Sebagian perempuan pasti akan senang saat foto mereka di upload oleh lelaki idamannya, incarannya atau bisa disebut pacar. Dengan back sound romantis, foto nya aesthetic, lalu caption nya yang bikin melting tujuh hari tujuh malam berturut-turut.
Harusnya sih gitu. Harusnya.
Tapi, beda dengan Arthur. Pagi-pagi Liena buka WhatsApp nya. Bibirnya tersenyum senang melihat Arthur yang update status setelah terakhir kali pria itu meng-upload foto pemandangan jalan raya tanpa caption. Liena sempat mengira mungkin itu foto pemandangan juga. Namun dugaannya salah besar. Tahu apa yang Arthur upload?
Foto Liena yang yang lagi setengah melet dengan mata kanan wink centil. Itu yang di upload oleh Arthur. Bisa dibayangkan betapa jametnya pose Liena? Mending jangan. Liena aja geli sendiri. Mana caption nya Congrats Dek. Ergh. Makin geli aja Liena. Sejak kapan dirinya dipanggil Dek? Biasanya juga bocah atau nama doang.
"Ih, angkat kenapa sih?!" Ucap Liena gusar. Sudah beberapa kali ia telpon Arthur tak ada respon sekali pun.
Kalo foto nya lagi cantik terus ada lagu romantisnya sih Liena oke oke aja. Lah, ini malah sebaliknya. Mana Arthur itu tipe orang yang biarin statusnya 24 jam terpampang.
"Argh!" Liena lempar handphone nya ke atas kasur. Ia berdecak frustasi saat Arthur tak bisa di hubungi.
"Tauk lah!" Kesal Liena. Ia beranjak keluar dari kamarnya.
"Teh."
"Apa?!"
Arini terkesiap mendengar nada bicara Liena yang tak santai. Perasaan baru keluar kamar bukan keluar dari kandang singa. Ah, Arini lupa kakaknya itu yang mirip singa.
"Santai kali," ucap Arini yang membuat Liena menghela nafasnya.
"Apa?" Tanya Liena lebih santai.
Arini tiba-tiba nyengir tak jelas. Liena mendelik melihat nya. "Pasti mau nyuruh," tebak Liena.
"Hehe, iya. Minta tolong angkat galon sama pasang gas dong, Teteh ku yang cantik," ucap Arini sambil mengedip-ngedip kan matanya lalu tersenyum manis.
Liena memutar bola matanya malas. "Nyuruh terus!"
Meski begitu Liena tetap melakukan apa yang adiknya minta. Anak bungsu adalah segalanya. Mulutnya boleh protes tapi, dari lubuk hati yang paling dalam Liena siap melakukan apapun untuk adiknya.
Saat gas sudah terpasang Arini langsung memasak mie.
"Mie mulu lo. Badan udah kayak cacing kerempeng begitu. Diisi nasi kenapa sih, Rin?" Ucap Liena dengan wajah judes nya.
"Udah tadi pagi. Ini laper lagi," jawab Arini sambil memasukkan mie nya ke dalam panci.
"Lo mau?" Tanya Arini sambil menyodorkan bungkus mie yang ia masak.
Liena menggeleng. Ia hanya memerhatikan Arini saja sambil bersedekap dada. Jangan aneh mendengar lo gue atau bahkan aing sia yang keluar dari mulut mereka. Perbedaan usia yang hanya 1 tahun membuat mereka terlampau akrab dari adik kakak umumnya. Jatuhnya kayak gak ada perbedaan usia tapi disamping itu mereka selalu menghargai satu sama lain. Arini yang selalu minta saran pada Liena saat bingung dan Liena sebagai kakak selalu siap memberi saran. Yah, meski ujung-ujungnya mereka jadi sama-sama bingung.
"Lo PKL kapan, Rin?" Tanya Liena saat Arini membuka bumbu-bumbu mie lalu dituangkannya ke dalam mangkuk.
"Nggak tahu. Bisa request tempat gak sih?" Tanya Arini sambil menatap Liena bingung.
"Bisa. Asal tempatnya jelas, mau nerima anak PKL dan Hubin percaya dan tahu tempatnya. Ya, balik lagi aja intinya. Gimana sekolah," jelas Liena.
Arini mengangguk-angguk mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Soldier, please!
Teen FictionPokoknya berdoa itu yang jelas. Jangan kayak Liena yang asal minta bahkan memohon tanpa tahu nanti ketemunya gimana dan kayak apa. Ya, meski akhirnya dipepet juga sih. *** Welcome to Meet Military Police versi new! Judulnya doang padahal yang baru...