24. Haechan Yang Lain

195 12 0
                                    

'sebelum baca jangan lupa tap bintangnya gess'

£

Malam semakin larut, si kembar Chenle dan Mingrui sedang berdiri di depan pintu kamar yang ditempati oleh Haechan, papi mereka.

"Mingrui kenapa pintu kamar papi ditutup rapat?" yang Chenle menatap sendu Mingrui.

"apa tidak apa jika kita buka?"

Mingrui hanya menggeleng tidak tahu. Mereka ingin melihat kondisi Haechan sekarang, namun mereka takut Haechan nanti akan marah pada mereka jika mereka mengganggu Haechan.

"sebaiknya kita tidur saja" ajak Mingrui menarik tangan Chenle untuk pergi dari depan kamar Haechan.

£

Di dalam kamar, Haechan sekarang sedang duduk bersandar di atas ranjangnya. Matanya menatap lurus kedepan dengan pandangan kosong. Pikirannya sedang penuh mengingat kejadian-kejadian yang menimpanya beberapa tahun belakangan ini.

"sampai kapan kalian akan menghilang tanpa kabar, Appa Eomma aku benar-benar merindukan kalian"

"jika kalian benar-benar sudah bahagia di surga seharusnya kalian memberi petunjuk untuk kami agar kami tidak terlalu berharap lagi jika kalian masih hidup"

Terlalu larut dalam pikirannya Haechan tidak menyadari bahwa Taeil sudah berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Haechan.. " ucap Taeil dengan nada yang sedikit tinggi.

Haechan masih fokus dengan pandangannya, mungkin ia tidak tahu bahwa Taeil berada di pintu kamarnya.

"Ecan?" Taeil berjalan mendekati Haechan dan menepuk pelan bahu Haechan.

Haechan yang mendapat serangan dadakan terlonjak kaget dan mengalihkan pandangannya kepada Taeil.

"ada apa Papa?" tanya Haechan dengan kening mengkerut.

"boleh papa duduk?" Haechan mengangguk.

Taeil duduk di tepi ranjang Haechan bersebelahan dengan anak itu. Tangannya terulur mengusap lembut surai Haechan.

"kenapa ecan tidak turun untuk makan bersama?"

"ecan tidak lapar" jawab Haechan seadanya, toh emang kenyataannya dia belum lapar.

"benarkah?" Haechan kembali mengangguk.

Taeil menatap dalam pada manik Haechan, ia tau bahwa Haechan sedang banyak pikiran sekarang. Mata Haechan pun terlihat menyendu.

"apa ada hal yang mengganjal di pikiran ecan? jangan memendam apapun sendiri walaupun ecan kuat, papa tau ecan tidak baik-baik saja"

Haechan menumpahkan air matanya, tangis yang tadinya sudah terhenti kembali ia lanjutkan.

"ecan.. ecan rindu Appa dan Eomma" lirih Haechan

Taeil yang mendengar penuturan Haechan itu, menarik tubuh Haechan kedalam pelukannya.

"tak apa, mengeluh saja, papa akan mendengarmu"

Jujur saja Taeil merasa sedih mendengar penuturan Haechan, sejak kelahiran si kembar Haechan memang menjadi seperti Haechan yang lain pada dirinya. Haechan yang dulunya lembut dan perhatian terhadap suatu hal sekarang sudah berubah, tak ada lagi Haechan yang peduli kepada apapun bahkan anaknya pun seperti ia buang.

"ke.. napa.. dulu ecan.. bodoh.. sekali? harusnya ecan.. dulu bisa melawan.. apa yang ecan.. tidak suka.. tapi.. " Haechan menjeda kalimatnya karena ia sulit bernafas sambil terisak "sekarang apa?.. ecan tidak ingin.. berada dekat dengan.. mereka berdua, ecan benci.. mereka.. karena wajah.. mereka tidak mirip.. dengan ecan padahal.. ecan yang merawatnya.. " suara tangis Haechan semakin besar, bahkan isakkannya semakin menjadi-jadi.

"Haechan tak boleh bilang begitu, ecan lihat kan Mingrui itu sangat mirip dengan ecan Chenle juga dan haechan masih ingatkan bagaimana perjuangan ecan ketika mereka masih berbentuk janin?" Haechan mengangguk, itu aadalah masa-masa sulit bagi nya.

"terimalah mereka secara perlahan, memang tidak akan mudah tapi mereka tetap anak-anak Haechan, bahkan mereka sangat patuh dan menyayangi ecan"

"ta-tapi.. " Taeil semakin memeluk Haechan dengan erat hingga Haechan tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

"jangan bersikap egois yang akan membuat ecan menyesal di kemudian hari"

Taeil melepaskan pelukannya dan memegangi bahu Haechan untuk menghadap padanya.

"bagaimanapun ecan menolak mereka, mereka akan tetap menempeli ecan karena ecan adalah orang yang sangat mereka sayangi" jari-jari Taeil bergerak mengusap air mata yang menetesi pipi Haechan.

"sekarang tidurlah jika tidak lapar, papa akan kembali ke kamar"

Taeil merebahkan tubuh Haechan dan menutup tubuh Haechan sampai sebatas bahunya.

Setelah itu Taeil berlalu meninggalkan Haechan yang sepertinya sudah lelah karena menangis.

"papa harap suatu saat kebahagiaan menjemputmu dan membawamu untuk berlayar bersama keluarga kecil penuh bahagiamu nak, seharusnya sekarang kalian sudah bahagia hidup bertiga"

"maaf tidak bisa membantu apa-apa untuk saat ini "

TBC

sorry ges, belakangan ini aku mayan sibuk jadi ga sempet up..

maaf banget deh pokoknya..

My Problem and Our ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang