39. Awal perubahan haechan

152 7 0
                                    

'sebelum baca jangan lupa tap bintangnya gess'

£

Haechan mengusap wajahnya dengan kasar. Sial, ternyata hal tadi hanyalah sebuah mimpi.

Detak jantungnya berpacu dengan cepat. Peluhnya membasahi pelipisnya, astaga, mimpi apa itu, terlihat seperti nyata. Apakah suatu saat hal itu akan terjadi?

Tidak akan Haechan biarkan hal itu terjadi. Tidak akan pernah. Pandangannya mengarah pada nakas, melirik jam weker yang menunjukkan pukul dua siang.

Mimpi sialan itu, padahal dirinya tidur tidak lebih dari satu jam. Benar-benar menyebalkan.

Dengan langkah lebar ia berjalan menuju kamar mandi. Sesegera mungkin ia membersihkan badannya dan mengganti pakaiannya. Ia harus bergegas memperbaiki semua masalah yang pernah dibuatnya.

Setelah selesai mandi kakinya ia bawa melangkah menuju ruang tamu. Pandangannya mengedar ke segala arah ruangan.

"Kak Dery dimana?" gumamnya seorang diri, tatapan matanya tak berubah masih meneliti satu persatu ruangan dari tempatnya berdiri sekarang.

"HENDERY SEO" pekik Haechan dengan suara lantang, bahkan suaranya menggema di dalam ruangan itu.

"DI DAPUR" suara tak kalah memekakkan telinga juga tersebut dari arah dapur.

Tanpa pikir panjang Haechan berjalan penuh semangat menuju dapur.

Menarik sebuah kursi dan menatap Hendery dari meja dapur.

"kak" panggil Haechan dengan lirih.

"hmm" Hendery berdehem membalas panggilan Haechan tanpa mengalihkan pandangannya dari kompor.

"kenapa kakak memasak di jam segini?"

"ooh itu karena Chenle dan Yuan akan pulang terlambat hari ini"

Haechan menautkan alisnya wajah penasarannya terpampang jelas.

"kenapa bisa? bukankah jam pulang sekolah mereka sudah tetap pada pukul dua belas?"

"memang biasanya jam segitu, tapi di beberapa hari
mereka mendapatkan pelajaran tambahan"

Haechan mengangguk mengerti "lalu jam berapa mereka pulang?"

Hendery mematikan kompornya dan menghentikan acara memasaknya. Tubuhnya ia bawa menghadap Haechan. Mendudukkan dirinya di sebelah kompor dengan tangan terlipat di depan dada lalu menatap Haechan secara intens.

"ada apa? tumben sekali menanyakan tentang mereka?" selidik Hendery dengan mata memicing.

"syukur karena aku masih ingin bertanya tentang mereka" jengah Haechan.

"sensitif sekali" gumam Hendery dengan suara yang sangat pelan.

"apa?"

"tidak ada, hmm hari ini mereka pulang sekitar jam tiga sore"

Haechan mengangguk patah-patah "bersama siapa? kak Dery? atau Renjun?"

"hari ini kakak yang datang, Renjun bilang dia ada urusan penting bersama Guanlin"

"ck.. penting? Guanlin? mudah ditebak"

"ada apa? lagipula Chenle dan Mingrui bukan tanggungjawab nya jadi biarkan mereka menikmati waktunya"

"ya ya ya"

Haechan berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kulkas, mengambil sebotol air dingin lalu meminumnya hingga sisa setengah dan menaruh kembali botolnya di dalam kulkas

Hendery mengamati dengan fokus setiap kegiatan Haechan. Bahkan ia melupakan acara memasaknya.

"kenapa tidak dihabiskan?"

"tidak minat, kapan masakan kakak akan selesai sudah hampir jam tiga sekarang"

"astaga aku lupa" Hendery menepuk jidatnya dan kembali memutar badannya menghadap kompor.

"semuanya gara-gara ecan masakan kakak belum selesai" gerutu Hendery.

"kenapa ecan, aku saja hanya meminum air dan duduk di meja makan"

"andai saja ecan tak datang dan banyak bertanya pasti masakan kakak sudah matang sedari tadi"

"aishh terserah kakak sajalah aku tidak peduli" Haechan memutar tubuhnya dan berjalan meninggalkan Hendery.

"heii mau kemana?"

Haechan menghiraukan pertanyaan Hendery. Hendery yang tak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya hanya mendengus kesal dan menatap tajam pada punggung Haechan yang akan menghilang di balik tembok.

"keluar? mau kemana dia di jam segini?"

Hendery melanjutkan acara memasaknya menghiraukan Haechan yang menurutnya sangat tidak penting untuk sekarang. Ia harus menyelesaikan acara memasaknya sampai pukul tiga yang kurang dari setengah jam lagi.

"KAK DERY HAECHAN AKAN MENJEMPUT LELE DAN MINGRUI" pekik Haechan yang terdengar jelas oleh Hendery.

Hendery tercengang mencerna kalimat Haechan barusan.

"aku tak salah dengarkan?"

Mata Hendery melebar menampakkan seluruh pupil matanya.

"waww.. suatu keajaiban yang Renjun harus tahu"

Buru-buru Hendery mematikan kompornya dan berlari menuju kamar mencari handphone nya di atas kasur.

Tangannya dengan cepat mencari nama kontak Renjun dan menelfon nya.

Padahal Hendery hanya bercanda mengatakan bahwa Renjun memiliki urusan penting. Karena memang hari ini Hendery sudah berjanji akan menjemput si kembar.

£

Cuaca yang sedikit mendung membuat Haechan menggigit kuku-kuku jarinya khawatir.

Tadi, ketika ia berjalan menuju ke sekolah awan cerah mendominasi langit namun sekarang mendadak awan mendung yang menguasai.

"bagaimana ini? jika nanti hujannya lebat bagaimana? aku tak membawa payung ataupun jas hujan"

"jangan hujan dulu sampai mereka pulang" mohon Haechan menatap langit.

Kakinya berpijak pada halte, terpaksa ia menunggu disini karena gerbang sekolah masih tertutup. Jadwal belajar mereka masih ada sekitar tujuh menitan lagi sampai jam tiga tepat.

"jangan hujan dulu kumohon" Haechan menyatukan tangannya dan mengusapnya sembari memohonkan sebuah permohonan.

"jangan hujan, Haechan baru mulai memperbaikinya, appa eomma bantu Haechan"

Mata Haechan bergerak gelisah memandang langit dan jam di handphonenya bergantian. Bibir bagian dalamnya ia gigit sembari memohon agar hujannya tidak turun sekarang.

Mulai hari ini ia sudah berjanji akan memperbaiki sikapnya kepada anak-anak nya. Ia tidak ingin rencanannya hancur karena hujan. Bukan menyalahkan hujan yang turun tidak tepat sesuai keinginan Haechan, hanya saja jika hujan turun Haechan bingung harus melakukan apa nantinya. Ia belum terbiasa dengan berbagai kondisi ketika bersama anaknya. Hari ini baru pertama kali ia mendekatkan diri kepada si kembar setelah sekian lama ia menganggap anak itu tidak ada di kehidupannya.

Haechan benar-benar ingin memperbaiki segalanya. Ia tidak ingin menyesal dikemudian hari nanti. Bagaimanapun dia menolak Chenle dan Mingrui, anak-anak itu selalu saja mencarinya. Bahkan ketika Haechan membentak dan memarahi mereka, tetap saja mereka berbuat baik kepada Haechan dan Haechan tak pernah sedikitpun melihat anaknya bersikap buruk untuk membalas perbuatannya.









TBC

chap ni belum ku revisi, jadi kalau ad typo tandai aku di sana yaa...

ni habis di tulis langsung ku up jadi sorry typonya ya gess yaa..

My Problem and Our ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang