FictionJika memang hadirnya tak ada artinya, lantas untuk apa dia hidup? Jayden hanyalah seorang anak yang tak pernah dilahirkan hanya untuk menjadi yang kedua. "Sat, gimana rasanya dipeluk sama mama lo?" "Rasanya nyaman dan hangat lah. Bukannya lo sering...