17. Ada Apa Dengan Jaemin?

216 15 0
                                    

'sebelum baca jangan lupa tap bintangnya gess'

£

Hari membosankan lainnya di kehidupan Renjun, apalagi sudah beberapa hari ini Haechan tidak masuk sekolah. Walaupun mereka selalu bertemu ketika pulang sekolah tapi tetap saja rasanya berbeda ketika di unit apartemen Haechan dan lingkungan sekolah.

Siang ini Renjun tengah mengeluarkan sepedanya dari parkiran sekolah. Ia terlalu sibuk sehingga tidak menyadari ada seseorang yang memperhatikannya.

"Renjun" panggilan itu membuat si empu nama terjengkit kaget.

Sesegera mungkin Renjun menetralkan ekpresinya karena ia tahu siapa pemilik suara itu. Entahlah, Renjun tidak suka saja pada orang ini, karena ia juga terlibat dalam rasa sakit yang Haechan dapatkan.

"apa lagi yang sisialan ini inginkan?" decakan tidak sukanya ia keluarkan menatap malas pada pemuda yang berdiri didepannya.

"apa lagi yang kau inginkan, aku berterimakasih berkatmu dan kedua temanmu itu aku tidak memiliki orang lagi untukku ajak berbicara"

"terimakasih banyak karena sudah dua kali kalian membuat temanku menghilang"

Renjun ingin pergi meninggalkan pemuda ini namun ia ditahan.

"APA LAGI YANG KAU INGINKAN NA JAEMIN?" bentakan itu berhasil membuat Jaemin mundur beberapa langkah menghindari Renjun.

Renjun terkekeh sinis "kau takut? jadi kau hanya berani ketika ada yang mem-backing-mu saja? dimana kedua temanmu itu?" Renjun celingak-celinguk melihat ke arah kanan dan kirinya mencari orang-orang yang di maksudnya.

Renjun menautkan alisnya bingung, kepalanya ia miringkan melihat Jaemin yang seperti ragu dan takut.

"Renjun maaf" dua kata berhasil membuat Renjun speechless.

"sampaikan juga permintaan maaf ku pada Haechan"

"wahh kau meminta maaf? aku tak salah dengarkan? tak kusangka" Renjun bertepuk tangan dan berjalan mendekati Jaemin.

"jangan harap aku maupun Haechan akan memafkanmu, bahkan didalam mimpimu sekalipun, kuharap kau tidak melakukan hal bodoh itu" bisik Renjun ditelinga Jaemin.

Jaemin mematung, tidak pantaskah ia dimaafkan? Sejahat itukah dirinya hingga kesalahannya tidak bisa dimaafkan? Ia sadar selama ini ia sudah berbuat jahat, tapi bukan berarti ia tidak bisa memperbaikinya kan? Ia masih memiliki kesempatan untuk meminta maaf kan?

"Re-renjun"

"jangan pernah bersikap sok kenal denganku dan jangan pernah panggil namaku lagi, kau orang menjijikkan yang sangat kubenci" sarkas Renjun lalu meninggalkan Jaemin sendirian diparkiran sekolah.

"se tak pantas itukah diriku untuk dimaafkan?" gumam Jaemin.

Wajahnya menyendu meninggalkan kawasan sekolah. Niatnya sebenarnya hanya untuk meminta maaf pada Haechan tapi pemuda itu sudah beberapa hari ini tidak dilihatnya di kawasan sekolah.

Beberapa hari ini anak itu benar-benar membuat Jaemin penasaran kemana perginya.


£

"umm.. benarkah? lalu apa yang Injun katakan padanya?" Renjun tersenyum membalas pertanyaan itu.

Sekarang pemuda bermarga Moon itu sedang menikmati waktunya bersama Haechan. Sepulang sekolah ia langsung menuju ke apartemen Haechan untuk menceritakan kejadian yang sangat diluar dugaan itu kepada Haechan. Haechan harus tahu, karena ini sangat penting.

"tak ada, hanya memberinya nasihat pendek" jawab Renjun acuh.

"benarkah? lalu apa Jaemin mendengarkannya dengan baik?" tanya Haechan penasaran.

"tentu saja dia mendengarkannya dengan baik, jika tidak aku sudah pasti memukul kepalanya dengan helm sepedaku"

Haechan tertawa mendengar kalimat yang berupa lelucon itu. Melihat tawa Haechan itu membuat hati Renjun sedikit lega. Lupakan bahwa sebelumnya Haechan sempat berada di posisi yang sangat sulit dan menyedihkan.

"sekarang kau mau makan apa? apa bahan masakan di dapur lengkap?" Haechan menggedikkan bahunya tak tahu.

"uhh.. dasar"

"kita pesan makanan saja ya?" tanya Renjun yang dihadiahi anggukan semangat oleh Haechan.

"baiklah, kau mau makan apa?"

Renjun mengeluarkan handphonenya dari dalam saku bajunya.

"kimchi jjigae, waffle, dessert cokelat dan bibimbap" jawab Haechan penuh semangat, Renjun dibuat melongo mendengar semua pesanan yang Haechan inginkan.

"perutmu lapar atau kelaparan?" Haechan hanya tersenyum kikuk mendengar pertanyaan Renjun.

"baiklah aku akan memesankannya, lanjutkan membuat tugasmu nanti aku akan mengeceknya" titah Renjun.

Haechan menurut, ia kembali menulis ulang catatan yang di buku Renjun ke buku miliknya. Selain untuk bermain bersama Haechan, Renjun datang ke unit apartemen Haechan untuk mengajaknya belajar seperti biasa. Renjun akan dengan senang hati mengajari Haechan pelajaran yang telah dipelajarinya disekolah.

Tentang sekolah Haechan, ia kembali disuruh oleh Hendery untuk homeschooling. Persetan dengan biaya tambahan yang pasti banyak, menurut Hendery untuk sementara Haechan perlu dijauhkan dari lingkungan sekolah itu. Terlalu toxic untuk Haechan yang kekanakan. Apalagi setelah Haechan menceritakan semua masalah yang dihadapi anak itu kepada Hendery. Hendery merasa benar-benar gagal menjadi seorang kakak.



TBC

My Problem and Our ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang