'sebelum baca jangan lupa tap bintangnya gess'
£
"hari ini kita akan makan siang bersama keluargaku jadi bersiaplah sayang" pemuda yang dipanggil 'sayang' itu mendelik tak suka mendengar kata itu.Matanya berotasi malas. Di dalam hati ia sudah mengumpati orang yang memanggilnya seperti itu.
"menjijikan"
"baiklah aku akan kembali ke ruangan ku, selamat bekerja" senyuman indah ia pancarkan sebagai formalitasnya menjadi seorang kekasih sekaligus sekretaris CEO perusahaan tempatnya bekerja.
"ya hati-hati Renjun"
Renjun menghiraukan kalimat terakhir yang tertuju padanya. Kakinya melangkah keluar pergi dari ruangan CEO itu. Ia sudah benar-benar jengah berpura-pura terhadap CEO nya ini.
"tunggu sebentar lagi Mark"
"hufftt.. baiklah, sekarang bagaimana caranya aku mempermalukan dirinya?" Renjun mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan senyuman sinis "aku benar-benar sudah tidak tahan lagi, tapi bagaimana caranya? sudah hampir satu tahun aku menjadi kekasihnya"
Renjun menggigit bibirnya gugup, pikirannya sudah benar-benar buntu "apa aku harus memberitahu Guanlin? ahh.. benar juga dia pasti bisa membantu"
Renjun merogoh handphonenya dari dalam saku jas yang dikenakannya. Sesuai dengan yang dikatakannya tadi, ia akan menghubungi Guanlin untuk meminta solusi.
£
Suasana canggung dan tegang mendominasi keadaan restoran dengan sebuah meja yang ditempati oleh keluarga Mark. Sudah beberapa kali ia mencoba menghubungi Renjun namun pemuda itu tidak menjawab panggilan teleponnya.
Ingin sekali ia kembali ke kantor untuk mencari pemuda itu namun ia urung karena sebelumnya Renjun sudah mengatakan bahwa ia akan datang tapi sebelum itu ia ingin mengurus beberapa hal penting dulu.
Mark yang sangat percaya pada Renjun hanya mengangguk menurut.
"dimana Renjun, Mark?" suara yang terkesan malas itu menyapa pendengaran Mark. Pandangannya Mark teralihkan pada sumber suara senyuman kikuk Mark pancarkan.
"tunggu sebentar lagi Bubu, mungkin Renjun terjebak macet" dalih Mark mencoba memikirkan kemungkinan yang terjadi pada kekasihnya?
"kenapa lama sekali?" gumam Mark pelan, sangat pelan, bahkan mungkin hanya dia saja yang bisa mendengarnya.
"Jeno bagaimana keadaan Jisung sekarang, beberapa hari ini Bubu dan Daddy belum bisa mendatangi kalian maafkan kami" ujar Taeyong kepada anak keduanya yang sedang duduk didepannya.
"tidak apa-apa Bubu lain kali Bubu bisa mengunjungi kami" Jaemin menimpali.
"lagipula jadwal Jisung sudah mulai padat karena dia ikut kelas musik disekolahnya"
Jeno mengangguk membenarkan penuturan Jaemin.
"ohh iya si kembar Jung dimana Bubu?" tanya Jeno.
Taeyong mengangkat bahunya acuh.
"bukankah Mark kembaranmu?" Jeno menatap malas sangat bubu.
"tadi sudah Bubu ajak tapi mereka menolaknya jadi Bubu biarkan saja mereka"
"aishh.. mereka itu selalu saja seenaknya" gerutu Jeno.
Perbincangan mereka berlanjut beberapa menit membahas hal yang terpikirkan begitu saja di benak mereka. Sesekali suara tawa bahagia terdengar di meja yang berisi sebuah keluarga yang tidak lengkap itu, hingga akhirnya sebuah suara menginterupsi kegiatan mereka....
"maaf aku terlambat" pemilik suara yang sedari tadi mereka tunggu kehadirannya.
"Renjun.. "
Mereka mendongak menatap bingung dan penasaran pada Renjun, tidak.. lebih tepatnya pada seseorang yang berdiri di belakang Renjun.
Mark berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Renjun. Melihat Mark yang mendekat, Renjun melangkah mundur menjauhi Mark yang mencoba meraih pergelangan nya.
Mark menaikkan alisnya, menatap bingung pada Renjun.
"maaf.. "
"soal hubungan kita.. sepertinya semuanya harus berakhir disini karena aku ingin memberikan ini kepadamu" Renjun mengulurkan sebuah kertas kepada Mark.
Terlihat seperti.... kartu undangan?
"apa ini?" Tatapan penuh tuntutan dilayangkan pada Renjun. Sedangkan pemuda itu terkekeh pelan melihat semua orang yang menatap bingung dirinya.
"ini tidak serius kan sayang? dan siapa dia?" Mark mencoba memikirkan hal-hal yang baik di otaknya.
Mungkin saja kekasih mungilnya ini ingin memberikan kejutan untuknya. Siapa tahu?
"tidak dan semuanya benar-benar sungguhan" Renjun meraih tangan seseorang yang berdiri disebelahnya.
"dia.. kekasihku dan itu undangan pernikahan kami" Renjun menunjuk surat yang berada di tangan Mark.
"aku dan Guanlin akan menikah beberapa hari lagi"
brakk..
Taeyong menggerak meja dengan kuat hingga suaranya berhasil membuat beberapa orang yang duduk disana terdiam. Untung saja mereka memesan ruang VIP jadi mereka tidak mengganggu orang lain.
"apa maksudnya ini Renjun?" sulut Taeyong penuh emosi.
"tenanglah sayang.. " ujar sang suami, mengusap pelan punggung Taeyong.
Renjun yang dihakimi seperti itu bersikap tenang dan santai seolah tidak terjadi apa-apa di sana.
"tenang katamu Jae? anakku sedang dipermainkan dan kau menyuruhku untuk tetap tenang?" Taeyong benar-benar emosi, dirinya tidak habis pikir dengan sikap santai Jaehyun.
Mark yang sedari tadi diam menghela nafas dalam. Jujur ia merasa bingung disini.
"Renjun.. tolong jelaskan alasanmu melakukan ini"
Renjun mengangguk dan mempersilahkan mereka untuk duduk. Dirinya akan dengan senang hati menceritakan semua masalah yang telah diciptakan oleh si sulung keluarga Jung.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Problem and Our Problem
Random"maafkan aku yang tak bisa bersikap layaknya orangtua untuk kalian, tapi mulai sekarang aku berjanji akan selalu menyayangi dan melindungi kalian, aku benar-benar minta maaf" Seo Haechan ceritanya aku ganti judul dari "why can like this" menjadi "my...