41. Permintaan maaf Haechan

180 7 0
                                    


🗿ᮢᮡᮣᮁᮀᮂ🗿ᮢᮡᮣᮁᮀᮂ

£

Sebelum baca jangan lupa Vote and Comment,
yang mau ngasih ide boleh...

°°°°°°

Kalau ada yang mau memperbaiki beberapa kalimat yang rasanya kurang cocok juga boleh..

£

So.. selamat membaca~

£

Kaki jenjang itu melangkah ragu mendekati dua orang bocah kecil yang berjongkok do depan gerbang sekolah.

Salah satu anak kecil itu sedang menggambar di trotoar jalan menggunakan batu. Sedangkan satunya lagi hanya memandang gambar yang di buat oleh saudara kembarnya.

"itu mereka.. " gumam Haechan.

Langkah kakinya hanya berjarak sekitar tiga meteran lagi, tetapi ia tidak berani melangkah lebih jauh lagi menyusul anak-anaknya.

"Chenle.. Mingrui.. maafkan papi"

Kedua anak itu, Chenle dan Mingrui masih sibuk dengan kegiatannya mereka tidak menyadari kehadiran Haechan di dekat mereka.

"kenapa paman Dery lama sekali?" gerutu Chenle melempar batu di tangannya.

"tidak biasanya paman Dery terlambat seperti ini, padahal paman Dery sudah berjanji untuk datang"

"aku tidak tahu Lele mungkin di jalan sedikit macet, tak mungkin paman Dery lupa dengan kita" Mingrui melemparkan pikiran positifnya menatap Chenle.

Haechan masih memandang ragu ke depannya. Dirinya tidak tahu harus melakukan apa saat ini, rasa ragu itu tiba-tiba menghampiri nya membuatnya tidak berani untuk berhadapan dengan anaknya.

"ayo Haechan, bukankah kau sudah berjanji untuk memperbaiki semuanya?" gumam Haechan dengan tangan yang mengepal.

Perlahan kakinya mulai melangkah mendekati kedia anak kembar itu. Belum ada satu meter kaki Haechan melangkah seseorang di depan sana membuatnya terdiam kaku ditempatnya berdiri.

Di sana, di depan anak kembar itu, seorang pria paruh baya yang sangat Haechan kenal sedang mengajak anak-anaknya untuk berbicara.

Haechan tidak bisa untuk tidak kaget melihat kejadian ini. Dengan langkah yang sangat lebar dan cepat Haechan berjalan mendekati ketiga orang berbeda usia itu.

"PAMANN" pekik Haechan dengan girang.

Pria paruh baya yang dipanggil paman oleh Haechan itu membalas tatapan Haechan dengan senyuman lebar.

"ecann"

Haechan menitikkan airmatanya menatap pria paruh baya itu. Keduanya merentangkan tangan untuk saling memeluk guna melepaskan rindu.

Chenle dan Mingrui menatap bingung pada Haechan dan orang itu.

"siapa orang itu Mingrui?" tanya Chenle berbisik di sebelah Mingrui.

Mingrui hanya menggelengkan kepalanya dan terus memfokuskan tatapannya kepada Haechan dan pria paruh baya itu.

"ecann rindu sekali" gumam Haechan di dalam pelukannya.

"lepaskan dulu, rasanya paman tidak bisa bernafas dengan benar" keluh pria tua itu.

Haechan segera melepaskan pelukannya dan tersenyum kikuk.

"maafkan Haechan"

"paman hanya sendiri?" tanya Haechan dengan wajah penasaran.

"iya, paman hanya sendiri"

"lalu.. bagaimana dengan appa dan eomma? apa berita kecelakaan itu benar?" Tatapan Haechan tertuju pada manik gelap di depannya.

"maafkan paman Haechan, paman tidak bisa menjaga orangtuamu dengan baik"

Haechan menutup mulutnya dengan tangannya, tubuhnya merosot ke lantai. Hilang sudah harapannya yang menginginkan kedua orangtuanya masih hidup di dunia ini.

"appa.. eomma.. " lirih Haechan.

Chenle dan Mingrui mendekati Haechan, tangannya terulur mengusap wajah Haechan.

"jangan nangis papi" ujar Chenle sendu.

"Lele.. " Haechan tak bisa berkata-kata lagi melihat kedua putranya. Dengan isak tangis yang masih terdengar ia mencoba meraih kedua tubuh kecil itu ke dekapannya.

"maaf" gumam Haechan yang masih terdengar jelas di telinga anaknya.

"maaf, karena selama ini papi selalu berlaku buruk pada kalian"

"sudah papi jangan menangis lagi" bujuk Mingrui mengelus punggung Haechan.

"ayo kita pulang" ajak Chenle berusaha melepaskan pelukan mereka.

Chenle dan Mingrui membantu Haechan untuk berdiri. Chenle menggandeng tangan kanan Haechan, sedangkan Mingrui menggandeng tangan kiri Haechan.

"paman mau ikut kami pulang?"

"maaf Haechan, paman tidak bisa ikut Haechan pulang, lain kali saja ya, banyak hal yang harus paman urus sejak kepergian orangtua kalian"

Haechan mengangguk sedih dengan senyuman yang dipaksakan nya.

"kalau begitu kami pamit ya paman" Haechan berlalu meninggalkan area sekolah sambil berjalan bersama kedua anaknya.


£

Di sebrang jalan sana seseorang tengah memantau semua yang dilakukan oleh Haechan, lebih tepatnya pria tua yang bersama Haechan tadi.

Orang itu mlaporkannya kepada sang pesuruh yang sudah menyewa jasanya.

"iya tuan pria itu tadi bertemu dengan seorang pemuda dan dua anak kecil"

"... "

"sekarang mereka sudah berpisah, sepertinya mereka keluarga, terlihat dari anak itu yang memanggilnya paman"

"... "

"baiklah tuan aku akan terus memantaunya"

Panggilan telepon pun di akhiri dan orang itu kemudian pergi meninggalkan lokasi sekolah.





apalah dia ni apalah?

apsi gajelas bat part ini!!

***

lama ga up ada yang kangen nggak?

boleh sepill lagu fav kalian gak gess??

My Problem and Our ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang