23. Chenle and Mingrui

220 10 0
                                    

'sebelum baca jangan lupa tap bintangnya gess'

£

Tangis perpisahan penuh haru terlihat jelas di wajah Haechan. Isakkan tangisnya semakin menjadi-jadi.

"jangan menangis Haechan kakak akan kembali lagi nanti menemuimu Lele serta Mingrui" ucap Hendery.

"tapi.. tapi.. kakak janjikan?" tanya Haechan dengan suara isakkan.

"umm.. iya kakak janji"

Hendery memeluk adiknya dengan erat.

"jaga Lele dan Mingrui dengan baik ya?" Haechan menggangguk dalam pelukan Hendery.

"lusa Renjun akan pulang jadi jangan terlalu khawatir" Haechan kembali mengangguk, pelukannya semakin erat seolah enggan melepaskan Hendery untuk kembali pergi mengurus pekerjaannya.

"sekarang lepaskan pelukannya" Haechan menurut.

Hendery mengusap surai adiknya dengan lembut "kakak pergi baik-baik disini"

Hendery berbalik berjalan meninggalkan Haechan. Pesawatnya sudah akan berangkat sebentar lagi.

"Eomma, Appa Hendery gagal sekaligus berhasil menjaga Haechan"

"sekarang tanggung jawab Dery bukan hanya Haechan tapi juga Chenle dan Mingrui anak-anaknya Ecan"

"sudah empat tahun berlalu, tapi tak ada satupun petunjuk dimana kalian berada, jika kalian masih hidup berikan Dery petunjuk agar Dery bisa berjuang mencari kalian"

Mata Hendery memanas perlahan lelehan air bening menuruni pipinya. Sudah bertahun-tahun berlalu namun hidupnya tetap berjalan di situ-situ saja. Tak ada hal menarik yang berjalan dikehidupannya.

"Dery harus apa?"

£


Haechan menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Matanya menerawang ke sekeliling mencari keberadaan orang-orang rumah.

"sepi sekali" gumam Haechan.

"Mama?" panggil Haechan dengan nada yang lumayan tinggi.

Tak ada jawaban dari sang empu akhirnya Haechan berjalan menuju lantai dua. Berharap orang yang dicarinya berada disana.

"Ma?" Haechan mendorong pintu kamar namun hasilnya nihil, tak ada seorangpun di ruangan ini.

Akhirnya Haechan kembali turun, mengambil handphone nya dan mencoba menghubungi Doyoung, seingatnya ia tadi meninggalkan Doyoung dirumah bersama kedua anak kembarnya.

"kemana perginya anak-anak itu? apa mereka ikut bersama mama?"

"aku lelah" Haechan menjatuhkan kembali tubuhnya pada sofa, menyenderkan punggungnya pada sandaran sofa "anak-anak itu cukup merepotkan hidupku" keluh nya dengan mata terpejam.

"KAMI PULANG" lengkingan suara yang tidak asing ditelinga Haechan membuat Haechan bernafas lega.

"ecan sayang lihat kami membeli apa untukmu" ujar Doyoung menyerahkan papperbag yang dibawanya kepada Haechan.

Di belakangnya berjalan dua anak kecil yang tergopoh karena bawaannya yang sedikit lebih besar dari ukuran tubuhnya.

"papi Lele dan Mingrui membelikan papi ini" ujar seorang anak tiga tahun berdiri didepan Haechan dengan papperbag digenggaman mungilnya.

"aku tidak peduli" Haechan beranjak dari duduknya
meninggalkan ruang tamu.

Wajah anak itu nampak murung melihat kepergian Haechan.

"mau kemana?" sela Doyoung cepat sebelum Haechan menjauh "aku lelah Ma, aku mau istirahat sampai Renjun pulang" ujar Haechan melongos begitu saja.

"sampai kapan anak itu bersikap seperti ini?"

"ahh.. Lele dan Mingrui mau makan atau mandi dulu?" tanya Doyoung meletakkan semua barang bawaannya di atas meja.

"Yuan mau mandi" jawab Mingrui "Lele ikut Yuan"

Akhirnya Doyoung membawa anak kembar itu menuju kamarnya, memandikan mereka berdua secara bergantian dan memakaikan pakaiannya.

Setelahnya Doyoung kembali membawa mereka ke lantai dasar. Menyuruh kedua anak itu untuk menunggu di ruang tamu sambil memainkan mainan mereka yang baru dibeli tadi.

Sementara Doyoung sedang asik di dapur menyiapkan makanan untuk mereka makan malam. Tak ada campur tangan Haechan karena anak itu sedang mengurung diri di kamar.

Bahkan ketika disuruh keluar kamar untuk makan pun Haechan menolak dengan alasan dirinya belum lapar.

"kenapa Haechan tidak ikut makan malam?" tanya Taeil memecahkan suasana hening.

"dia bilang belum lapar" jawab Doyoung seadanya.

"Lele dan Mingrui jika sudah selesai makan langsung tidur ya?" kedua anak kecil itu hanya mengangguk menyetujui perintah yang diucapkan oleh Taeil.

Tidak ada lagi pembicaraan sampai acara makan malam keluarga itu selesai. Hanya ada bunyi dentingan piring dengan sendok yang menggema.

TBC

My Problem and Our ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang