25. Kekasih Renjun?

147 7 0
                                    

'sebelum baca jangan lupa tap bintangnya ges'

*

"Ada beberapa perasaan sakit yang tak akan tersembuhkan, hanya bisa coba dilupakan"

£

Keluarga kecil yang tengah berkumpul itu tertawa bahagia karena kehadiran dua anak kecil di antara mereka.

Kini ruang tamu itu terasa hidup dan damai karena kebahagiaan yang melingkupi.

"Ty Injjunie sekarang bekerja di pelusahaan besar?" tanya Chenle dengan logat anak kecilnya.

"umm.. nanti setelah gajian pertama ty injun akan membelikan kalian semua yang kalian inginkan" sumringah Renjun menatap dua anak kembar yang juga menatapnya.

"Lele mau beli permen yang banyak, kalau Mingrui mau apa?" tanya Chenle menatap Yuan yang duduk di sebelahnya. Yang ditanya hanya diam menatap interaksi dua manusia beda umur di sebelahnya.

"bukan Haechan sekali" batin Renjun menatap Mingrui yang masih enggan mengeluarkan suara.

"dimana papi kalian?" suara Taeil memecahkan keheningan yang terjadi antara Renjun dan Mingrui.

"ahh.. benar dimana Haechan?" kepala Renjun menoleh ke kiri dan kanan mencari seseorang yang namanya disebutkan tadi.

Kedua anak kembar itu menggeleng tidak tahu. Renjun baru sampai di rumah sekitar jam sembilan pagi. Di ruang tamu, anggota keluarganya sudah menunggu, tapi di sana ia tidak melihat keberadaan Haechan sama sekali. Sudah hampir dua jam mereka duduk bercengkrama disana namun Haechan tidak kunjung menampakkan diri.

"sekarang ty injun mau istirahat, kalian tidak ingin istirahat juga?" tanya Renjun menatap Chenle dan Mingrui bergantian.

Keduanya menggeleng serempak, menatap Renjun dengan tatapan lucunya.

"Lele dan Mingrui mau bermain saja" Chenle menarik tangan sang adik untuk ikut pergi bersamanya.


£

Renjun melangkahkan kakinya memasuki kamar, meletakkan semua barang bawaannya di sebelah lemari lalu berjalan ke luar kamar menuju kamar Haechan.

tok.. tok.. tok..

Pintu kamar Haechan diketuk pelan oleh Renjun. Berkali-kali ia melakukannya namun Haechan tak kunjung membukakan pintu untuknya. Dengan sedikit kesal, Renjun mendorong pintu itu dengan kencang hingga menimbulkan bunyi benturan yang keras.

"tidak dikunci? sialan" batin Renjun mengerang.


£

Seonggok manusia tengah menikmati kehangatan yang ditimbulkan oleh selimut yang membungkus tubuhnya. Matanya terpejam dengan damai, seluruh tubuhnya tenggelam dalam kurungan selimut.

Suara ketukan pintu tak terdengar olehnya karena terlalu menikmati mimpi indahnya.

Tubuh yang menggulung itu tersentak karena suara dentingan pintu yang begitu keras. Haechan mendudukkan dirinya menatap sumber suara yang mengganggu tidur nyenyak nya.

Matanya mengerjap menatap tak percaya orang yang berdiriberdiri di depan pintu sana.

"INJUNN" pekik riang Haechan.

Dengan langkah lebar ia turun dari kasur lalu memeluk Renjun dengan erat.

"aku merindukanmu" lirih Haechan dalam pelukannya.

"umm.. aku tahu" Renjun melonggarkan pelukan Haechan.

Tangan mungil Haechan mendorong tubuh Renjun untuk duduk di tepi ranjang nya. Setelahnya Haechan ikut menempatkan dirinya di sebelah Renjun.

"bagaimana?" pertanyaan Renjun membuat Haechan menyerngit.

"apanya?"

"bagaimana kabarmu? apa sekarang kamu sudah baik-baik saja?"

Haechan mengerti maksud pertanyaan Renjun, ia mengangguk sebagai jawaban.

"aku sudah baik, bahkan sangat baik" Haechan menatap dalam manik Renjun "terimakasih berkatmu aku jadi seperti ini, bantuanmu sangat berguna untuk kehidupanku, terimakasih Renjun terimakasih"

Renjun mengangguk, senyumam di bibirnya melengkung indah "tak perlu berterimakasih seperti itu, kita teman baik kan?" Haechan mengangguk membenarkan pertanyaan Renjun.

"kenapa pertanyaanmu seperti itu? bahkan kita sudah seperti saudara saat ini"

"karena kamu satu-satunya orang yang ingin berteman denganku setelah dia pergi ecan, aku tak memiliki teman lain selain kalian berdua" Haechan menautkan alisnya.

"dia? siapa?"

Renjun tersenyum malu-malu menatap Haechan "dia.. dia Guanlin, kekasihku"

TBC


eyyo wassap bro im back, wkwkw

gimana neh kabarnya? baik ya syukur ga baik ya syukur juga, iya nggak sih?

dahlah aing mah gajelas

My Problem and Our ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang