"Mas."
"Hm?"
"Aku bosen duduk terus. Aku mau nyapu, ya?"
"Gak boleh, Sayang. Biar Mas aja nanti. Kamu kan lagi sakit."
"Ih, aku tuh gak sakit, Mas!" Liena sedikit berseru karena bosan dilarang memegang pekerjaan rumah satu pun oleh suaminya. Ia hanya disuruh duduk dan memerhatikan sang suami yang tengah berkutat di depan kompor.
"Yakin gak sakit? Terus tadi jalannya sambil 'aws, aduh, ssh' itu apa?" Tanya Arthur sambil membalik tubuhnya lalu bersedekap dada. Ia balik menatap Liena dengan senyum dan menaikkan kedua alisnya satu kali.
Seketika Liena memalingkan wajahnya dengan rona merah di pipinya yang mulai muncul. Arthur yang melihatnya hanya terkekeh dan lanjut memasak. Ia tak mungkin mengizinkan istrinya mengerjakan pekerjaan rumah dengan kondisi seperti itu.
"Kamu hari ini cukup duduk cantik. Terus kasih tahu Mas kalau nyapu, ngepel, nyuci dan lain-lainnya kurang bersih," ucap Arthur sambil menghidangkan telur dadar dan nasi hangat di tengah meja makan.
Liena membuka mulut hendak membalas ucapan suaminya. Namun telunjuk suaminya yang menempel di bibir Liena lebih dulu menghentikannya. "Jangan bantah. Ini demi kebaikan bersama."
"Kok, bersama? Kan, aku yang sakitnya."
Arthur mencubit bibir bawah Liena. "Biar Arthur dan Liena junior cepat launching," ucapnya.
Bukannya mengerti Liena malah semakin dibuat bingung. "Gimana maksudnya, Mas? Aku nggak ngerti. Hubungannya aku sakit sama Arthur dan Liena junior apa coba? Kurang paham aku."
Arthur menarik kursi Liena agar berdempetan dengan kursinya. "Gini loh, Sayang. Kalo kamu gak banyak gerak nanti sakitnya cepat hilang lalu Mas bisa minta lagi nanti malem. Mengerti Sayangnya Mas?" Arthur begitu lembutnya berbicara agar istrinya paham apa yang ia maksud.
"Sebentar, Mas. Aku mikir dulu. Otakku bener-bener gak nyampe nih," ucap Liena sambil menatap ke atas dengan wajah bingung.
Arthur yang melihatnya hanya bisa menghela nafas. "Polos sekali memang istriku ini," gumamnya.
Seketika Liena langsung mendelik pada Arthur. "Hilih, polos katanya. Orang Mas, yang udah bikin aku gak polos," ucapnya judes.
"Nah, itu kamu ngerti, Sayang. Masa yang tadi gak ngerti."
Seolah sadar tadi ia tengah berpikir seketika Liena diam dan kembali berpikir. Beberapa detik setelahnya ia langsung ber-oh panjang dan menatap penuh suaminya. "Jadi, Om nanti malem mau minta ja-ih, ini kenapa bahas yang begituan sih pagi-pagi?" Ucapnya nyolot.
"Edukasi, Sayang," jawab Arthur santai sambil menyuapkan nasi pada mulut Liena yang terbuka.
Liena melahapnya dengan cepat. "Edukasi edukasi. Ngeres banget sih otaknya, Mas. Aku sapu juga nih lama-lama."
"Jangan. Di sana ada nama, wajah, suara, senyum dan semua hal tentang wanita yang bernama Liena Auleka." Arthur tersenyum manis pada istrinya.
"Gembel," ucap Liena sambil menahan senyumnya. Ditatap Arthur sedekat ini dengan senyumnya selalu sukses membuatnya salah tingkah tak jelas. Padahal ini bukan pertama kalinya.
"Gombal, Sayang."
"Iya itu, Mas ku sayang."
Piring yang tadinya ada di tangan kiri Arthur langsung tersimpan di meja mendengar Liena memanggilnya seperti itu. Ia menatap Liena tak percaya dan tersenyum. "Coba ulang sekali lagi tadi bilang apa," ucapnya.
Liena menggeleng. "Gak mau."
"Harus mau." Arthur memaksa.
"Nggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
That Soldier, please!
Teen FictionPokoknya berdoa itu yang jelas. Jangan kayak Liena yang asal minta bahkan memohon tanpa tahu nanti ketemunya gimana dan kayak apa. Ya, meski akhirnya dipepet juga sih. *** Welcome to Meet Military Police versi new! Judulnya doang padahal yang baru...