7. Pekerjaan Baru

170 13 0
                                    


'sebelum baca jangan lupa tap bintangnya gess'


£

Suasana canggung dan menegangkan membuat Hendery harus meneguk ludahnya dengan kasar. Tatapan pria yang duduk didepannya membuat ia takut untuk menatap manik wajah itu. Berkali-kali Hendery meremat tangannya untuk mengurangi kegugupan nya. Tatapan pria paruh baya itu begitu mengintimidasi nya. Sungguh tak nyaman.

"tak perlu takut kau hanya perlu interview disini, bukan berusaha mendapatkan restu calon mertuamu" canda orang itu.

Hendery tersenyum canggung "maaf tuan" kepalanya tertunduk.

"jadi, kenapa kau memilih pekerjaan ini dan diperusahaan ini?" tanya pria paruh baya itu memulai sesi interview mereka.

"umm.. itu ka-" ucapan Hendery terhenti ketika mendengar deringan handphone pria yang berstatus sebagai bosnya ini.

"maaf, tunggu sebentar" pria itu pergi dari hadapan Hendery untuk mengangkat panggilan teleponnya.

huffftt..

Helaan nafas lega Hendery terdengar, tangannya mengusap dadanya, berusaha melegakan sesuatu disana.

"apa-apaan tatapan itu? apa dia ingin memakanku? pantas saja tidak ada yang ingin bekerja dengannya" batin Hendery menggerutu.

"apa yang harus aku jawab aku tidak memiliki pengalaman dalam pekerjaan ini, sebelumnya aku memang pernah membantu Appa di perusahaan tapi bukan sepenuhnya aku yang mengerjakan, bagaimana ini?"

"bagaimana jika aku ditolak mentah-mentah?"

Beberapa menit Hendery bergelung dengan pikirannya hingga ia tidak menyadari kehadiran seseorang dibelakangnya.

"hai?" sapa orang itu menyentuh bahu Hendery.

Hendery berteriak mengumpat karena kaget. Namun setelah ia melihat siapa orang yang membuatnya terkejut ia langsung berdiri membungkuk hormat kepada orang itu.

"maaf saya tidak bermaksud memaki Anda" ucap Hendery berusaha sesopan mungkin menghadapi lelaki didepannya ini.

Lelaki ini pasti bukan sembarangan orang, karena ia bisa memasuki ruangan pemilik perusahaan dengan gampang. Juga pakaian rapi dan formalnya.

"kau siapa?" tanyanya dengan alis menukik menatap Hendery.

"aku.. aku Hendery, Seo Hendery" jawab Hendery sambil menunduk.

"ahh.. aku ingat kau yang akan interview hari ini kan?"

Hendery mengangguk. Lelaki yang berdiri di depannya ini menyuruh Hendery untuk duduk. Sedangkan lelaki itu berjalan menuju kursi di depannya

Jika dilihat dengan baik wajah lelaki itu tidak terlalu tua mungkin hanya berjarak satu atau dua tahun dengan Hendery. Wajahnya sangat manis dan cantik, Hendery jadi teringat adik manisnya yang berada di sekolah, sedang apa anak itu sekarang.

"baiklah a-"

"Dejun" kalimat pemuda itu terpotong kala seseorang memanggilnya. Jadi, namanya Dejun?

Hendery menolehkan kepalanya ke belakangnya begitu pula dengan orang yang bernama Dejun ini, pandangan mereka terfokus pada satu tempat. Pintu masuk.

"ya ada apa Ayah?"

"ayah?" mata Hendery membelalak mendengar panggilan itu.

"jadi pria tua itu ayahnya? kenapa mereka memiliki wajah yang berlawanan?"

"apa-apa jangan-jangan anak ini anak tetangga?"

Hendery menggeleng menepis pikiran-pikiran tidak bergunanya.

"Dejun, hari ini ayah akan berangkat untuk mengurus perusahaan utama bersama uncle Jae dan ayah harus mengurus beberapa hal karena salah satu teman ayah yang meninggal dalam kecelakaan"

"baiklah ayah"

Anak dan ayah itu berpelukan, Hendery yang melihat itu sedikit iri dan cemburu. Ia jadi merindukan orangtuanya yang sudah pergi? Matanya berkaca-kaca menahan tangis.

"baiklah ayah pergi dulu, jika ada masalah hubungi ayah"

Dejun mengangguk dan melambaikan tangannya tanda perpisahan dengan ayahnya.

Dejun menatap jam di pergelangan tangannya, matanya membelalak dengan mulut menganga. Hendery yang melihat itu menautkan alisnya bingung.

Dejun berlari mengambil beberapa berkas dokumen di atas meja dan menarik tangan Hendery untuk ikut bersamanya.

"ayo.. kita hampir terlambat"

Hendery yang mendapat serangan mendadak seperti itu hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah Dejun.

Pemuda Seo itu bertanya-tanya dalam hatinya apakah ia sudah diterima bekerja di perusahaan ini (?) Hendery tidak tahu karena belum mendapatkan informasi konfirmasi dari pemimpin perusahaan ini.

£

Hiruk-pikuk suara siswa-siswi sekolahan terdengar keras dalam ruangan kantin sekolah. Haechan dan Renjun sedang menikmati makanannya sekarang setelah mengantri beberapa menit menunggu makanan siang mereka.

Renjun menikmati makanannya dengan sesekali tatapan matanya teralih pada Haechan.

"Chan ada apa?" tanya Renjun. Tatapan wajah Haechan sangat waspada terhadap sekitarnya, seperti ada yang ditakutinya. Renjun jadi khawatir kepada Haechan, pasalnya sedari tadi wajah itu terlihat tidak baik-baik saja.

Haechan menggeleng "aku tak apa"

Renjun mendesah kecewa, padahal wajah Haechan jelas menyampaikan pesan tersirat bahwa ia tidak baik, tapi mulut bocah itu berbicara bahwa ia baik-baik saja. Renjun tidak ingin Haechan bernasib sama seperti temannya yang sebelumnya. Anak itu, teman pertama Renjun disekolah ini harus pindah karena sering dibuli. Ia meninggalkan Renjun yang notabene nya adalah temannya dan Renjun hanya memiliki dia sebagai teman disekolah ini. Untuk pindah sekolah pun Renjun tidak ingin karena ia masih berharap anak itu kembali ke sekolah ini agar mereka bisa bermain bersama lagi.

"Chan, jika kau punya masalah cerita saja padaku kita akan mencari solusinya bersama"

Haechan tersenyum "tenang saja injun, ecan tak apa, ecan baik-baik saja"

Renjun mengangguk pasrah, susah berbicara dengan Haechan, tapi apalah, Haechan sendiri yang tidak ingin berbagi cerita jadi Renjun bisa apa. Yang pasti sampai kapanpun Renjun akan tetap ada untuk Haechan sebagai temannya.

TBC

My Problem and Our ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang