36] Tak terasa

1.3K 96 16
                                    

Menjadi siswa akhir tahun memang cepat sekali. Rasanya 3 tahun yang di lalui terasa seperti kemarin sore. Baru saja mereka menggunakan seragam putih abu tapi, tak terasa kelulusan sudah di depan mata.

Liena menatap seluruh penjuru kelas sambil tersenyum tipis. Ia tak menyangka dalam hitungan hari akan melepas status sebagai seorang siswa. Apalagi mengingat PKL nya yang paling akhir diberangkatkan. Tapi, ia tetap mampu melewati Ujikom atau Uji Kompetensi Keahlian, Ujian Akhir Semester, lalu Ujian Praktek dengan lancar. Ia bangga dengan dirinya yang bisa melewati itu semua dengan beberapa materi yang tertinggal.  

"Heh!"

Liena langsung menoleh ke depan saat Vika bersuara.

"Kebayang gak sih lo nikah terus lagi masak tiba-tiba suami lo meluk dari belakang," ucap Vika sambil menutup mulutnya yang tersenyum. Matanya mengerjap-ngerjap centil.

"Terus bisik-bisik gini 'masak apa sayang?' aww!" Isfi memukul-mukul pundak Injani yang duduk di sampingnya. 

"Dih, pikirannya udah nikah aja," ujar Ivany yang duduk di samping Liena.

Para cewek tengah kumpul di depan kelas dengan formasi melingkar. Sedangkan para cowok membuat formasi ikan pindang alias berjejer dengan mata terpejam. Apalagi kalo bukan tidur.

"Tau dih. Kerja dulu baru nikah!" Seru Ine yang rebahan berbantalkan paha Tiara. 

"Tapi, kayaknya yang bakal cepet nikah Liena deh sama Pak Arthur. Ya, gak Na?" Isfi menaik turunkan kedua alisnya ke arah Liena yang tepat sejajar dengannya.

"Beruntung banget lo, Na," ucap Injani sambil tersenyum tipis. "Mana badannya keker banget lagi," tambahnya.

"Pasti enak di peluk," celetuk Tiara. 

"Beuh, bukan enak lagi tapi candu," ucap Isfi seolah tahu bagaimana rasanya dipeluk Arthur. Terakhir ketemu aja saat di Bandung.

Liena mendelik. "Kayak tau aja lo rasanya," ucapnya.

"Dia suka ngasih pap gak sih, Na? Secara kan ceweknya abdi negara tuh sering upload foto foto cowoknya gitu pake seragam. Gue inget-inget lo cuma pernah sekali upload foto Pak Arthur deh. Itu juga lagi pake baju biasa," ucap Injani sambil menselonjorkan kakinya.

Liena meringis mendengar Arthur yang dipanggil Pak. Ia sudah sering sekali menegur temannya agar tak memanggil Pak. Kesannya Liena pecinta bapak bapak. Padahal kan dia pecinta Om Om. Om Abi maksudnya.

"Kadang-kadang. Kalo gue udah nanya 'lagi dimana?' nah, baru dia pap," jawab Liena sambil melirik handphonenya yang tergeletak di tengah-tengah.

Arthur tak ada kabar ... lagi. Ia hanya tahu Arthur tengah pergi ke luar kota dari Hafizh. Sehari setelahnya Hafizh kembali mengirim sebuah pesan, santai dia lagi ada tugas bukan cari cewek baru. Singkat tapi, Liena tenang.

"Coba liat." Tiara menyingkirkan kepala Ine yang dihadiahi decakan keras oleh Ine.

"Baru gue mau tidur," ucap Tiara sambil pindah ke paha Injani.

Liena membuka room chat nya dengan Arthur. Membuka fitur media dan memperlihatkan pap Arthur yang beragam. Bisa gawat kalau dilihat dari room chat langsung. Kebanyakan pesan Liena yang childish dan misuh-misuh tak jelas. Malu dong kalau terbongkar. Bisa rusak imej wanita kalem dan lemah lembutnya.

"Wih, ganteng banget!"

"Ih, gagah sekali! Mau," ucap Tiara sambil melengkungkan bibirnya ke bahwa dengan mata yang mengerjap-ngerjap lucu.

Karena gak rela dipuji cewek lain Liena langsung mengambil handphonenya namun Isfi merebutnya dan menyimpannya ke tengah-tengah hingga semua temannya leluasa melihat. Tau gini gak akan Liena kasih lihat. Gak rela rasanya berbagai ketampanan Arthur dengan perempuan lain.

That Soldier, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang