22] Keluarga

1.5K 98 6
                                    

Karena Liena pulang pada hari Jumat ia ada waktu istirahat 2 hari di rumah sebelum kembali sekolah. Dua hari itu juga ia gunakan untuk bagi oleh-oleh dan menata kembali kamarnya. Barangnya telah di antar kan minggu siang tadi oleh Isfi dan sekeluarga. Mereka sekaligus minta maaf atas tertinggal nya Liena.

Dan malam ini Liena tengah mempersiapkan alat tulis juga seragamnya untuk besok sekolah.

Dering ponsel membuat Liena mengalihkan atensinya pada jadwal pelajaran yang tertempel di dinding. Bibirnya reflek tersenyum saat Arthur menghubunginya. Buru-buru ia ambil hijab instan nya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam. Hai, Om," sapa Liena dengan senyumnya. Ia bukan tipe wanita yang tak mau di ajak video call. Rasa rindunya ingin melihat wajah Arthur lebih besar daripada rasa malunya. 

"Halo, Liena." Arthur tersenyum tipis. 

Liena memicing karena background Arthur yang mencurigakan. Serba putih. "Lagi dimana?"

"Hotel."

Sontak Liena melotot. "Ngapain?!"

"Check in lah. Apalagi," jawab Arthur tak memedulikan wajah kaget Liena.

Liena menghirup nafas sembari memejamkan mata. Ia mencoba positif thinking terhadap pria di seberang telepon. Gak mungkin langsung cari cewek lain kan baru LDR 2 hari? Bah! LDR katanya! Punya hubungan juga nggak.

"Sama cewek, nih," ucap Arthur iseng dengan wajahnya yang datar.

"Ooom, ih!" Capek-capek Liena memejamkan mata agar ber positif thinking malah dihancurkan Arthur sekian detik.

Liena menatap Arthur serius. "Lagi ngapain? Aku tanya sekali lagi," ucapnya tenang.

Arthur terkekeh mendengar nada bicara Liena. "Jenguk Mama Papa. Tadi habis bantu nyari rumah."

Liena menghela nafas lega mendengarnya. "Gitu, kek dari tadi," ucapnya sambil menyimpan handphonenya di tumpukkan buku.

Lagi dan lagi Arthur terkekeh. "Sudah dua hari saya gak denger kamu bilang ih. Sepi juga." 

Liena memindahkan handphonenya ke depan karena ia akan mencari buku catatan nya yang sesuai dengan jadwal. "Kangen bilang. Lagian siapa suruh sibuk terus. Btw, Mama sama Papa nya Om mau pindah, ya?"

Arthur mengangguk. "Besok sekolah?"

Liena mengangguk. Ia fokus mencari buku catatannya.

Melihat Liena yang fokus Arthur tak lagi bertanya. Ia hanya diam memerhatikan Liena yang mempersiapkan keperluan nya untuk sekolah. Tak pernah ia bayang kan hatinya akan jatuh pada wanita yang masih menjadi siswi. Tapi, sepertinya bukan sembarang siswi melihat beberapa sertifikat, piagam, dan piala berjejer di belakang Liena.

"Eh, iya. Mau liat Bapak aku nggak? Kan, pas kemarin Om kesini gak ada. Katanya pengen ketemu, Bapak? Emang mau apa?" Ucap Liena di sela tangannya memasukkan buku-buku nya ke dalam tas.

Tentu Arthur akan meminta ijin pada lelaki yang Liena sebut Bapak. Meski kakak perempuan Liena mengatakan semua sudah mengijinkan dirinya tetap saja ia tak puas sebelum meminta ijin langsung pada pria yang Liena sebut bapak. "Mana?"

"Siapa?"

"Bapak."

Liena seketika memicing sambil tersenyum. "Cie, manggilnya Bapak. Kemarin pas pamit aku denger juga, Om bilang Mama sama Mama aku. Udah di ACC, ya?" Tanya Liena sambil senyum-senyum tak jelas.

"Memang kamu proposal yang harus di ACC," ucap Arthur sembari merapikan rambutnya. Siap-siap bertemu bapak meski lewat handphone.

Liena berdiri lalu membuka pintu. Ia mendelik saat adiknya tengah berdiri dengan kuping yang di tempelkan ke ambang pintu. "Nguping mulu bocah," ucapnya lalu duduk di samping bapak nya yang tengah memangku Sean.

That Soldier, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang