"Sean, bobok ya." Liena menimang-nimang keponakan nya sayang. Ia melihat pantulan dirinya di depan kaca rumah. Wajahnya kentara sekali terlihat tak semangat.
Liena menghela nafas. Bagaimana ia semangat sedangkan pria yang biasa mengisi hari-harinya saja sudah satu minggu tak ada kabar.
"Na, beli seblak yuk nanti siang."
Liena menoleh ke belakang dimana Sena duduk. "Gaskeun," ucapnya. Ia kembali menatap Sean yang mulai menutup mata.
"Aa, jadi pulang, Teh?" Tanya Liena sambil melihat pantulan Sena di kaca.
"Jadi. Yakali udah dua minggu masih gak pulang juga. Anaknnya udah kangen tuh," jawab Sena.
"Emaknya kali," sindir Liena yang membuat Sena tertawa.
Liena semakin menggerakkan tubuhnya pelan saat Sean benar-benar menutup matanya. Namun suara motor yang terdengar masuk ke halaman rumahnya membuat Sean kembali membuka mata. Liena berdecak kesal jadinya.
Liena menghadap tubuhnya ke depan. Ia mengernyit saat motor jenis XSR yang ternyata masuk ke halaman rumahnya. Saat helm full face itu dibuka seketika Liena melotot.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam," jawab Sena sambil berdiri.
Liena kini berkedip-kedip tak jelas. Ini benar?
"Om Abi?" Panggil Liena bingung.
"Om." Lagi. Liena memanggil Arthur.
"Om!" Panggil Liena lebih keras. Tubuh Sean di gendongannya sampai terhentak kaget. Liena yang sadar segera mengelus dada Sean pelan-pelan.
Arthur tersenyum tipis pada Sena sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
"Om," desis Liena karena Arthur tak menjawabnya sedari tadi.
"Apa? Saya cuma menepati apa yang saya bilang sebelum kamu pulang," ucap Arthur sambil menghampiri Liena lalu tersenyum kepada Sean.
"Menepati? Setelah satu minggu gak ada kabar?" Ucap Liena tak habis pikir.
Sena yang tadinya akan menyimak muda mudi didepannya seketika langsung masuk ke dalam rumah. Sepertinya lebih baik bikin minum daripada menyimak. Bau-bau pertengkaran langsung tercium soalnya.
"Oh itu. Selain sibuk saya sengaja karena mau kasih surprise," jawab Arthur enteng.
"Surprise dalam rangka?" Tanya Liena sambil menaikkan satu alisnya.
"Saya main ke rumah kamu."
Seketika Liena menghela nafas. Ya, gak ngilang seminggu juga! Hampir aja gue bener-bener mau move on! Liena hanya mampu berucap dalam hati karena ada Sean di gendongannya. Bisa panjang urusannya nanti.
"Saya mau gendong boleh?" Tanya Arthur sambil menatap Liena.
Liena mengangguk sambil memindahkan Sean ke dalam gendongan Arthur. Tapi, Arthur malah melenggang pergi. "Sebentar," ucapnya. Ia mengambil tasnya di atas motor lalu disimpannya tak jauh dari Liena berdiri. Ia keluarkan tisu basah yang sengaja ia beli lalu membersihkan kedua tangannya.
Dirasa sudah bersih Arthur langsung mengambil Sean dari gendongan Liena. Ia tersenyum saat Sean menatapnya bingung. "Halo," ucapnya.
"Bisa tolong buka jaket saya?" Ucap Arthur sambil menghadap Liena sepenuhnya.
Meski masih kesal Liena tetap membuka jaket Arthur perlahan. "Awas anak aku kecengklak," ucapnya saat jaket Arthur berhasil ia lepas.
"Papa nya ke mana?" Arthur menatap Liena sambil menahan senyumnya karena wajah Liena yang sangat jutek.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Soldier, please!
Ficção AdolescentePokoknya berdoa itu yang jelas. Jangan kayak Liena yang asal minta bahkan memohon tanpa tahu nanti ketemunya gimana dan kayak apa. Ya, meski akhirnya dipepet juga sih. *** Welcome to Meet Military Police versi new! Judulnya doang padahal yang baru...