Liena kira satgas yang Arthur maksud itu hanya memakan waktu berbulan-bulan. Tapi, jika di pikir memang berbulan-bulan sih. Sudah 15 bulan Arthur bertugas. Dan hari ini Arthur beserta pasukan Garuda yang lain pulang. Liena senang sekali meski tak bisa hadir di momen kepulangan tersebut. Dan ia hanya bisa mengirimkan buket bunga lewat Kiara.
Tapi, senangnya hanya sekejap. Karena seminggu ini Liena merasa feeling lonely. Saat ia bertanya di malam kepulangan Arthur, "Om, lagi apa?" di jawab, "Saya lagi sibuk. Ada yang harus saya kerja kan dulu setelah pulang satgas. Jangan ganggu saya dulu ya."
Dan, ya. Liena tak mengganggu Arthur dengan pesan singkat apapun seminggu ini. Liena kesal? Tentu saja! Ia hanya diam tanpa gerak di semua media sosialnya. Biar nanti sekalinya gerak udah punya gandengan baru. Tapi, emang ada ya, yang kayak Arthur? Gak mungkin sih. Tapi, Liena kesal setengah mati sama Arthur! Capek-capek nahan kangen malah di balas begini.
"Emang bajigur tuh laki satu."
"Bajigur? Bajingan kali."
"Ssst, Teh. Gak boleh bilang kasar kalau ada bayi," ucap Liena sambil menutup telinga Sean yang sudah tertutupi handuk. Ia baru saja memandikan Sean karena ibunya itu tengah sibuk memasak.
Sena tertawa. "Kamu sih. Teteh jadi keceplosan. Maafin mama ya, Sean," ucapnya yang fokus mengoseng tumis kangkung.
Liena lihat meja makan sudah penuh dengan berbagai hidangan.
"Tumben masak banyak, Teh."
"Buat malem. Katanya mau makan-makan."
"Loh, kok aku gak tahu?"
"Ya, gimana mau tahu. Tiap pulang kerja langsung masuk kamar. Keluar-keluar mau maghrib. Mandi, makan terus masuk lagi ke kamar." Sena berdecak beberapa kali. "Dasar perawan."
Seketika Liena nyengir. "Maaf ya, Teh. Aku sering gak bantuin Teteh," ucapnya tak enak hati. Efek bimbang nya memikirkan Arthur jadi, suka mengurung diri lama-lama di kamar.
"Gak papa Teteh mah. Kan, ada Arini yang bantu. Kamu kurang-kurangin mandi terlalu sore nya. Gak baik ah," balas Sena sambil menuangkan tumis kangkung ke dalam mangkuk kaca.
Liena mengangguk. "Aku bajuin Sean dulu ya Teh," ucapnya lalu pamit ke depan.
Usai membuat Sean lebih ganteng dan wangi diserahkannya bayi yang sedang aktif-aktifnya itu ke mbah nya.
"Sean sama Mbah dulu. Bibi, mau mandi. Nanti kena omel Mama kamu lagi," ucapnya sambil mencium pipi Sean yang sudah duduk diam di pangkuan Arta.
"Bah bah~"
"Iya, ini Mbah," jawab Arta sambil mengajak Sean tertawa oleh senyum lebarnya.
Liena langsung masuk ke kamar untuk mengambil baju lalu ngibrit ke kamar mandi. Ia mandi dalam 10 menit karena akan masak ayam mentega untuk nanti malam. Rasa maaf dan sayang akan ia salurkan pada masakan ini. Tak lupa cinta yang amat sangat dalam untuk semua yang akan mencicipinya.
"Teruntuk kamu yang bakal nambah terus masakan ini berarti semua yang aku tuangkan dapat kamu rasakan. Kecup manja dan basyah dari aku. Mmmuach!" Ujar Liena sambil mengecup tiga jarinya yang di arahkan pada ayam yang sudah di potong-potong. Kemudian ia terkikik sendiri.
"Jamet banget gue," ucapnya lalu mulai mengeksekusi masakannya.
Usai selesai masak Liena hanya menunggu waktu maghrib sambil rebahan di kamarnya. Saat adzan berkumandang buru-buru ia menunaikan shalat maghrib dan membantu Arini dan Sena yang membawa berbagai hidangan ke rumah tengah.
"Tinggal nunggu Teh Evita, ya?" Tanya Satia saat Sena berdiri di sampingnya.
"Betol!" Seru Liena yang mengacungkan jempolnya ke depan Satia.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Soldier, please!
Teen FictionPokoknya berdoa itu yang jelas. Jangan kayak Liena yang asal minta bahkan memohon tanpa tahu nanti ketemunya gimana dan kayak apa. Ya, meski akhirnya dipepet juga sih. *** Welcome to Meet Military Police versi new! Judulnya doang padahal yang baru...