28. Ruang makan

96 6 0
                                    

'sebelum baca jangan lupa tap bintangnya gess'


£

Haechan duduk di meja makan sendirian, menikmati hasil kerjanya dalam diam. Matanya melirik sekeliling melihat jika ada orang lain selain dirinya di ruangan itu.

"tidak ada siapapun? kemana perginya Aunty Wu?" Haechan bergumam sendiri.

Setelah bosan memikirkan hal yang menurutnya tidak penting itu Haechan kembali menikmati makanannya dengan keheningan.

Beberapa menit berlalu, makanan Haechan masih belum habis. Ia tidak bisa makan sambil terburu-buru jadinya ia sedikit lama menghabiskan makanannya.

"Papi~" suara yang tidak asing itu mengalihkan atensi Haechan.

Matanya menangkap sesosok kecil yang berdiri tidak jauh darinya. Haechan menatap malas si pemilik suara itu.

"ada apa?" jawab Haechan ketus.

"boleh Lele duduk?" suara yang mengganggu acara makan Haechan kembali terdengar.

"terserah" Haechan menjawab pertanyaan Chenle dengan nada tidak peduli. Chenle yang mendapatkan jawaban itu merasa bahwa papinya itu memberikannya izin untuk duduk di dekatnya.

Kaki mungil Chenle melangkah mendekati Haechan. Tubuh mungil itu mendarat di kursi sebelah Haechan. Chenle sedikit kesusahan untuk menaiki kursi karena dirinya yang pendek. Namun, Haechan tidak memiliki niat secuilpun untuk membantunya.

"Papi makan apa?" tanya Chenle penasaran.

Haechan menatap Chenle dengan tatapan tajam membuat tubuh Chenle tersentak dan sedikit menjauh ke ujung kursi. Tatapannya ia alihkan menghindari manik Haechan.

Tatapan tajam Haechan tak melunak meski Chenle tampak ketakutan.

"sial, wajah itu.. " Haechan membanting sumpitnya ke meja lalu beranjak meninggalkan Chenle dari sana.

Anak itu hanya menatap sendu punggung Haechan yang semakin menjauh dari pandangannya. Matanya berkaca-kaca, rasanya ia ingin menangis tapi air matanya enggan untuk keluar.

£

Temaram lampu kamar menemani malam Haechan. Setelah acara makanannya tadi ia kembali ke kamarnya untuk tidur. Perutnya masih lapar tapi ia tidak ingin kembali ke dapur dan berhadapan dengan wajah yang dibencinya, mungkin? Ia pun memilih melanjutkan tidurnya. Mungkin dengan begini rasa lapar di perutnya bisa hilang.

Setelah tidur beberapa saat, Haechan kembali terbangun dengan perut yang benar-benar kelaparan. Mau tak mau ia turun ke dapur mencari makanan yang bisa dimakannya saat ini. Sambil menggerutu ia memanaskan beberapa makanan yang ada di dalam kulkas. Mungkin itu masakan yang dibawa oleh Yangyang atau Jungwoo. Haechan tak tau.

Helaan nafas kasar keluar dari belah bibir Haechan. Ia berjalan menuju wastafel dan mencuci wajannya dengan air. Matanya masih sedikit mengantuk.

Haechan membawa makanannya menuju kamar, ia tidak ingin lagi kejadian tadi siang terulang, bisa-bisa kerjaannya hanya memasak dan meninggalkan makanan saja nanti. Jadi ia lebih memilih memakan makanannya di dalam kamar.

Setengah jam berlalu, makanan Haechan sudah habis, ia melangkah turun menuju dapur meletakkan piring dan gelas kotornya di wastafel dapur. Tenggorokannya terasa kering lalu ia memilih berjalan menuju kulkas mencari minuman dingin yang bisa meredakan rasa hausnya.

TBC

Gaess ada yang mikir alurnya ga nyambung gak?

Aku lupa alurnya jadi aku bikin seingat aja_-

sorry yee....

My Problem and Our ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang