Seminggu sudah setelah kejadian hujan, jaket, motor dan mau saya gendong kamu.
Kini Liena berguling tak jelas di atas kasur. Membuat Isfi yang hendak tidur siang terganggu.
"Lo kenapa sih?"
Liena menunjuk jaket hitam di atas tumpukkan buku catatan nya. Sudah dicuci, dikasih pewangi sudah, digosok juga sudah. Yang membuat nya bingung adalah cara mengembalikan nya.
"Aelah, dari kemarin bingung mikirin tuh jaket. Kan, lo punya nomernya tinggal kirim pesan atau telpon, selesai. Ribet lo."
Setelah diantar sampai kost. Liena tak enak mengembalikan jaket yang basah itu. Jadi, ia tak mengembalikan nya. Dan ia juga bilang akan mencucinya dulu. Berakhir Liena yang menyimpan nomor Arthur atas permintaan Arthur sendiri. Dengan alasan agar lebih mudah untuk mengembalikan nya.
"Pas itu dia bilang mau ke Pindad seminggu dan seminggu itu juga gue gak hubungin dia dulu. Percuma juga ya, kan dia pasti sibuk."
"Nah, sekarang kan udah seminggu nih, markonah lo kirim pesan sama dia. Selesai," ucap Isfi yang sudah jengah dengan tingkah Liena.
"Kok, gue deg degan ya." Liena menggigit jarinya. Menatap sebuah kontak dengan nama Om Abiiii Arthur PM di handphone nya.
"Yaudah. Gue aja yang kirim. Sini hape lo."
Liena berdecak lalu menjauhkan handphonenya dari Isfi. Bisa aneh-aneh kalo Isfi yang kirim pesan.
"Yaudah deh."
Om Abiiii Arthur PM
Assalamualaikum
Om ini jaketnya udah bersih
Mau di ambil kapan?Liena kirim pesan yang sudah ia ketikkan dari satu jam yang lalu. Isfi yang melihatnya menatap Liena tak percaya.
"Lah, gitu doang? Gue kira lo bingung kemaren-kemaren sampe makan aja gak fokus. Kirain pesannya mau pake sayang sayangan."
"Sayang ndasmu."
Centang dua abu abu. Oke mari kita tunggu. Liena menatap langit-langit kostan dan diikuti oleh Isfi.
"Fi."
"Hm."
"Emang bener ya dia suka sama gue?" Liena mengingat ucapan Isfi kemarin malam sebelum mereka tidur.
"Iya lah. Lo jangan ragukan gue. Inget gue lebih berpengalaman daripada lo."
Memang. Isfi sudah mempunyai kekasih. Sudah pasti Isfi berpengalaman. Apalah daya Liena yang memang tak punya pengalaman tentang hal tersebut. Ada juga pas umur 10 tahun. Itu kan dibilangnya cinta monyet.
"Kenapa ya, dia suka sama gue?"
"Karena lo," Isfi menggantung kalimatnya. Liena yang memang merasa ini serius memiringkan badannya mengahadap Isfi.
"Apa apa?" Tanya nya penasaran.
"Lo gampang di bodohi."
"Kampret."
Isfi tertawa sambil berjalan menuju kamar mandi. "Inget gak waktu gue tipu taneman cabe buat umum tapi ternyata itu punya orang? Anjir, ngakak bener kalo inget,"
"Hahahahaha."
Liena mendengus. Ingat sekali. Selepas pulang PKL ada pohon cabai merah yang memang sudah siap dipanen. Nah, Isfi berucap itu memang tanaman jadi-jadian alias umum. Dengan santai Liena memetiknya dengan semangat pula tanpa tahu Isfi sudah lari terbirit-birit sambil cekikikan. Mereka kan lagi jadi anak kost kan, lumayan buat masak mie atau tumis menumis. Eh, si pemilik keluar dan berakhir ia kena siraman ceramah dari pemilik pohon tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Soldier, please!
Teen FictionPokoknya berdoa itu yang jelas. Jangan kayak Liena yang asal minta bahkan memohon tanpa tahu nanti ketemunya gimana dan kayak apa. Ya, meski akhirnya dipepet juga sih. *** Welcome to Meet Military Police versi new! Judulnya doang padahal yang baru...