39] Gara-gara ulat bulu

1K 83 16
                                    

Terhitung sudah dua minggu Liena lulus dan ia resmi menyandang status sebagai PeJaBat alias pengangguran Jawa Barat. Kegiatannya hanya disibukkan dengan berdiam diri di rumah dan mencari info-info lowongan pekerjaan. Tapi, kadang Liena merasa bosan. Ia berharap ada yang mengajaknya jalan-jalan atau sekedar bepergian meski tanpa tujuan.

Dan ya, hari ini harapan yang sering Liena gumam kan itu sepertinya terkabul.

"Ma, ini bener aku boleh ke Bandung?"

"Ya, boleh."

"Tapi, ini nginep loh," ujar Liena sambil menatap mama dan bapaknya bergantian.

"Ya, gak papa. Yang penting gak serumah," jawab Arta sambil menepuk pundak pria yang di samping Liena.

"Siap, tidak Pak. Saya tidur di barak."

Sepenggal obrolan sebelum Liena dan Arini tentunya benar-benar dibawa oleh Arthur. Di dalam mobil Liena sesekali menoleh pada Arthur yang tengah fokus menyetir. Entah bagaimana pria itu meminta ijin pada kedua orangtunya. Liena hanya tahu pria itu datang ke rumahnya saat ia pergi ke warung dan tiba-tiba mengajaknya untuk ikut ke Bandung.

"Mau cemilan?" Tanya Arthur saat Liena melihat jalanan di sampingnya.

Sontak Liena menoleh pada Arthur. "Enang ada?"

Arthur mengangguk. "Di kursi belakang," jawab Arthur yang membuat Liena menolehkan kepalanya ke belakang.
Kresek besar berwarna putih diambilnya dan ditaruh di depan. Liena hanya memerhatikan Arthur yang tengah membuka cemilan keripik singkong dengan tangan kirinya.

Sejenak Liena terpana melihat Arthur yang menyetir dengan satu tangannya. Urat-uratnya yang menonjol membuat Liena semakin terpana.

Duh, ganteng amat Mas!

"Dimakan," ucap Arthur sambil menaruh cemilan itu di tengah-tengah.

Liena terkesiap. Kemudian ia hanya mengangguk dan mulai mengunyah. Hingga saking asiknya mengunyah ia hanya sibuk melihat jalanan di sampingnya. Mengabaikan Arthur yang sesekali menoleh padanya.

Saat hamparan daun teh mulai terlihat barulah Liena menaruh cemilannya dan membersihkan tangannya menggunakan tisu. Ia dengan semangat membuka kaca mobil dan tersenyum senang melihat hamparan daun teh yang begitu segar sejauh mata memandang.

"Masyaallah. Sungguh indahnya ciptaan-Mu."

Arthur yang tersenyum mendengarnya. "Suka sama kebun teh?" Tanyanya sambil menoleh ke arah Liena lalu kembali fokus ke depan.

"Banget," jawab Liena yang masih tersenyum. "Dulu aku cuma bisa lihat di tv atau di hape. Setelah aku PKL di Bandung aku bisa liat secara langsung. Meski udah beberapa kali, tapi aku nggak bosen. Kebun teh tuh seger banget buat dilihat." Liena tak henti-hentinya tersenyum melihat hamparan daun teh.

Beruntung jalur sedang sepi jadi Arthur bisa melaju di jalur kiri yang mepet dengan kebun teh.

"Nanti kita makan dulu didepan. Kamu bisa coba petik daun teh nya," ucap Arthur.

Mendengarnya Liena langsung menoleh ke arah Arthur. Ia mengangguk antusias. Saat mobil berhenti Liena turun dengan senyum lebarnya disusul Arthur. Langkah mereka masuk ke sebuah rumah makan. Liena merasa ada yang kurang. Tahu apa yang kurang tersebut Liena menarik ujung baju Arthur.

"Arini, Om." Terlalu fokus dengan kebun teh hingga ia lupa dengan adiknya.

Setelah Arini bangun dan kini berdiri di samping Liena barulah Arthur membawa mereka ke dalam rumah makan. Tak henti-hentinya Liena tersenyum setelah duduk lesehan berdekatan dengan kebun teh.

That Soldier, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang