31] Emang siapa?

1.3K 95 13
                                    

"Jangan ngebut. Kalo ngebut aku bener-bener ganti haluan jadi ibu persit!"

"Nggak akan," ucap Arthur sambil terkekeh. "Titip salam buat Bapak." Arthur menaiki motornya saat helm sudah ia pakai. Ia tatap Liena yang kini tengah mengangguk.

"Apa?" Ucap Liena karena pria didepannya ini hanya menatapnya tanpa kata.

Arthur menggeleng. Ia hanya ingin menatap wajah Liena lama-lama sebelum jarak kembali tercipta. Tak rela rasanya sebulan lebih tak bertemu hanya dibayar setengah hari bertemu. Ingin rasanya Arthur membawa Liena bersamanya. Tapi, untuk sekarang itu tak mungkin. Di kemudian hari Arthur pastikan Liena akan bersamanya. Menemani hari-harinya, berdiri di sampingnya apapun yang terjadi, dan merajut kisah indah bersama.

"Sekolahnya yang semangat, belajar yang rajin. Sebentar lagi kamu UAS," ucap Arthur setelah sekian lama diam.

"Kok tau?" Tanya Liena yang baru berani menatap manik mata Arthur. Sudah dibilang ia meleleh ditatap begitu masih saja dilakukan. Untung gak pingsan di tempat.

"Ya, tau. Ceweknya senior guru."

"Oh, gitu. Ada niat cari cewek guru, ya?" Tanya Liena sambil tersenyum miring. "Sampek tanya-tanya gitu," ucapnya lalu mendengus.

"Gak usah cari masalah, Liena. Saya mau pulang. Lagian saya tanya-tanya juga keinget kamu," ucap Arthur yang tak lepas menatap Liena.

Liena melengkungkan bibirnya ke bawah. "Masa? Bilang aja mau tanya 'rekan ceweknya ada yang single tidak? Kebetulan saya single.' Iya kan?"

Arthur menghela nafas. "Kamu bener mau cari masalah?"

"Gak boleh?" Sinis Liena.

"Boleh. Justru saya jadi bisa lama-lama disini. Silahkan dilanjut."

Seketika Liena melongo. Ia kira Arthur menghela nafas karena lelah dengan ucapannya. Dengan tingkahnya yang ngajak ribut. Ini malah suruh dilanjut.

"Gak seru, ah. Orang aku mau marah-marah. Om Abi, malah ngikut alur," ucap Liena sambil memberengut.

Arthur hanya terkekeh. Ia kepalkan kedua tangannya kuat. Rasanya pengen cubit pipi Liena, cubit hidungnya, elus-elus pipinya, dahinya, kepalanya tapi keluarga Liena terus memerhatikan mereka dari teras.

Nengok ke belakang dulu sebentar bisa? Mau cubiiit aja sedikit. Arthur hanya mempu berkata dalam hati.

"Dah, ah sana pulang," ucap Liena sambil mengayun-ayunkan tangannya agar Arthur pergi.

Tapi, aku masih kangen. Hiks hiks. Batin Liena.

"Ngusir," ucap Arthur sambil menghidupkan motornya. Ia menatap Liena untuk mengucapkan serangkai kalimat sampai jumpa. Ini dirinya lebay banget masih gak mau berjauhan. Padahal nanti juga mau ketemu lagi.

Suara motor yang tiba-tiba berhenti di belakang Arthur membuat ia dan Liena menoleh. Rupanya itu Arini bersama teman-temannya. Liena tersenyum saat teman-teman adiknya yang tak lain adik kelasnya juga tersenyum ke arahnya.

Liena menoleh pada Arthur. "Udah sana pulang," ucapnya.

"Lima menit lagi," ucap Arthur sambil menatap Liena.

That Soldier, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang