"Jangan asal metik gitu. Ini kebun kosong. Lo baru sembuh ya, jangan sampe lo sakit lagi gara-gara kesambet salah satu penghuni di sini."
Isfi menurut untuk tak memetik bunga di sampingnya. Mereka baru saja dari Alfamart mengambil uang transferan terakhir sebab masa PKL sebentar lagi selesai.
"Pak Arthur lo ada kabar, Na?" Tanya Isfi sambil memeluk tangan kanan Liena. Ia perhatikan Liena kurang semangat menjalani hari. Tadi aja pulang setelah dzuhur karena Anna yang akan kembali meeting biasa aja. Biasanya juga seneng.
Liena mengedikkan bahu tak tahu. "Gak ada."
"Lo WA dia lah. Gengsi amat," ucap Isfi.
"Setelah dia foto sama cewek? Ogah!"
"Yeuh, elu. Digondol orang tau rasa," cibir Isfi.
"Dan lo yang ngegondolnya," balas Liena yang membuat Isfi terkekeh lalu mengacungkan kedua jempolnya.
"Panjang umur! Om Abi lo, Na!" Isfi menggoyang-goyangkan tangan Liena. Ia antusias dadah-dadah ke seberang jalan berharap lelaki yang di tunggu kabar nya tengah menaiki motor berplat militer itu. Ia iseng tadi menengok ke seberang jalan raya.
Liena menengok sekilas. Benar. Arthur tengah berdiri di samping jalan. Ia mengedikkan bahu tak peduli. Tepat sekali berhadapan dengannya jika ia menghadap ke arah jalan raya di sampingnya. Ia terus berjalan tanpa melihat Arthur yang mulai menyebrangi jalan.
Pokoknya gue harus ngelupain dia! Tekad Liena dalam hati.
"Pak Arthur!"
Dan tekad nya runtuh saat lengkingan Isfi terdengar. Resiko mepunyai teman spek toa masjid dan urat malunya yang udah putus ya, begini.
Liena membalikkan tubuhnya dan menatap sengit Isfi. Mulutnya baru akan bersuara namun urung melihat Arthur sudah berdiri di samping Isfi lalu berjalan ke arahnya.
"Boleh pinjam dulu 50? Sore saya ganti," ucap Arthur dengan entengnya yang membuat Liena dan Isfi menganga. Sopan kah begitu tuan.
"Really? Setelah hilang beberapa hari dan sekarang ketemu malah pinjam duit?"
"Yang bener aja!" Sengit Liena.
"Bener, Liena. Saya habis beli buah cuma lupa bawa dompet. Hape saya juga ketinggalan. Seinget saya di kantong ada uang tapi, gak ada," jelas Arthur sembari memegang dada bidang di mana saku bajunya berada. Menandakan bahwa ia benar-benar serius dengan ucapannya.
Melihat raut dan gelagat Arthur yang serius membuat Liena ragu-ragu mengocek saku celananya. Mengeluarkan uang 50.000 dan menyodorkan nya pada Arthur. "Ini uang kiriman dari Aa aku. Awas kalo gak diganti. Aku cari Om sampai ujung dunia," ucap Liena yang tak kalah serius nya dengan wajah Arthur.
Arthur mengangguk. "Siap. Sore saya ganti."
Mendengar kata siap Liena kini percaya sepenuhnya. Pikirnya secara tidak langsung Arthur membawa profesi nya juga. Awas aja sampai kayak yang di tiktok itu yang oknum oknum suka pinjam uang dan minta pulsa.
"Kamu ngapain jam segini ada di sini? Ini hari weekday. Harusnya kamu masuk kerja," ucap Arthur sambil melihat jam di tangannya.
"PKL Om PKL. Bukan kerja," ucap Liena dengan matanya yang mendelik.
"Sama aja. Yaudah, saya mau balik kerja. Makasih uangnya. Sore saya ganti."
"Iya iya. Sana," usir Liena dengan kedua tangannya menyuruh Arthur untuk segera menyebarang. Kebetulan kedua jalur tengah kosong.
Arthur berlari menyebrangi jalan.
Sesaat setelah membayar Arthur melesat membelah jalanan dan nampak mengacungkan tangan kirinya pada Liena yang membuat Liena terkekeh. "Dikira gue rekan nya kali pake acungin tangan gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
That Soldier, please!
Teen FictionPokoknya berdoa itu yang jelas. Jangan kayak Liena yang asal minta bahkan memohon tanpa tahu nanti ketemunya gimana dan kayak apa. Ya, meski akhirnya dipepet juga sih. *** Welcome to Meet Military Police versi new! Judulnya doang padahal yang baru...