19. Rindu Yang Mendalam

205 12 0
                                    

Jangan lupa vote prennn
..

£

Secangkir minuman cappucino dingin di siang hari sepertinya bukan hal yang terlalu buruk. Menurut Haechan ini hal yang menyenangkan dan menenangkan. Menikmati keindahan alam di taman belakang rumah Renjun.

"uhh.. jika aku hidup seperti ini, pasti semuanya akan sangat menyenangkan" senyuman manis terukir pada bibirnya.

Matanya menatap kedepan menikmati setiap sudut yang tertangkap oleh lensa matanya. Tangannya sibuk mengelus perutnya yang sudah mulai membesar.

"kenapa aku jadi rindu dengan Appa dan Eomma?"

"dimana kalian sekarang? kuharap kalian baik-baik saja"

"seharusnya kalian memberikan kami petunjuk dimana keberadaan kalian Appa Eomma jangan membuat aku kakak kebingungan seperti ini"

"aku masih berharap suatu saat kita bisa berkumpul bersama"

"Chan?"

Lamunan Haechan terganggu karena sebuah suara memanggil namanya. Tangannya terulur menghapus bulir air mata yang bersiap untuk jatuh.

Kepalanya menoleh mencari sumber suara. Matanya melebar melihat lelaki manis yang berdiri di belakangnya.

"kak Yangyang?" Haechan berdiri dan mendekat pada si pemilik suara yang menginterupsi kegiatannya tadi.

"kenapa kakak bisa disini?" Haechan mengangkat kepalanya menatap Yangyang.

"bukankah lusa Renjun akan pulang?" Haechan mengangguk membenarkan ucapan Yangyang.

"karena itu aku akan tinggal disini beberapa hari ini karena, suamiku sedang mengurus pekerjaannya di Chicago, ia juga akan melakukan banyak hal penting disana jadi untuk sementara aku di ungsikan disini" ucap Yangyang dengan kekehan kecil.

"Chicago?" beo Haechan.

Yangyang mendengar gumaman Haechan, ia menangkup wajah itu dan tersenyum menatap wajah manis Haechan.

"ada apa? apa kau ingin kesana?" Haechan menggeleng.

"tidak, bukan apa-apa, lupakan saja" Haechan kembali ke kursi dan mendudukkan diri disana.

"jika aku ke sana apa kita bisa berkumpul bersama? apa kita bisa tinggal dirumah kita lagi?" tatapan Haechan menyendu. Ingin menangis rasanya, tapi ia tidak ingin terlihat lemah lagi. Sudah cukup ia hidup seperti orang lemah yang bodoh, ia tidak ingin dimanfaatkan untuk hal yang salah seperti dulu lagi.

"kalau mengingat masa lalu rasanya sangat menyakitkan ya kak?" Yangyang menoleh pada Haechan, ia menatap sedih Haechan yang terlihat murung.

"jika Haechan ingin menangis maka menangislah, sebagian orang meluapkan emosinya dengan mengeluarkan air mata, memang kadang terlihat lemah namun itulah cara mereka meredakan rasa sesak yang menumpuk didadanya" Haechan tersenyum hambar. Ia tidak mau menangis lagi. Air matanya selalu terbuang untuk hal yang menjijikkan menurutnya.

"tidak, aku hanya bertanya padamu, apa kau pernah merindukan seseorang sampai kau ingin menyusul kepergiannya?"

Yangyang kaget mendengar penuturan Haechan, ia menepis jarak diantara mereka lalu merengkuh tubuh Haechan. Bolehkah Yangyang menangis untuk membantu mengurangi beban penderitaan Haechan? Bisakah penderitaan Haechan berkurang yang diberikan padanya? Ia akan dengan senang hati menerimanya.

"jangan berkata seperti itu, ingat ecan dulu pernah berjanji akan melakukan apapun agar keluarga Haechan bahagia"

"tapi jika begini bukankah lebih baik ecan ikut bersama Eomma dan Appa, ecan hanya penderitaan untuk Kak Hendery dan keluarga kakak" keluh Haechan. Ia cukup sadar diri sekarang.

Yangyang melepaskan pelukannya pada Haechan, ia sedikit memberi jarak di antara mereka. Menangkup wajah Haechan agar menatap tepat pada manik matanya.

"jika kami menganggap ecan beban, sudah pasti sedari dulu kami tidak akan pernah mau membantu ecan, pasti Renjun meninggalkan ecan dan tidak ingin membantu ecan sejauh ini" Yangyang menggantung kalimatnya, ia mengusap pelan kepala Haechan "jangan hanya melihat dari satu sudut pandang tapi lihatlah dari semua arah agar Haechan paham semuanya"

Haechan mengangguk dan tersenyum mendengar penuturan Yangyang, setidaknya untuk saat ini beban dipikirannya berkurang walaupun hanya sedikit.


TBC

Sorry gaes keknya aku bakal jarang up deh mulai dari sekarang.

Tapi tenang aja, ntar setelah seminggu ni aku bakal sering up lagi.

Babay

My Problem and Our ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang