'sebelum baca jangan lupa tap bintangnya gess'
£
Bel jam terakhir telah berbunyi sejak tadi. Renjun, pemuda mungil itu masih berdiam diri di dalam kelas menunggu Haechan menjemput tasnya yang masih berada di kelas.
Pemuda pendek itu juga penasaran kemana perginya Haechan sejak jam istirahat tadi. Anak itu tidak kembali ke kelas dikirimi pesan juga tidak dibalasnya. Berkali-kali Renjun menghubungi nomornya namun tidak ada jawaban dari nomor tujuannya.
Mencari ke kantin juga sudah dilakukannya. Di perpustakaan pun anak itu tidak ada. Ruang kesehatan juga tidak luput dari penjelajahannya.
Menunggu dikelas adalah harapan satu-satunya berharap Haechan kembali mengambil tasnya dan menceritakan kemana perginya anak itu sejak jam istirahat. Bukan Haechan sekali yang suka pergi tanpa kabar seperti ini.
"bosan sekali" keluh pemuda bermarga Moon itu.
Sudah beberapa gaya duduk ia lakukan untuk menunggu Haechan namun anak itu masih belum menampakkan dirinya.
"kemana perginya anak itu? apa dia tadi pulang duluan?" berbagai pertanyaan terlintas di benaknya.
"kalau begini bisa-bisa aku mati kebosanan disini, apa aku apartemennya saja?" bermonolog dalam keheningan ruangan, akhirnya ia memutuskan satu pilihan yang akan menjadi tujuannya.
"baiklah aku akan membawakan tasnya" Renjun menggandeng dua tas di pundaknya, satu miliknya dan satu lagi milik Haechan. Sebelum melangkah keluar ia memastikan tidak ada satupun barang Haechan yang tertinggal di meja ataupun laci.
£
Langkah tertatih Haechan berjalan menyusuri tangga. Ia berencana akan mengambil barangnya yang tertinggal dikelas karena sekarang sudah jam pulang sekolah.
Tadi ia tertidur di gudang itulah penyebab dirinya sekarang terlambat untuk pulang ke apartemen. Ia juga pergi ke ruang kesehatan untuk mengobati beberapa lukanya, memperlama waktu pulangnya. Tapi tidak apa karena setidaknya tubuhnya sedikit lebih baik daripada tadi.
"Haechan?"
Haechan yang berjalan sambil menunduk itu sontak mengangkat kepalanya menatap sang lawan bicara yang memanggil namanya.
"ahh.. Renjun" balas Haechan dengan tersenyum.
"aishh.. kau kemana saja Chan? aku mencarimu tadi" keluh Renjun.
Kening Renjun mengkerut, matanya menatap intens Haechan yang menunduk. Matanya memicing membuat Haechan semakin menundukkan pandangannya menghindari tatapan penuh intimidasi Renjun.
"wajahmu kenapa? kamu menangis Chan?" Haechan menggeleng.
"a-aku baik, ayo pulang" Haechan menarik Renjun untuk berjalan bersama.
Mereka berjalan dengan keheningan yang menemani. Tak ada yang berniat menciptakan topik pembicaraan karena sepertinya bukan waktu yang tepat untuk melakukan semua itu.
Berjalan menuju halte, menunggu bis dengan duduk di bangku tunggu.
"Haechan apa ada yang mengganggumu lagi?" tanya Renjun memecah keheningan. Haechan membalas dengan gelengan kepalanya.
"tidak ada yang menggangguku hari ini"
"lalu kenapa tadi kamu bolos setelah istirahat? apa kamu tidak suka belajar dengan Mr. Park?"
Haechan menggeleng, kepalanya menunduk merasa bersalah karena telah berbohong pada Renjun.
Padahal Renjun sangat perhatian dan baik padanya, namun dia membalas dengan kebohongan.
"tak apa jika tak mau cerita, aku tau aku bukan teman baikmu, tapi setidaknya jangan membuatku khawatir, sudah cukup aku kehilangan temen sekali saja sekarang jangan lagi" ucap Renjun lirih.
Haechan menumpahkan air matanya. Tangannya memilin ujung seragamnya. Bagaimana ini? Sejahat itukah dirinya sudah membohongi pemuda baik ini?
"maaf.. " gumam Haechan yang masih bisa Renjun dengar.
Pemuda Moon itu hanya diam tidak membalas permintaan maaf Haechan. Suasana diantara keduanya kembali hening, diliputi oleh kecanggungan yang yang mengambil alih.
TBC..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Problem and Our Problem
Random"maafkan aku yang tak bisa bersikap layaknya orangtua untuk kalian, tapi mulai sekarang aku berjanji akan selalu menyayangi dan melindungi kalian, aku benar-benar minta maaf" Seo Haechan ceritanya aku ganti judul dari "why can like this" menjadi "my...