1] Kurang spesifik sih!

9.6K 217 28
                                    

"Aw! Telpon dari Ayang."

Liena menoleh seketika saat temannya nampak gembira mendapat telepon dari sang kekasih. Ia berlari terlebih dahulu meninggalkan Isfi yang semakin lebar senyumnya saat suara sang kekasih terdengar. Padahal semalam sudah sleep call lalu ganti menjadi video call dan berakhir bertukar pesan hanya untuk mengucapkan selamat malam.

"Ribet banget cuma mau joging juga," ucap Liena sebelum menjauh dari Isfi.

"Iri bilang gak punya ayang!"

"Sorry gak minat," balas Liena.

Ia menengadah sambil berlari pelan menikmati angin pagi Bandung yang sungguh sejuk. Matahari memang sudah menampakkan wujudnya tapi, udara masih sangat sejuk dan tak terasa panas sedikitpun.

Sudah sekitar setengah jam lebih ia berjoging. Gak lari terus sih kadang juga jalan. Gak kuat soalnya.

Dan kini ia harus melewati pos Lanud Husein Sastranegara untuk menuju tempat yang ingin Liena dan Isfi-yang kini entah masih telponan atau tidak tapi Liena menoleh ke belakang wujudnya belum ada. Yang ingin dituju, yaitu alun-alun Cicendo.

"Nengok dikit ah. Siapa tahu ada yang bening. Cuci mata lah kita jangan liat laptop mulu. Kaya nggak pusing yang ada."

Liena pura-pura berdehem lalu menoleh ke pos penjaga. Saat matanya menangkap Seorang yang nampak mencolok dari yang lain ia melotot dan tersenyum tertahan.

Anjir, yang itu! Ganteng banget euy! Aduh Om saya lemah letih lesu, want you ini. Batin Liena.

Buru-buru Liena memejamkan mata dan berdoa. "Ya Allah, hamba gak muluk-muluk minta nya. Cukup dia yang kini lagi duduk terus pake baju Polisi Militer," gumam Liena masih dengan senyumnya yang tertahan.

Pikirannya sudah melanglang jauh. Dimana ia yang setiap pagi akan menggosok baju sang Polisi Militer tersebut dan kecupan di pagi hari yang akan selalu ia dapatkan sebelum sosok Polisi Militer tersebut berangkat kerja. Oh, indahnya dunia.

"Please, yang itu ya Allah. Tentara yang itu," Liena kembali bergumam sambil menunduk.

Matanya masih terpejam membayangkan kehidupan mereka nanti. Langkah nya semakin melambat dan tak sadar kakinya sudah menginjak ujung pembatas antara trotoar dan jalan dimana kendaraan berlalu lalang.

Liena membuka mata. "Aamiin ya All-"

"Ah!" Liena menjerit saat kaki kirinya terpeleset ke jalan raya. Belum sempat ia berdiri dengan benar tubuhnya tersenggol mptor yang melaju kencang dari belakang hingga ia terjatuh dan berguling ke depan.

"Woi, setan!" Reflek Liena yang kesal melihat motor tersebut pergi tanpa rasa bersalah. Ia hanya bisa meringkuk sembari meringis. Kini matanya benar-benar terpejam. Bukan lagi halu tapi, nahan sakit.

Penting nya berdoa secara lengkap. Jangan cuma doa mau jodoh yang kayak gimana tapi, ketemu nya juga kayak apa! Mending kalo jodoh kalo nggak gimana?! 

Setelah tadi ia dihampiri beberapa orang lalu digendong oleh polisi militer yang didoakannya. Ia dibawa masuk ke dalam pos. Kini luka nya tengah dibersihkan oleh polisi militer tersebut.

"Om ya Allah perih itu. Ya Allah Om inget Ibu Om juga perempuan. Pelan-pelan dong!"

"Kalo jalan itu gunain mata nya yang bener. Kesenggol juga kan kamu," ucap seorang polisi militer yang belum Liena ketahui namanya.

Liena meringis. "Ya, aku kan gak tau juga bakal keserempet motor. Lagian, nyari mati dia ngebut di sini. Bisa masuk UGD padahal kalo tadi gak berhenti."

That Soldier, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang