13. "Jangan benci Haechan"

170 12 0
                                    

Eiyoo gaes, belakangan ini aku jarang bat up ny ya?

Maap-maap dah soalnya aku lgi persiapan utbk, disini ad yg ikut utbk?

Berhubung aku utbk ny gel. 1 yg udh selesai jadi dari sekarang aku akan berusaha untuk sering up

£

'sebelum baca jangan lupa tap bintangnya gess'

£


Cahaya matahari merambat masuk pada celah jendela yang tidak tertutupi oleh gorden. Burung-burung berkicauan pertanda cuaca bagus pagi ini.

Sepasang manusia masih tertidur dengan damai dibalik selimut yang menutupi tubuh telanjang mereka. Saling berpelukan membagi kehangatan diantara keduanya.

Salah satu dari mereka terbangun, mengerjapkan matanya perlahan menatap langit-langit kamar yang begitu asing di penglihatannya. Belakangan ini ia memang sering tidur ditempat yang bukan unit apartemennya tapi kali ini kamar ini emang baru dalam penglihatannya.

Sebuah tangan melingkar indah di perutnya. Matanya menoleh kesamping menatap pemuda yang tengah tertidur sambil memeluknya.

Matanya memanas rasa sakit di tubuhnya mengingatkannya pada potongan kejadian semalam. Sesak dan sakit meyerubungi hatinya, tidak menyangka ia melakukan hal kotor itu lagi untuk yang kesekian kalinya. Entah sudah berapa kali ia ditiduri oleh pemuda yang tengah memeluknya ini.
Satu bulan telah berlalu ia berada di sekolah yang sama dengan pemuda ini namun semuanya penuh dengan penderitaan dilalui Haechan. Ia sering disetubuhi di area sekolah maupun dibawa ke apartemen yang pemuda itu tempati.

Tangannya berusaha menggenggam pergelangan yang memeluknya, memindahkannya dari tubuhnya. Mendudukkan diri lalu ia memeluk bantal yang dipakainya untuk tidur semalam.

Kepalanya ia tenggelamkan dalam bantal, menangis dan menggigit kuat bantal itu melepaskan rasa sesak dan kecewanya disana.

"kenapa harus ecan?" batinnya.

Menangis untuk melepaskan emosi dan pasrah ketika kejadian yang sama terulang lagi. Tidak bisa membantah apa lagi melawan. Sungguh buruk sekali alur kehidupannya.

"salah ecan apa?"

Suara isakan semakin keras hingga membuat pemuda yang tertidur disebelahnya terganggu tidurnya.

"kenapa berisik sekali?" tanyanya dengan suara khas orang bangun tidur. Tapi memang kenyataannya ia baru bangun tidur, jika bukan karena suara isakan pemuda disebelahnya mungkin ia belum terbangun dari alam mimpinya.

"ma-maafkan ecan"

Haechan, anak itu kembali meremat kuat bantal yang berada di pangkuannya.

"tidurlah kembali jika kau masih mengantuk" nada suara itu, Haechan membencinya karena itu membuatnya terasa dipojokkan dan merasa begitu lemah. Tubuhnya bergetar ketakutan dan suara isakan tangisnya membuat ia sulit bernafas normal.

"e-e-ecan tidak mengantuk m-mark"

Mark mendecih ia menggapai tubuh Haechan untuk dibaringkan nya kembali. Haechan dibuat semakin gemeteran. Entah keberanian darimana ia menepis tangan Mark, mencoba turun dari ranjang untuk menjauhi Mark. Walaupun tubuhnya sakit, ia akan menahannya.

Mark tersentak, ia membuka matanya ketika merasakan gerakan yang berlebihan pada kasurnya.
Keningnya menyerngit melihat Haechan yang tertatih.

Pemuda mungil itu memunguti pakaiannya, memasangnya secara perlahan.

Mark memperhatikan semua pergerakan Haechan ia tidak ambil pusing melihat tingkah anak itu. Sesaat kemudian ia kembali merebahkan dirinya, menjemput mimpinya yang sempat ia tinggalkan, masalah Haechan biarkan saja bocah itu ia tidak peduli.

£

Menangis dan memukuli kepala sendiri, hal itu sudah Haechan lakukan berkali-kali berharap bisa melupakan kejadian-kejadian menjijikkan yang menimpanya.

"Eomma dan Appa marah pada Haechan ya?"

"jangan benci Haechan.. " membatin sambil terisak.

Sekarang Haechan sudah berada di apartemen nya. Kakaknya sedang pergi mengurus beberapa pekerjaan, padahal ini hari libur namun kakaknya tetap pergi bekerja.

Tubuh Haechan sedikit panas, Hendery kakaknya itu tadi sudah memasang plester kompres pada kening Haechan. Tidak lupa juga Hendery memberikan Haechan obat penurun panas dan penahan rasa sakit.

Sepulangnya Haechan tadi pagi, Hendery menatap aneh adiknya yang seperti orang sudah menangis, ketika Hendery tanya Haechan hanya menjawab kepalanya sedang sakit jadi Hendery tidak berpikiran yang lebih-lebih terhadap Haechan. Ia percaya-percaya saja. Toh, Haechan selalu jujur padanya jadi ia percaya saj pada Haechan. Hendery mengambilkan Haechan obat dan membuatkan makanan karena ia harus buru-buru pergi bekerja.


TBC..



Nanti kalau ceritanya udah selesai aku bakal perbaiki judul bab nya...

Sabar ya....

My Problem and Our ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang