"Fi, gue ke bawah dulu, ya. Beli sayur," pamit Liena yang diangguki Isfi. Ia tak mengunci pintu sebab Isfi tengah bermain game.
Saat Liena membuka gerbang ia sedikit kaget karena ada beberapa ibu ibu yang tengah bercengkrama di sore hari yang sejuk ini.
"Permisi, Bu," ucap Liena sambil membungkukkan badannya dan tersenyum.
"Mangga, Neng," serempak ibu-ibu menyahut.
Liena memilih ke depan. Meski di samping kost ada warung sayur mayur langganannya. Sejuk nya udara di sore hari membuat kakinya ingin melangkah jauh.
"Enaknya tinggal di Bandung. Sejuk terus," ucap Liena menatap satu per satu rumah yang ia lewati.
Saat melewati yayasan yatim Liena tersenyum melihat tawa anak-anak yang tengah bermain bola. Lapangan serbaguna itu seringkali dipakai anak-anak sekitar untuk bermain. Bukan hanya anak-anak kadang ada remaja juga yang meramaikan. Entah itu hanya untuk saling sorak atau ikut bermain.
"Pasti rindu banget sih kalo pulang." Liena memerhatikan sekitar.
Tawa anak-anak, dingin nya angin, hangat nya interaksi ibu-ibu satu sama lain, odadingnya, cakwenya, dan semua tentang Bandung Liena menyukai nya. Termasuk Arthur mungkin.
Soal Arthur ini sudah sore hari tapi, tak ada tanda-tanda Arthur menghubunginya. "Awas aja gak dikembaliin. Gue cari sampai ketemu. Kalo perlu gue datangin tempat kerjanya."
"Eh, tapi dia kan sering traktir gue masa uang segitu aja gak ikhlas. Ih, tapi beda! Ini uang dari Aa. Pokoknya harus balik!" Liena mengepalkan tangannya bertekad bagaimana pun caranya uang itu harus kembali padanya.
"Ke mana, Neng?"
Mendengar suara yang tertuju padanya Liena mendongak. Ia menoleh ke kiri. Rupanya ia hendak melewati rumah Ahmad. Terlihat Ahmad sedang mencuci motornya yang di pakai tadi siang.
Dengan senyum Liena menjawab, "Biasa Pak. Ke depan nyari buat maem."
Ahmad mengangguk dan kembali melanjutkan aktivitas nya yang tertunda.
Saat Liena benar-benar sampai di depan yang ia maksud kini ia bingung harus ke mana. Sudah tahu tak ada warung sayur. Tapi, kakinya terus melangkah ke depan.
"Oh, iya!" Ucap Liena saat melihat orang-orang masuk dan keluar dari Indomaret. "Bayar syopi aja. Kan, tadi check out baju. Tisu juga habis, sih. Yaudah, ke sana dulu deh."
Langkah kakinya kini berjalan ke Indomaret. Saat masuk ia langsung tertuju ke tempat dimana tisu berada.
"Beli mie juga deh." Liena berputar menuju stand mie. Ia langsung berjongkok tanpa melihat sekitar saat mie favorit nya berada paling bawah.
Di tengah keseriusannya menimang harus berapa bungkus ia membeli tepukan di pundaknya membuat Liena terlonjak. Reflek ia memegang tangan yang menepuknya lalu mencengkramnya dengan kuat.
"Tenang-tenang. Ini saya."
Liena mendongak dari tatapannya yang tertuju pada tangan yang menepuk pundaknya. Pantas ia yang sakit mencengkram tangan ini. Tangan seorang tentara rupanya.
"Ngagetin," ucap Liena sambil melepaskan tangan Arthur.
"Reflek kamu bagus. Ikut ekskul bela diri?"
Liena memutar bola matanya jengah. Setelah tiba-tiba pinjam uang sekarang menanyakan ekskul juga. Agak aneh memang.
"Kepo," jawab Liena ketus. Ia mengambil 3 mie asal tanpa membaca nya lalu berdiri.
Arthur menarik tangan Liena agar kembali jongkok. Ia mengambil mie di tangan Liena dan menyimpannya kembali. "Jangan mie."
KAMU SEDANG MEMBACA
That Soldier, please!
Teen FictionPokoknya berdoa itu yang jelas. Jangan kayak Liena yang asal minta bahkan memohon tanpa tahu nanti ketemunya gimana dan kayak apa. Ya, meski akhirnya dipepet juga sih. *** Welcome to Meet Military Police versi new! Judulnya doang padahal yang baru...