14. Peringatan dari Jeno

168 8 0
                                    

'sebelum baca jangan lupa tap bintangnya gess'

£

Rintik hujan membasahi setiap sudut kota. Keberadaan matahari disembunyikan oleh awan hitam.

Seorang pemuda manis tengah duduk diatas ranjangnya sambil menatap jendela apartemen yang menampilkan rintik hujan.

Sore ini dihiasi oleh dentingan suara hujan yang menyapa bumi. Sudah lama ia tidak melihat hujan, mungkin hampir satu bulan. Entahlah ia tidak ingat jelas.

Tangannya bertaut memberi kehangatan satu sama lain.


clekk..

Pintu kamar terbuka menampilkan sesosok laki-laki dewasa yang menjabat sebagai kakaknya. Lelaki itu membawa nampan berisi makanan, minuman serta obat untuk adiknya yang masih sakit.

"ecan makan dulu ya?" Pemuda mungil itu menggeleng.

"ecan belum lapar" jawabnya.

"yasudah kalau ecan sudah lapar jangan lupa habiskan makanannya dan juga minum obatnya ya"

Haechan mengangguk, pandangannya kembali fokus pada rintik hujan.

"kak Dery?" panggil Haechan tanpa mengalihkan atensinya.

"umm.. " Hendery membalas dengan gumaman.

"bagaimana keadaan Eomma dan Appa sekarang ya?" yang Haechan.

Hendery yang melihat perubahan raut wajah adiknya meraih tubuh kecil itu lalu memeluknya dengan erat.

Bisa Hendery rasakan tubuh kecil itu bergetar dalam rengkuhannya. Ia jadi sedih dan bingung harus melakukan apa?

"jangan menangis, kita berdoa saja bahwa mereka sekarang baik-baik saja"

Haechan mengangguk "kak boleh tidak Haechan berhenti sekolah?"

Hendery melotot kaget, tidak mungkin ia mengizinkan Haechan jika begini "kenapa Haechan minta berhenti sekolah? apa ada yang salah?"

Haechan menggeleng "ecan tidak mau menyusahkan kakak" bohong Haechan.

Bukan itu alasannya untuk berhenti sekolah, melainkan dirinya tidak ingin lagi bertemu dengan Mark, ia takut disetubuhi lagi. Tidak, Haechan tidak sanggup lagi menahannya.

Hendery menangkup wajah Haechan "ecan tidak merepotkan karena ecan tanggung jawab kakak"

Haechan bungkam apa lagi alasan yang bisa ia gunakan untuk berhenti sekolah. Tidak mungkin ia akan memberitahu Hendery bahwa ia sering disetubuhi oleh teman sekolahnya.

£

Mark, Jeno serta Jaemin sekarang sedang berada di gudang sekolah. Mereka sedang melakukan kegiatan yang biasanya mereka lakukan. Membuat masalah dengan anak-anak yang mengusiknya. Termasuk anak-anak yang tidak sengaja membuat masalah dengannya.

"sudahlah Mark biarkan dia pergi" ucap Jeno menatap jengah Mark yang masih sibuk mencoret seragam siswa didepan mereka.

"kenapa kau membelanya, kau berteman dengannya Jen?" tanya Jaemin heran.

Jeno memutar bola matanya malas "aku hanya kasian" Mark yang mendengar kata yang terakhir adiknya itu katakan kemudian melepaskan anak yang diganggu nya itu. Mendorong tubuh lemah itu untuk menjauh dari sini.

Dengan sisa tenaga anak itu berlari meninggalkan mereka bertiga. Mark beringsut mendekat pada adiknya menatap sengit adiknya yang juga menatapnya begitu.

"apa yang kakak lakukan pada Haechan?"

Mark menyerngit menatap adiknya bingung. Apa yang sedang adiknya ini coba katakan.

"berbicara yang jelas" acuh Mark

"kurang jelas ya?"

"Jeno" cegat Jaemin menahan Jeno agar tidak ikut campur terhadap apa yang kakaknya itu lakukan.

"aku tau kemarin kita sudah membahasnya Na, tapi sekarang kita perlu mendengar langsung penjelasan darinya" ujar Jeno.

Mark mengerti maksud adiknya ini, perkiraan Mark benar, Jaemin dan Jeno pasti bertemu Haechan kemarin di sekitar apartemen nya.

Kemarin ketika Haechan pulang dari tempat Mark, tepat sekitar dua menit setelah itu Jaemin dan Jeno bertamu ke apartemen. Perjalanan dari lantai dasar ke lantai kamar mark memakan waktu sekitar tujuh menit jika naik turun tangga. Sedangkan jika menggunakan lift akan kurang dari tiga menit. Jadi, sudah pasti mereka bertemu di lantai unit apartemen nya.

"kuharap kau tidak melakukan kesalahan yang fatal dan berdampak buruk bagi kita"

"aku tahu, seharusnya kita bisa memperlakukan semua orang itu dengan baik tanpa membedakan status ekonomi"

"kita beruntung memiliki kehidupan yang mewah, berbeda dengan beberapa orang diluar sana"

Mark cengo mendengar kalimat demi kalimat yang adiknya itu ucapkan. Baru kali ini anak itu berkata seperti ini. Memang ada benarnya tapi biasanya adiknya itu tidak akan memikirkan bagaimana perasaan orang lain. Seperti bukan Jeno saja.

"ada apa dengannya?"

TBC

My Problem and Our ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang