6. "Kuharap semuanya berjalan lancar"

139 11 0
                                    

'sebelum baca jangan lupa tap bintangnya gess'


£

Kaki jenjang itu melangkah dengan terseok-seok. Sesekali langkahnya akan terhenti ketika merasakan rasa sakit yang teramat menyiksa.

"lelahnya" keluh Haechan.

Sekarang ia sudah terduduk di sofa ruang tamu, punggungnya bersandar pada sandaran sofa.

Matanya terpejam, tubuh mungilnya benar-benar kelelahan menghadapi aktivitasnya seharian ini.

"ecan tidak mau sekolah" batinnya.

Ujung matanya mengeluarkan beningnya. Sekelebat bayangan nya saat dilecehkan oleh Mark terlintas jelas dalam otaknya.

"maafkan ecan Appa, Eomma, Kak Dery ecan salah" lirih nya dengan mata yang berkaca-kaca.

Helaan nafas kasar ia keluarkan, matanya menerawang menatap sekelilingnya. Tubuh lelahnya ia bawa untuk berdiri berjalan menuju kamarnya.

Merebahkan tubuh kecilnya diatas kasur dengan posisi kaki yang menggantung di udara. Sepatunya  belum di buka, ia lebih memilih merebahkan diri dengan tas yang menjadi bantalan.

"ecan ngantuk, tidur sebentar gapapa kan?" batin Haechan.

Mata mengantuknya menatap langit-langit kamarnya. Dengan perlahan matanya memejam.


£

Matahari sudah turun, langit yang tadinya cerah sekarang sudah berganti dengan warna merah keoranyean.

Haechan masih mengarungi mimpi indahnya. Melupakan fakta bahwa ia belum mandi dan makan sore ini.

Seorang pemuda dengan setelan rapi berjalan mendekati pintu. Tangannya terulur memencet tombol-tombol angka yang ada pada pintu. Sedangkan tangan satunya membawa plastik yang berisikan makanan.

Setelah pintu terbuka, pandangannya mengedar keseluruh ruangan mencari keberadaan seseorang yang sangat disayanginya.

"ecan, kak Hendery pulang"

Hendery berjalan menuju dapur mencari sang adik yang tidak terlihat keberadaannya.

"apa ecan tidur ya?" gumam Hendery, tangannya sibuk menghidangkan makanan yang dibawanya dari luar.

Disini Hendery sekarang berada, duduk di tepi ranjang dan mengelus pucuk kepala Haechan yang sedang tertidur dengan posisi yang sangat tidak nyaman.

"ecan.." panggil Hendery, tangannya masih sibuk mengelus kepala Haechan.

"ecan ayo bangun.. "

Haechan menggeliat dalam tidurnya, matanya perlahan terbuka, dan pandangan pertama yang nampak di matanya adalah Hendery yang tersenyum kepadanya.

"ayo mandi dan setelah itu mari makan malam bersama" Hendery berlalu meninggalkan Haechan. Dirinya juga harus segera membersihkan tubuhnya yang lengket karena keringat.


£

Sepasang saudara itu sekarang sedang menikmati makan malam mereka diringi dengan candaan yang mereka lontarkan.

"bagaimana sekolah ecan hari ini?" tanya Hendery menatap intens adiknya untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya.

"ba.. ik" jawab Haechan ragu. Pandangannya ia alihkan ke piring makannya menghindari tatapan   Hendery.

Hendery mengangkat sebelah alisnya, bingung akan jawaban yang adiknya berikan, jawaban itu terdengar ragu dan tak pasti bagi Hendery.

"kenapa ecan menjawabnya ragu-ragu? apa ecan tidak baik-baik saja? apa ada yang menyakiti ecan disana?"


"diamlah jalang jangan menghalangiku jika kau tak ingin kau dan temanmu itu terluka dan ikuti apa yang aku inginkan"

Haechan menggeleng, ia mengingat dengan jelas
ucapan yang Mark lontarkan, hingga membuatnya ragu untuk membuka suara, mengatakan kebenarannya.

"yasudah besok ecan berangkatnya sama kak Hendery dan pulangnya tak apa sendiri lagi kan?"

Haechan mengangguk "ecan sudah hafal jalan pulang ke apartemen"

Hendery mengulurkan tangannya ke kepala Haechan mengusap surai adiknya dengan penuh kasih sayang.

Senyum cerah Haechan pancarkan membuat Mark terkekeh melihatnya.

Ia sudah berada di kota ini sekitar satu bulan sebelum orangtuanya meninggal. Seblumnya keluarga kecil mereka menetap di Chicago tanah kelahiran Appanya.

Haechan memang sekolah di Neo High School  melalui sistem homeschooling, Haechan menjalani pendidikannya di sini sejak tahun awal. Sejak mereka tinggal di Chicago sampai akhirnya mereka pindah kesini. Hendery juga sudah menyelesaikan pendidikannya jadi tidak ada salahnya mereka tinggal disini. Tempat ini juga pilihan orangtua mereka.


£

Pagi cerah hari ini, Haechan sudah berada di dalam kelas sambil merebahkan kepalanya di atas meja dengan bantalan tangannya.

Hendery, kakaknya itu sudah pergi setelah mengantarkannya ke depan gerbang sekolahnya.

Hari ini Hendery mendapat kesempatan untuk interview di sebuah perusahaan besar yang semalam ia lihat dari internet. Dia sudah mengirim berkas pendaftarannya secara online jadi hari ini ia hanya perlu interview dengan bos perusahaan itu.

"kuharap semuanya berjalan lancar" doa Hendery dalam hatinya.

"Eomma Appa bantu Hendery dari atas sana ya" gumam Hendery.

Kakinya ia bawa melangkah ke dalam pintu perusahaan, berjalan menuju meja resepsionis.

"permisi noona" ucap Hendery berdiri didepan meja pembatas.

"ada yang bisa saya bantu?"

Hendery mengangguk, menampilkan senyuman indahnya "saya datang untuk interview hari ini, atas nama Seo Hendery

Wanita yang itu mengangguk dan mengarahkan Hendery untuk menuju ruangan sang pemilik perusahaan.

Hendery menurut dan berjalan sesuai arahan yang wanita muda itu berikan, sesekali kepalanya menoleh ke kanan dan kiri menelisik area perusahaan ini.

TBC

My Problem and Our ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang