40] Bertemu camer

1.4K 93 27
                                    

Harusnya bertemu dengan calon mertua itu super duper rapi dan cantik. Berbanding terbalik dengan Liena. Muka bantalnya yang masih menempel dengan kerudung yang mleyot sana mleyot sini harus menyesuaikan diri usai bahunya ditepuk-tepuk. Alhasil saat turun dari mobil ia hanya menurut saat digiring masuk ke dalam rumah.

"Liena, masih mau tidur, Nak?" Tanya wanita yang Liena pastikan ibunya Arthur.

Liena menggeleng dengan senyum tipisnya. Sungguh nyawanya belum kumpul semua.

"Daun muda ternyata seleranya."

"Bener, Pa. Pantes disodorin cewek ini itu gak mau."

Liena melirik sepasang suami istri di seberang meja. Ia baru sadar duduk sendirian. Arthur malah duduk di samping ibunya alih-alih duduk didamping dirinya.

Ini gue mau disidang apa dikenalin ke camer? Batin Liena.

"Oh, iya. Kenalin nama mama Ayana. Ini suami sekaligus Papa kandung Arthur namanya Agung Suharjo."

Liena menyambut uluran tangan didepannya bergantian. Diciumnya punggung telapak tangan mereka. Meski Liena ingat saat turun dari mobil sudah salim.

Suasana tiba-tiba hening seketika. Liena hanya mampu melihat ke bawah. Kepalanya sedikit pusing akibat bangun tidur langsung dibawa berdiri.

Melihat Liena yang terus melihat ke bawah membuat Arthur berpindah duduk. Pikirnya mungkin Liena gugup berhadapan dengan kedua orangtunya. Maka dari itu ia elus-elus kepala Liena. Saat mata Liena menatap ke arahnya Arthur tersenyum. "Gak papa. Saya udah sering ceritain kamu sama mereka," ujarnya.

Meski Liena bingung dengan maksud ucapan Arthur ia tetap mengangguk.

"Gaya mu saya saya," cibir Ayana. "Liat tuh Pa, anakmu. Sok ganteng," lanjut Ayana yang masih mencibir.

"Wong papanya ganteng jelas anaknya ganteng," ujar Agung dengan senyum bangganya.

"Ganteng buat apa kalo maho," ucap Ayana pelan.

Arthur langsung menoleh pada Ayana. "Masih mikir Arthur kayak gitu? Setelah bawa perempuan secantik ini?" Tanya Arthur tak percaya.

Diam-diam Liena menunduk untuk menyembunyikan senyumnya. Dipuji di depan calon mertua tuh, rasanya pengen langsung nanya, "Gimana Ma, Pa? Mau lamar Liena kapan?" Aduh tepuk jidat Liena sambil senyum-senyum.

"Kenapa jidatnya ditepuk, Nak? Ada nyamuk?" Tanya Agung yang membuat Liena mendongak lalu menggeleng.

"Nggak, Om. Ini cuma itu aja, apa. Pusing, iya pusing," jawab Liena sambil tersenyum hingga giginya terlihat.

"Pusing? Kamu sakit?" Tanya Arthur dengan nada khawatir nya.

"Dikit. Tapi udah sembuh kok," jawab Liena.

"Bener?"

"Iya."

"Yakin?"

"Iya."

Arthur mengangguk-angguk. "Kalau ada apa-apa bilang ya," ucapnya.

Liena menatap Arthur sepenuhnya. Ia tersenyum lalu mengangguk. Sweet tentara satu ini.

"Saya mau ke barak lagi. Besok sebelum kamu pulang kita jalan-jalan dulu." Arthur lagi-lagi tersenyum.

Liena hanya mengangguk.

"Nah, gini kan mama percaya kamu gak maho."

Arthur langsung memejamkan mata mendengar ucapan mamanya. Ia kembali menatap mamanya. Kali ini dengan tatapan lelahnya.

That Soldier, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang