8] Marah-marah

1.9K 102 0
                                    

Satu minggu libur ternyata tak seindah yang dibayangkan. Baik Liena maupun Isfi hanya diam di dalam kostan. Menyibukkan diri dengan tidur, beres-beres dan mencuci pakaian.

Boro-boro mau joging tiap pagi yang ada bergelung dibalik selimut tiap pagi. Cuaca Bandung akhir-akhir ini sangat dingin. Sedingin room chat Liena dengan Arthur. Sudah 3 hari setelah kejadian batal jalan Arthur tak ada kabar.

Liena menaruh handphonenya di dalam saku celana. "Bener-bener buaya," lirih Liena sambil melihat rumah-rumah berwarna biru di depan matanya.

Isfi yang mendengarnya hanya diam tak menyahut. Takut Liena akan badmood jika membahasnya.

"Na, fotoin gue disana dong," ucap Isfi tiba-tiba sambil menunjuk besi yang dirancang seperti gawang futsal di depan mereka. Kotak berwarna biru yang menempel pada gawang besi tersebut memiliki kalimat,

ANDA MEMASUKI KAWASAN MILITER
MATIKAN LAMPU UTAMA DAN NYALAKAN LAMPU DALAM PADA MALAM HARI
SAAT MELINTAS POS PENJAGAAN POLISI MILITER

dan tak jauh dari gawang besi tersebut pos polisi militer berdiri di sana. Beberapa ranting pohon dengan daunnya yang lebat membuat pos tersebut tak terlalu mencolok terlihat.

"Yaudah, cepet. Tiga pose, aja oke? Full body?" Tanya Liena setelah mengambil handphone yang disodorkan Isfi.

Isfi mengangguk dan mulai siap-siap berpose.

"Oke. 1 2 3, senyum!"

Liena terus mengulang beberapa kali saat Isfi merasa tak puas dengan potretan Liena. Ia hanya pasrah saat Isfi keukeuh agar Liena kembali memotret Isfi hingga wanita yang lebih pendek darinya itu benar-benar puas.

"Sip, cakep. Gantian lo dong, Na. Nanti kita bikin jedag jedug." Isfi langsung mendorong Liena seolah tak terima bantahan.

"Nggak, ah males," ucap Liena sambil berlalu. Ia sebenarnya tadi maunya buru-buru ngelewatin pos. Tiba-tiba kesel aja inget kejadian 3 hari yang lalu.

"Jiah, trauma tuh bocah." Isfi menatap sekilas ke arah pos. "Gue usilin juga, nih."

"Liena, Om Abi lo!" Seru Isfi.

Sontak Liena menghentikan langkahnya. Ia tak membalikkan badannya melainkan hanya menghela nafas dan memutar bola matanya jengah. "Gue tinggal nih!" Sahut Liena yang ikut berseru.

Isfi berdecak saat tak mendapati Liena membalikkan badannya. Padahal ia mau selfie berdua. Buat kenang-kenangan gitu.

Sebuah ide cemerlang muncul di pikiran Isfi secara tiba-tiba.

"Liena, lo bocor anjir!"

"Yes," desis Isfi saat Liena membalikkan badannya dan melotot seketika. Ia menatap Isfi yang berjarak dua meter darinya. Kepalanya celingak-celinguk melihat apakah ada orang di sekitarnya. Beruntung tak ada siapapun sejauh matanya memandang.

Ia berjalan cepat ke arah Isfi sambil menutupi area pantatnya dengan kedua tangannya.

"Yang bener lo?!" Tanya Liena setelah sampai di depan Isfi.

"Tapi, boong! Hehe."

Liena mengambil kerikil di bawah kakinya. Ia mengacungkan kepalan tangannya yang berisi batu kerikil tersebut. "Gue timpuk beneran lo lama lama, Isfi," geram Liena.

Isfi hanya tertawa dan berlalri menjauh dari Liena. "Lagian diajak foto gak mau," cibir Isfi.

"Bukan gak mau! Ini tuh pos! Entar, ada buaya udara lagi. Males gue," ucap Liena. 

That Soldier, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang