56]MaPaTwin

2.2K 120 41
                                    

"Kamu nggak ngidam, Sayang?"

"Nggak, Mas."

"Kamu lagi pengen apa, Sayang? Mas beliin, Mas cariin."

"Nggak lagi pengen apa-apa, Mas."

"Sayang, mau apa? Ngidam apa?"

"Nggak mau apa-apa, Mas."

"Sayang. Udah ngidam belum? Pengen apa? Mau apa? Mas, beliin Sayang. Mas, cariin apapun yang kamu mau. Ayo bilang."

"Aku nggak mau apa-apa, Mas. Lagi gak pengen sesuatu yang aneh juga. Dedek Dedek nya baik banget. Gak mau repotin Papanya."

"Yah, padahal Mas, semangat banget nunggu kamu ngidam. Papa juga nunggu anak-anak nya Papa pengen sesuatu yang aneh. Tapi, anak-anak Papa ini baik sekali. Nanti kalau mau apapun itu bilang ya sama, Papa."

"Okey, Papa!"

Liena terkekeh mengingat-ingat momen awal kehamilannya dimana Arthur hampir setiap hari bertanya perihal ngidamnya. Setelah dua minggu Arthur tak bertanya tiba-tiba terlintas sesuatu yang sangat diinginkan Liena. Kala itu saat Arthur baru saja pulang bekerja dimana seragamnya masih terpakai di tubuhnya Liena menghampiri ke ambang pintu.

"Mas, aku ngidam!"

Saat itu masih Liena ingat wajah sumringah suaminya yang langsung tersenyum dan membawanya duduk di sofa.

"Ngidam apa, Sayang? Mau apa? Mau, Mas ke mana? Cari di mana? Yang kayak gimana? Bilang, Sayang bilang. Apapun itu pasti Mas, usahakan untuk kamu dan anak-anak kita."

"Aku mau rujak mangga muda, Mas. Mangga nya gak mau beli. Maunya metik sendiri."

"Oh, gampang itu. Sekarang Mas, mau petik di kebun kompi. Tunggu dulu sebentar ya, Sayangnya Mas."

Arthur berdiri kembali tanpa melepas seragamnya terlebih dahulu.

"Tapi, Mas."

Mendengar istrinya yang kembali berucap reflek Arthur menoleh ke arah istrinya.

"Aku mau metik sendiri. Sendiri, Mas. Jangan yang lain. Termasuk ... Mas."

"Apa? Maksudnya kamu mau manjat pohon mangga sendiri?"

"Hehe, iya."

"Astagfirullah. Gak boleh! Apa-apaan itu! Mas, gak ijinin kamu manjat-manjat! Dek, kalian kenapa sekalinya ngidam bikin Papa kaget sih?"

Berakhir Liena hanya bisa memohon-mohon pada suaminya. Dan Arthur tentu saja melarangnya. Ia tetap keukeuh tak mengijinkannya meski istrinya itu sampai menangis dengan segala bujuk rayunya padanya.

"Jahat banget kan Papa, kalian." Liena terkekeh. "Untung kalian gak ileran," lanjutnya sambil mengelus dua anak kecil yang bersender pada tubuhnya dengan mata terpejam.

Di samping kirinya seorang anak kecil dengan rambut yang selalu rapi karena didikan sang papa membuka matanya meski kantuk berat menerpa. "Mama kangen Papa ya?" ucapnya setengah sadar.

Liena hanya tersenyum tipis lalu mengangguk. "Mama, berisik ya? Maaf ya. Abang, bobok lagi. Nanti sampai stasiun Mama bangunin," ucap Liena. Ia mengelus kembali kepala anak laki-laki itu.

"Mama, juga bobok. Byan aja sama adek bobok."

Liena tersenyum gemas lalu mengangguk.

Si sulung yang bernama Abyan Aleka Dirgantara ini wajah nya mirip sekali dengan sang papa. Bahkan saat dibandingkan dengan foto papanya semasa kecil mereka layaknya kembar. Liena sampai bingung dimana letak kemiripan Abyan dengan dirinya. Semua Arthur yang dapat.

That Soldier, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang