29] Singa

1.4K 90 20
                                    

"Bersama nya hidup ku seperti roller coaster," ucap Liena. Ia mengetuk-ngetuk spido meter di depannya bosan. Setelah ia di buat senang rupanya Arthur tak memberi kabar seharian ini.

"Kadang naik kadang turun gitu?" Tanya Injani yang berdiri di samping gerobak es jeruk.

"Betul."

Saat Injani membayar es jeruk pesanannya Liena menstater motor milik Injani. Ia memang nebeng karena Ivany ijin pulang lebih awal saat dzuhur.

"Na, kayaknya si Gara suka deh sama lo," ucap Injani sambil duduk di atas motor.

"Ngawur lo," ucap Liena yang mulai melajukan motor.

"Beneran. Gue sama Vika udah ngeh dari dulu sebenernya cuma karena waktu itu si Gara posisinya masih pacaran. Terus gue sadar lagi pas Mahen bilang 'idup lo gak pd terus' yang itu loh," ucap Injani sambil membetulkan letak cup es jeruknya.

"Na, berhenti dulu. Es gue tumpah-tumpah nih."

Liena menepikan motor. Ia membetulkan letak spion. Matanya menatap sekolah dimana mantan Gara menempuh pendidikan. Hanya berjarak 400 meter dengan sekolah Liena.

"Gak mungkin lah, " ucap Liena sambil terkekeh. "Si Gara tuh emang resek, berisik tapi, dia ganteng, rajin karate pula. Gak mungkin lah suka sama gue. Mantan nya aja cakep, bibir mping mping, jaketnya kece apalagi wanginya beuh, orangnya udah ke mana wanginya masih kecium," ucap Liena sambil mengingat-ingat sosok mantan Gara yang pernah dilihatnya.

"Itu kan dulu pas kelas 10," ucap Injani.

Liena lirik spion ternyata Injani tengah menghabiskan esnya. Seketika Liena meneguk ludahnya kasar. "Jan, mau," ucap Liena pelan.

"Oh, mau? Lo tadi ditawarin gak mau katanya sakit perut," ucap Injani sambil memberikan esnya.

Belum sempat Liena mengambil es tersebut suara motor yang di gas pol membuat Liena menoleh ke belakang. Ia langsung sedikit memiringkan motor saat tiba-tiba motor itu sengaja mendempetkan motornya ke mereka.

"Woi, setan! Pelan-pelan dong!" Teriak Liena sambil berdiri. Ia menoleh ke belakang dimana Injani syok karena dirinya hampir jatuh dari motor. "Maaf maaf, Jan," ucap Liena sambil membantu Injani agar duduk kembali dengan benar.

Injani hanya mengangguk. Ia yang syok kembali menyeruput es nya tanpa ingat akan berbagi dengan Liena.

Sedangkan Liena menatap motor tadi yang kini malah meliuk-liukkan motornya seolah mereka sengaja menyenggol motor Injani. Liena lihat seragamnya ternyata dari sekolah sebelah, tetangganya.

Matanya semakin menatap tak suka saat motor itu menancap gas nya. Liena berjanji dalam hati jika motor itu kembali akan menyenggol dirinya dan Injani akan ia tendang motor mereka tak peduli apapun yang akan terjadi.

Tiba-tiba tangan si pembonceng terulur. Liena mengernyit saat tangan itu terulur ke arahnya. Gue tarik tangan lo tau rasa! Batin Liena dalam hati. Ia hendak menarik tangan itu namun gagal karena tangan tersebut mengelak ke bawah.

Matanya melotot saat paha Injani di elus-elus lalu di remasnya oleh tangan itu beberapa kali dalam hitungan detik.

"Woi, setan! Anjeng lo!" Liena berdiri lalu mengacungkan telunjuknya tinggi-tinggi ke arah motor itu.

Matanya melotot tak terima saat si pengemudi kembali meliuk-liukkan motornya.

"Lo tunggu di sekolah lo besok, anjeng! Setan lo!"

"Bastard!" Teriak Liena saat kedua pria itu mengacungkan jempolnya. Liena pastikan jika ia benar-benar mendatangi sekolah mereka. Lo tunggu aja besok. Habis lo.

That Soldier, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang