Sebagai seorang manusia yang tiada hari tanpa scroll tiktok tentu Liena tak pernah ketinggalan informasi terkini meski ia harus mencari tahu kembali informasi tersebut benar atau tidak. Tapi itu dulu. Sebelum Arthur datang. Liena pernah bilang kan bahwa kehadiran Arthur itu berpengaruh pada fyp nya.
Seperti malam ini. Ditemani derasnya hujan dan secangkir teh hangat Liena terus menggulir layar handphonenya ke atas. Yang hadir di fyp nya tak jauh dari tentara tentara yang masih bujang, tentara yang akan berangkat bertugas, momen haru pelantikan tentara, orang yang ingin menjadi tentara, bahkan kisah perempuan perempuan yang menjadi korban tentara atau disebut halo dek pun turut muncul.
"Makanya Mbak, nggak usah serius-serius. Ditinggal kan," ucap Liena sambil menyeruput teh nya.
"Halah, kayak lo nggak aja," timpal Isfi yang duduk di depan Liena. Ia sibuk memisahkan buah srikaya dari kulitnya lalu dikumpulkan ke dalam mangkuk.
"Dih, orang gue mah ngikut alur kok," ucap Liena sewot.
"Pret! Tadi aja lo ngomong-ngomong soal pengajuan. Apa itu kalo nggak serius? Mana cewek lagi yang ngomong. Orang mah dimana-mana tuh laki yang ngomong," sahut Isfi tak kalah sewot.
Liena mendelik saat mendengar Isfi malah balik sewot padanya. "Kok, sewot mbaknya?" Tanya Liena santai.
"Gimana gak sewot gue, Liena. Lo bisa ngomong ke orang-orang di tiktok jangan serius-serius sedangkan lo aja serius. Lo yakin dia mau sama lo? Bukan maksud gue meragukan lo tapi ke dia nya. Kemarin yang katanya ke luar kota tapi, dia gak ngabarin lo kan selama disana? Helo! Dia gak mungkin kali 24 jam gak pegang hape. Kalo bener emang dia serius sama lo dia gak akan gitu,"
"Sesibuk apapun cowok kalo dia tau siapa prioritas nya pasti bakal kasih kabar, Na," ucap Isfi panjang lebar.
Liena memicing sepanjang Isfi berucap. Pasti tujuannya bukan menasihatinya tapi, "Curhat lo?"
Isfi langsung memukul lemari disampingnya saat tebakan Liena benar adanya. "Iya! Kesel gue si Ilyas gak ada kabar! Emang setan tuh, cowok satu," ucapnya penuh emosi. Kemudian ia menatap Liena dengan sungguh-sungguh. "Tapi, Na. Bener. Gue gak terlalu percaya sama, Pak Arthur sekarang. Gue tarik deh ucapan gue yang nyuruh lo pepet terus, Pak Arthur. Jangan deh, Na. Cari aman aja lah lo," ucap Isfi yang lebih santai dan terdengar masuk ke telinga lalu hati Liena.
Liena terdiam. Ia menarik selimut nya ke atas hingga lehernya. "Fi, sejauh ini lo doang loh yang tahu seluk beluk nya, Om Abi. Ivany gak terlalu tahu. Keluarga gue apalagi. Jadi, nasihat lo sekecil apapun apalagi tadi berpengaruh banget," ucap Liena balik menatap Isfi serius.
Isfi yang mendengar nya tertegun seketika. Aih, ia jadi takut begini mendengar Liena sangat menghargai nasihat-nasihat nya. "Jangan gitu dong anjir. Yaudah deh, ikuti kata hati aja lah. Jangan denger nasihat gue," balas Isfi yang akhirnya cari aman. Nanti Liena benar-benar menjauhi Arthur ia juga yang panik.
Liena menggeleng lesu. "Telat. Gue udah ovt. Mana tadi bahas-bahas pengajuan lagi," ucapnya malu.
"Eh, jangan ovt," ucap Isfi tak enak.
Liena kembali menggeleng lesu dan menekuk kedua lututnya ke atas lalu menaruh kepalanya di sana. Ia memeluk erat kakinya yang tertekuk.
Isfi yang melihatnya semakin tak enak hati pada Liena. Ia bergerak gusar tak tahu harus menghibur Liena seperti apa. Mulutnya ini. Bisa-bisanya membuat temannya galau seketika.
Sedangkan Liena yang merasakan Isfi bergerak gusar hanya terkikik lucu di atas lututnya. Ia hanya pura-pura agar Isfi melupakan kekesalannya pada Ilyas. Sekali-sekali ia menghibur temannya yang pasti sebentar lagi akan mereog tidak jelas jika tak dialihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Soldier, please!
Teen FictionPokoknya berdoa itu yang jelas. Jangan kayak Liena yang asal minta bahkan memohon tanpa tahu nanti ketemunya gimana dan kayak apa. Ya, meski akhirnya dipepet juga sih. *** Welcome to Meet Military Police versi new! Judulnya doang padahal yang baru...