9. Siapa itu?

121 10 0
                                    

eyyyoo i'm back

.

'sebelum baca jangan lupa tap bintangnya gess'

£


Seorang pria berjalan tergesa-gesa menuju ruangan kerjanya di perusahaan besar dan ternama ini. Dirinya sudah terlambat sekitar lima menitan. Jadilah ia harus berlarian agar sampai lebih cepat.

Paginya, Haechan dan Hendery sedang mengantri untuk mandi. Haechan harus berdiri didepan kamar mandi sambil memegang handuk serta pakaiannya.
Kamar mandi yang ada di unit apartemen mereka memang ada tiga kamar, masing-masing kamar Haechan dan Hendery memilikinya satu sedangkan satu lagi ada di dapur. Sekarang mereka harus bergantian mandi karena saluran air yang harusnya hidup empat kali satu minggu entah bagaimana dalam minggu ini tidak hidup. Mereka bersyukur karena air di kamar mandi dapur tidak ikutan mati jadi mereka masih bisa mandi di sana.

"hendery aku tahu kau sekretaris yang sempurna untukku tapi bukan berarti kau bisa seenaknya begini, sudah beberapa hari ini kau sering terlambat masuk kerja" Xiaojun menatap intens Hendery yang berdiri di hadapannya.

Hendery yang merasa tak enak hati hanya menunduk mendengarkan setiap ucapan yang disampaikan Xiaojun. Beberapa hari dalam minggu ini ia sering terlambat padahal ia baru sekitar dua mingguan bekerja di perusahaan Xiaojun.

"maaf" hanya kalimat itu yang mampu Hendery ucapkan.



hufftttt...

Hembusan nafas kasar Xiaojun keluarkan, tangannya sibuk memijit pelipisnya.

"yasudah kali ini aku maafkan" ujar Xiaojun.

"tapi jika kau terlambat lagi mungkin kau harus rela berpisah dengan pekerjaanmu" Hendery meneguk ludah kasar. Ia tidak ingin kehilangan pekerjaan lagi. Pekerjaan ini terlalu sempurna untuk ditinggalkan.

Jadwal kerjanya di bar juga sudah ia berikan kepada orang lain, karena pekerjaan yang diberikan Xiaojun cukup menguras tenaganya. Bukan hanya tenaganya otak serta waktunya juga harus bekerja extra membuat tubuhnya jadi semakin mudah kelelahan. Tapi ia juga bersyukur karena gaji yang diterimanya tiga kali lipat dari jumlah gajinya selama kerja part time.

Minggu pertama ia bekerja, ia diberi uang oleh Xiaojun, uang itu adalah uang bonus untuknya karena berhasil mendapatkan kerjasama dalam pertemuan pentingnya dengan salah satu pemilik perusahaan besar di negara ini, bahkan mereka menerima tawaran kerja sama dari perusahaan Xiaojun. Xiaojun yang bahagia langsung memberikan Hendery bonus.

£

"berat juga hidup tanpa orangtua" Hendery menatap pantulan dirinya dicermin wastafel.

"Appa Eomma Dery dan Haechan masih membutuhkan kalian"

Dirinya sudah lelah menghadapi hari-hari yang semakin melelahkan tanpa kehadiran orangtuanya. Di sisi lain ia juga harus berjuang demi kelangsungan hidupnya dan juga adiknya.

Menjadi orangtua pengganti menang tidak semudah itu tapi Hendery sudah berusaha walaupun hasilnya sangat diluar ekspektasinya. Dulu ia pikir semuanya tidak akan seribet ini. Dan semuanya akan berjalan sesuai dengan keinginannya namun takdir berkata lain.

"Eomma Appa bagaimana ini? Dery harus apa? Capek? ya jelas Dery capek, kenapa Eomma dan Appa meninggalkan hutang yang besar untuk Dery dan Haechan?"

Hendery mengusap wajahnya dengan air, sesuatu terasa mengganjal dipelupuk matanya hingga matanya memburam. Membuatnya harus mengusap matanya agar penglihatannya kembali nyaman.

Kepalanya terangkat menoleh pada cermin wastafel "semangat Seo Hendery hidupmu tidak berputar di sana saja"

Tangannya terkepal dengan senyum penuh ketulusan ia umbar. Bagaimanapun ia satu-satunya harapan untuk Haechan, begitupun dengan Haechan, hanya Hendery sekarang yang ada untuknya bergantung hidup.

Jadi, Hendery harus kuat bagaimanapun, mengeluh juga bagian dari perjuangan, bukan berarti karena keluhan itu ia bisa menyerah begitu saja. Ia anak dan kakak yang kuat.

£

Ruangan yang gelap dan kedap akan suara membuat seorang pemuda manis itu menangis dalam kesendirian. Disini dia sekarang, ruangan perpustakaan lama yang sudah terbengkalai, terletak di belakang sekolah. Bukan tanpa sebab, ia berada disini karena ulah Mark, pemuda itu menarik paksa dirinya dan membawanya ke tempat ini. Dia sudah memberontak dan menangis minta dilepaskan namun tidak dihiraukan sedikitpun.

"Eomma Appa Ecan takut, Kak Dery Ecan tidak mau lagi sekolah jika seperti ini, mereka jahat pada Ecan" keluhnya dalam hati.

Hari ini sudah yang kesekian kalinya Mark menyiksa dan mengganggunya, terlebih parah lagi pemuda itu meninggalkan nya sendirian ditempat minim cahaya seperti ini. Mark tadi sempat memukul dan mendorong nya hingga terjatuh dilantai. Pemuda itu juga ingin melecehkannya lagi sebelum dering handphone menghentikan kegiatannya. Entah bagaimana, Haechan sangat bersyukur untuk itu.

Haechan meneguk ludahnya kasar, samar-samar ia mendengar suara seperti desahan seseorang. Ia mulai berdiri dengan dibantu oleh tangannya untuk bersandar pada dinding ruangan. Langkahnya ia bawa menuju pintu, mengintip sedikit pada celah pintu untuk melihat siapa itu.

Meneguk ludah kasar, Haechan membolalakan matanya dan mundur beberapa langkah. Tangannya ia tautkan karena gemetar. Kakinya tidak sanggup lagi menumpu berat badannya hingga ia terduduk dilantai.

Kenapa hidupnya seperti dipermainkan oleh takdir, ia tidak ingin hidup seperti ini. Ia hanya ingin hidup normal layaknya anak-anak seumuran nya.

Menangis darah pun ia tetap tak akan bisa mengubah takdir hidupnya. Sebanyak apapun do'anya, setinggi apapun harapannya tetap dirinya hanya hidup dalam lingkungan yang menyakiti dirinya.

Sekarang hanya saudaranyalah satu-satunya orang yang menyanyinya. Renjun, temannya itu benarkah juga menyayanginya? Bolehkah ia berharap bahwa ia tidak hanya memiliki satu orang yang sayang padanya dikehidupan ini, melainkan masih ada satu lagi orang yang menyayanginya. Atau dimasa depan nanti akan ada orang yang benar-benar menganggap ada dirinya dan menginginkan dirinya untuk hidup bersamanya. Menyanyangi dan mencintainya setulus hati.

TBC

bab 9 ga ke publis? maap aku lupa keknya setelah revisi waktu itu

sorry ya gaess

My Problem and Our ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang