Kemenangan yang Tak Disambut

3K 157 28
                                    

Suara bising yang menggelora di sebuah lapangan basket indoor tak membuat para pemain yang kini sedang berkompetisi merasa terganggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara bising yang menggelora di sebuah lapangan basket indoor tak membuat para pemain yang kini sedang berkompetisi merasa terganggu. Justru sorakan semangar dari para penonton membuat semangat mereka kian membara. Tak terkecuali Jayden yang tampak fokus men-dribble bola untuk mencetak skor untuk timnya.

"JAY!"

Mengerti maksud kode teman satu tim yang menanggil namanya, Jayden dengan gesit terus mend-dribble melewati lawannya. Tanpa menunggu lama lagi, pemuda tan itu melakukan lay up demi mencetak skor untuk timnya. Jantungnya berdetak dengan cepat begitu ia dikejar waktu karena pertandingan akan segera berakhir. Dan senyum puas itu terukir begitu lay up yang ia lakukan berhasil mencetak skor sekaligus sebagai kemenangan telak untuk timnya.

"GUYS, KITA MENANG!"

SMA Aksara Bangsa, tempat Jayden menimba ilmu memperoleh kemenangan telak dengan skor 89-77, mengalahkan SMA Mandala yang sudah menjadi musuh sejak lama. Jayden dan timnya melakukan selebrasi kemenangan dengan kompak mencium seragam basket kebanggaan mereka.

"Selamat, Bro."

Jayden menerima uluran jabat tangan dari kapten basket SMA Mandala dengan senyum yang ramah. Beberapa kali mereka bertanding, kemenangan selalu berpihak pada SMA Aksara Bangsa.

"Makasih, Bro. Sorry, tim lo harus kalah lagi."

Jason sang kapten basket hanya tersenyum kecut. Enggan menanggapi balasan ucapan Jayden yang terdengar seperti ejekan di telinganya. Cowok itu berdiri di sisi kanan Jayden, bergabung dengan teman-teman satu tim basketnya.

"Selamat untuk tim basket SMA Aksara Bangsa atas kemenangan kalian! Jayden, silakan terima piala ini!"

Jayden mengangguk sopan. Cowok itu maju untuk mengambil piala yang menjadi idaman setiap atlet basket sepertinya. Sebagai kapten basket, ia bangga bisa berkontribusi menjemput kemenangan.

Begitu Jayden meraih piala itu, suara riuh penonton menyambutnya. Banyak kaum hawa yang meneriakkan namanya sebagai bentuk dukungan. Hal biasa yang timnya dapatkan ketika kemenangan berhasil mereka raih. Setelahnya, masing-masing pemain diberikan sebuah piagam dan medali.

"Jay! Kita foto-foto dulu sama piala kita!"

***

Sore telah tiba. Matahari sudah tenggelam di ufuk barat. Jayden melangkah dengan santai sambil membawa piagam yang telah ia dapatkan dengan kerja kerasnya. Sebuah medali pun melingkar sempurna di lehernya.

"Bibi, Mama sama Papa mana? Kak Hesa juga mana?"

Alis Jayden mengerut saat tak mendapati satu anggota keluarga pun yang menyambut kepulangannya. Sebenarnya ia tak begitu kaget karena hal ini sudah biasa. Seorang ART yang kebetulan ditanya Jayden pun terlihat gelagapan. Merasa ragu untuk menyampaikannya pada Jayden.

Everlasting Pain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang