45. Tanda tanya

54 4 0
                                    

Sebelum baca jangan lupa tap bintangnya ya gaess!!

selamat membaca...

£

Cuaca pagi yang cukup buruk membuat pemuda manis yang masih tergulung oleh selimut itu malas untuk bangkit dari kasurnya.

Matanya sudah terbuka sejak satu jam yang lalu, tapi karena ras malas yang mendominasi alhasil ia hanya melamun menatap jendela kamarnya.

"sial emang" umpatnya entah terhadap apa.

Akhirnya dengan semangat yang pasti ia pun memilih untuk segera ke kamar mandi. Ia tidak berniat untuk mandi sepagi ini. Cukup cuci muka dan gosok gigi itu saja sudah cukup di cuaca yang buruk ini.

Baru saja tangannya akan meraih gagang pintu kamar mandi ia sudah di kagetkan dengan sebuah suara benturan dari kamar di sebelahnya.

"apa itu?"

Dengan langkah lebar ia belari menuju sumber suara. Kamar yang di tempati oleh anak kembarnya.

"ada apa?" ujarnya seraya menyusul anaknya yang sedang duduk di pinggir kasur.

"papiii... "

Suara dengan nada menyedihkan menyapa pendengarannya. Tangannya terulur untuk menangkup wajah ngantuk di depannya.

"ada apa kenapa menangis?"

"Mingrui mendorong lele, jadi lele jatuh dari kasur" adunya dengan mata memerah.

Haechan, pemuda itu mengalihkan pandangannya menatap Mingrui yang menundukkan kepalanya.

Anak itu terlihat ketakutan berhadapan dengan Haechan.

"Mungrui, ada yang ingin dikatakan?" tanyanya dengan nada lembut.

"maafkan Mingrui, Mingrui tidak berniat mendorong Lele sampai jatuh, maaf"

Menghembuskan nafas kasar, Haechan hanya bisa pasrah jika anak-anaknya sudah berbuat usil.

"baiklah, sekarang berbaikan lalu pergi mandi, papi ingin membuat sarapan, mengerti?"

Jika sudah begini Haechan tidak tahu harus melakukan apa, sebelumnya ia tidak pernah melihat anaknya bersikap seperti ini, tapi dibeberapa hari belakangan ini mereka suka sekali berbuat usil sesamanya. Haechan sampai bingung harus melakukan apa.

£

Acara sarapan pagi mereka telah usai, Hendery membantu Haechan memindahkan semua peralatan yang kotor ke wastafel dapur.

"can.. "Haechan yang sibuk mencuci piring dikagetkan dengan Hendery yang menyentuh bahunya.

"ya?"

"sabtu depan kakak akan pergi ke Chicago bersama Xiaojun, tak apa?"

Menghembuskan bagas kasar, Haechan menyudahi sementara acara mencucinya.

"mau bagaimana lagi? bukankah itu pekerjaan kakak?"

"baiklah, jaga diri baik-baik, kakak tidak akan lama disana"

Haechan mendengus "hari ini aku akan bertemu dengan paman Saewon"

Hendery mengernyit, sepertinya sejak kedatangan orang itu adiknya jadi lebih sering pergi bersamanya. Tak masalah bagi Hendery karena secara perlahan Haechan bisa mengikhlaskan kepergian orangtua mereka.

"baiklah hati-hati, kami berangkat dulu"

Haechan mengangguk mantap. Ia pun kembali melanjutkan acara mencuci piringnya. Siang ini ia sudah membuat janji dengan Kang Saewon jadi ia harus bergegas agar pamannya itu tidak menunggu lama nanti.

"huftt... lelahnya.. " keluh Haechan.

"aku harus mandi sekarang, badanku terasa lengket" Haechan beranjak menuju kamarnya, sekarang waktunya ia mandi.

Pagi tadi ia tidak mandi karena cuaca terasa sangat dingin menurutnya.

£

Matahari bersinar terang, menghalau awan gelap yang sempat mendominasi langit pagi tadi.

Sekarang sudah hampir tengah hari sedangkan Haechan terlihat sedang membaca buku di atas ranjangnya.

"bosannya" buku di tangannya sekarang sudah ia lemparkan ke atas bantal di sebelahnya.

"apa yang harus aku lakukan? masih lama untukku pergi bertemu paman"

Haechan uring-uringan di atas kasurnya.

"bubu.. " ujarnya pelan.

"lebih baik pergi menemui bubu sebelum pergi bertemu paman"

Kaki Haechan segera melangkah menuju kamar mandi, ia perlu mencuci muka sekarang.

Setelahnya ia segera mengganti baju dan mengambil handphone nya.

Jadwal pulang anak-anak masih lama dan hari ini mereka memiliki acara di sekolah. Jadi Haechan akan datang nanti sekitar jam tiga untuk menjemput mereka. Setelah ia bertemu dengan Kang Saewon.

Sebelum pergi Haechan menghubungi Hendery terlebih dahulu, tidak lupa ia memastikan telah mengunci pintu apartemen sebelum pergi.

"okee, saatnya pergi.. " ujarnya dengan semangat.

My Problem and Our ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang