Usai mengenal kedua orang tua Arthur hari-hari Liena semakin ramai. Setiap hari Ayana selalu mengiriminya sebuah pesan. Entah untuk berbagi resep-resep baru, bergosip, dan bahkan menyuruh Liena untuk berkunjung ke Bandung.
Dan setelah beberapa kali menolak dengan alasan sibuk bekerja akhirnya Liena bisa berkunjung ke Bandung. Di akhir minggu ini ia diundang Arka yang tengah melaksanakan resepsi.
"Pen, lo yakin gak mau ikut?" Tanya Liena yang tengah mematut diri di depan cermin. Ia berlenggak-lenggok melihat penampilannya dengan kebaya merah marun.
"Gak mau ah, malu," jawab Ivany yang tengah duduk di atas kasur.
Harus nya Liena datang dengan Isfi. Tapi, wanita itu bekerja di luar kota. Jadilah Liena ajak Ivany karena belum berani bepergian jauh sendirian. Toh, mereka hitung-hitung refreshing setelah disibukkan dengan bekerja. Oh, iya. Liena sudah bekerja dengan Ivany di kota tetangga. Meski beda perusahaan.
"Yaudah, gue berangkat ya. Kalo mau nitip sesuatu calling aja," ucap Liena sambil menghampiri Ivany. Ia menyampirkan tas selempangnya yang tergeletak di samping Ivany.
Ivany hanya mengangguk. "Jangan kemalaman. Hati-hati di jalannya," ujarnya sambil menatap manik mata Liena.
Dan Liena hanya tersenyum manis sambil membentuk jari-jarinya OK. "Assalamualaikum," ucapnya pelan sambil membuka pintu.
"Waalaikumussalam."
Beruntung hotel yang mereka tempati dekat dengan gedung resepsi. Liena tak perlu khawatir akan lama di perjalanan. Di maps hanya butuh waktu 10 menit menggunakan mobil. Senyum Liena langsung terbit saat di depan hotel sudah ada mobil yang Arthur katakan sengaja dia utus.
"Kalau mau datang hotel dan kendaraan akan saya siapkan. Kamu tinggal cari teman. Kalau mau sendirian ke sini mending gak usah datang. Kamu gak boleh pergi sendirian."
Ucapan Arthur saat Liena memberitahu pria itu bahwa dirinya diundang oleh Arka. Liena yang tadinya bingung mau datang atau tidak tentu langsung mengajak Ivany untuk ikut. Selain tinggal enaknya alias hanya tinggal datang ia juga rindu pada Arthur.
Liena terkekeh. Rindu oh rindu.
"Assalamualaikum," ucap Liena sambil membuka pintu mobil.
"Waalaikumussalam."
Liena tersenyum. "Udah lama nunggu, Pak?" Tanya nya. Memang bukan Arthur yang menjemput melainkan sopir pribadi keluarganya.
"Belum Neng," jawab pak sopir sambil melajukan mobil.
"Oh, iya aku Liena ya, Pak. Takut Bapak ngiranya aku orang lain," ucap Liena lalu terkekeh. "Nama Bapak siapa nih?" Lanjut nya usai kekehannya terhenti.
"Nama saya teh Sukaryo tapi, orang-orang manggil saya Yoyo," jawab pria tua di samping Liena sambil tersenyum lebar.
Liena mengangguk-angguk sambil tersenyum. Perjalanan yang singkat semakin terasa singkat sebab obrolan terus mengalir. Hingga tak terasa sudah sampai di tempat tujuan. Usai mengucapkan terima kasih lalu turun Liena langsung masuk ke dalam gedung.
Di dalam ia tak langsung icip ini dan itu seperti di konten konten. Ia malah menyingkir ke tempat sepi untuk menghubungi Anna. Ia sempat janjian dengan pembimbingnya saat PKL itu untuk bersama-sama di acara ini. Lebih tepatnya Liena yang memaksa karena resepsi seperti ini terlalu asing baginya.
Di tengah fokusnya menatap sambungan telepon nya yang tak dijawab-jawab getar notifikasi tanda pesan masuk membuat bibir Liena reflek tersenyum.
Om Byyyy🐺
KAMU SEDANG MEMBACA
That Soldier, please!
Teen FictionPokoknya berdoa itu yang jelas. Jangan kayak Liena yang asal minta bahkan memohon tanpa tahu nanti ketemunya gimana dan kayak apa. Ya, meski akhirnya dipepet juga sih. *** Welcome to Meet Military Police versi new! Judulnya doang padahal yang baru...