50] Malam Pertama

2.5K 117 32
                                    

23:05

Masih sore lah. Batin Arthur sambil melihat jam di layar handphonenya. Ia duduk di atas kasur dengan hati yang berbunga-bunga.

Suara pintu yang dibuka membuat Arthur menoleh. Bibirnya tersenyum melihat istrinya berjalan di depannya. Ya Allah istri siapa itu lucu sekali? Handuk dijadikan jilbab. Sholehah sekali kamu Dek. Arthur tersenyum hingga giginya terlihat.

"Apa liat-liat?" Liena membuka handuk di kepalanya sambil melihat pantulan Arthur dari cermin.

Sejenak Arthur terpana dengan rambut pendek Liena yang lurus dan hitam legam. Kayaknya kalo di pegang lembut banget.

"Sini." Arthur menepuk kasur di sampingnya.

Liena yang sudah selesai menyisir pun menurut. Pasti nagih nih. Duh! Batinnya.

"Liena," panggil Arthur begitu lembut. Dikecupnya pipi Liena setelah istrinya itu duduk di sampingnya. 

"Sayang."

Liena menahan nafas. Ini bukan salah tingkah atau baper. Hatinya malah was-was. Apalagi melihat wajah suaminya yang begitu sumringah seolah berkata 'ini dia momen yang ditunggu!'

Di tahannya tangan Arthur yang akan mengusap pipinya. "Om," ucapnya pelan sambil menatap Arthur ragu-ragu.

Arthur menaikkan kedua alisnya. Kesal juga tangannya di tahan. Liena kan sudah jadi miliknya. Mau apapun juga bebas dong.

"Aku," ucap Liena ragu-ragu. "Aku."

"Apa Liena? Coba ngom-"

"Aku lagi datang bulan," ucapnya cepat lalu menenggelamkan kepalanya di atas paha Arthur. Sungguh ia tak tega melihat wajah Arthur. Di sana sudah berharap penuh. 

Seketika Arthur meringis. Bukan karena kecewa meski emang iya. Tapi, helaan nafas Liena di atas paha mulusnya yang membuat dirinya meringis hebat. Gawat banget itu loh.

Diusapnya kepala Liena lalu memegang kedua pundaknya agar duduk kembali dengan benar. 

"Gak papa. Kan, bisa lain kali," ucapnya sambil tersenyum. Dipikir-pikir tega sekali dirinya. Masa mau di gas malam ini? Ada untungnya juga istrinya itu datang bulan.

"Bener?" Tanya Liena khawatir. Meski Arthur berucap demikian ia tahu suaminya itu kecewa berat.

"Iya. Lagian saya cuma becanda tadi. Kamu pasti capek hari ini. Kita istirahat aja," ucap Arthur membawa Liena ke dalam pelukannya lalu merebahkan diri.

Suara perut Arthur yang keroncongan membuat Liena duduk kembali. Ia buru-buru memakai kerudung jeblus nya lalu berdiri. Ia lupa suaminya juga belum makan. Berdosa sekali dirinya setelah mandi tadi lahap makan sendirian.

"Mau ke mana?" Tanya Arthur heran sambil duduk.

"Ke dapur. Ngambilin Om makanan. Maaf ya aku lupa ngajak makan," ucap Liena sambil buru-buru membuka pintu dan berlari ke dapur.

Arthur dengan cepat mengikuti Liena. Sesampai nya di dapur ia hanya menyandarkan tubuhnya di ambang pintu. Ditatapnya wajah Liena yang kebingungan menatap berbagai menu di depannya.

Liena mendongak. Ia tahu Arthur mengikutinya. "Mau capcay?" Tanyanya.

Arthur menggeleng.

"Semur daging?"

Arthur menggeleng lagi.

"Kentang? Sayur sop? Ayam serundeng? Sambel ati?"

"Em em em em." Arthur menggeleng-geleng layaknya anak kecil.

That Soldier, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang