38. Mimpi

115 7 2
                                    

'sebelum baca jangan lupa tap bintangnya gess'

£

"tidak Mark mereka anak-anakku, kau tidak ada hak untuk membawanya" ujar Haechan dengan nada bentakkan.

"kenapa tidak? bukankah mereka juga darah daging ku? kenapa kau menahannya?"

Haechan menundukkan kepalanya. Dadanya terasa sesak. Kenapa alur kehidupannya jadi begini?

"kau bahkan tidak menyayangi mereka Haechan, lalu mau mu apa? biarkan mereka bersamaku, aku akan menjaga mereka dengan baik" Mark tersenyum sinis melihat Haechan yang akan menumpahkan air matanya.

"tidak.. tidak.. aku tidak akan membiarkanmu membawa mereka" Haechan mengusap matanya "aku yang mengurus mereka sejak masih dalam bentuk gumpalan darah lalu sekarang kau datang untuk mengambil mereka? tidak akan kubiarkan"

Haechan mengalihkan pandangannya kepada kedua anaknya yang sedang menangis dipelukan Hendery.
Ia tidak tahu entah bagaimana ceritanya Mark bisa sampai di unit apartemennya dan yang lebih parahnya lagi bagaimana bisa Mark mengetahui bahwa Chenle dan Mingrui adalah anaknya. Susah payah Haechan menyembunyikan segalanya, lalu Mark dengan gampangnya datang dan ingin membawa kedua anaknya pergi menjauh darinya.  Haechan tidak sanggup membiarkan hal itu terjadi.

"kau menyembunyikan mereka dariku Haechan" Mark membalas bentakan Haechan dengan nada yang meninggi.

Haechan salah? ya, dia juga salah, tidak seharusnya ia menyembunyikan hal ini dari Mark. Tapi Haechan juga ingin egois. Bukankah Mark selama ini selalu egois padanya? Lalu apa salahnya jika ia membalas.

"itu karena kau selalu berbuat seenaknya padaku, lalu apa kau pikir aku akan berbuat baik padamu setelah kau melakukan hal kotor itu padaku? bahkan orang bodoh pun tidak akan melakukan itu sialan" Haechan melangkahkan kakinya mendekati Mark dan mendorong bahu pria itu.

"pergilah dan jangan pernah kembali, mereka akan selalu bersamaku" ucap Haechan.

"pilihannya bukan padamu tapi ada pada mereka"
Haechan terdiam mendengar penuturan Mark. Tidak.. tidak.. Haechan tidak ingin anak-anaknya di bawa oleh Mark.

"sekarang kau diam dan biarkan Chenle dan Mingrui yang memilih siapa, dirimu atau aku" ucap Mark penuh penekanan.

Langkah Mark berjalan mendekati Chenle dan Mingrui, tangannya terulur ingin menggapai keduanya.

Salahnya juga yang selama ini tak pernah menganggap anak-anaknya ada, salahnya yang tidak menyayangi mereka, salahnya yang selalu memberikan rasa kebencian kepada anak kembar itu

"Chenle dan Mingrui ingin ikut Daddy?" mata kedua anak itu berbinar, terbesit sebuah kebahagiaan atas pertanyaan yang dilontarkan Mark.

"Lele.. " Chenle menggantung kalimatnya dan menatap Haechan sesaat. Mata Haechan dibanjiri air mata. Anaknya tidak mungkin akan meninggalkannya bukan?

Kepalanya menggeleng seolah menyuruh anaknya menolak tawaran yang Mark berikan.

"jangan tinggalkan aku, ku mohon" lirih Haechan.

Sakit, hatinya benar-benar sakit. Ia tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi. Ia pikir Mark tidak akan perduli pada anak-anaknya, tapi apa ini?

"aku ingin.. " Mingrui menggantung kalimatnya "Mingrui ingin Daddy" Mingrui melepaskan pelukan Hendery dan memeluk Mark dengan sangat erat.

"Lele juga" disusul oleh si sulung Chenle.

Hancur sudah harapan Haechan untuk menahan anaknya agar tetap bersamanya. Jika itu pilihan mereka, Haechan bisa apa? menangis darah pun ia takkan bisa menahan kedua anak itu.

Salahnya, yang selama ini tak pernah menganggap anak-anaknya ada, salahnya yang tidak menyayangi mereka, salahnya yang selalu memberikan tatapan penuh kebencian kepada anak kembar itu, seharusnya dari dulu ia tidak bersikap buruk pada anaknya.

"kalian akan pergi meninggalkan ku?" mata Haechan tidak henti-hentinya mengeluarkan buliran bening.

"tapi kenapa?" lirih Haechan.

Mingrui melepaskan pelukannya dari Mark "bukankah papi yang menginginkan kami untuk selalu menjauh? dan sekarang kami lakukan" senyuman penuh paksaan terpancar dari belah bibir Mingrui.

"maaf sebelumnya selalu menyusahkan papi, mulai sekarang kami tidak akan pernah menampakkan diri lagi di depan papi"

Mingrui berjalan mendekati Hendery dan memeluknya dengan erat "maafkan Mingrui"

"bukan salah Mingrui, semuanya memang pilihan Chenle dan Mingrui, maaf jika paman Dery pernah memarahi kalian" tangan Hendery tergerak mengusap kepala kedua keponakannya.

Hendery melepaskan pelukan mereka dan menangkup pipi keduanya, senyuman tulus mengembang dibelah bibir keduanya.

"kita tak apa paman"

Setelahnya Mingrui menarik tangan Mark dan Chenle untuk pergi.

Haechan menjatuhkan dirinya ke lantai. Bukan seperti ini yang Haechan inginkan. Bukan.

Matanya tidak bisa berhenti menahan tangis.

"jangan tinggalkan aku kumohon"

Tapi sekarang apalah daya? kedua anaknya benar-benar pergi menjemput bahagianya meninggalkan Haechan yang dipenuhi penyesalan yang tidak berujung.

"aku benar-benar minta maaf.. "

TBC

My Problem and Our ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang