SEMBILAN

36 3 11
                                    

Setelah pertanyaan dari Junhyeok siang tadi Taehun jadi penasaran hukuman penjara berapa lama yang Yujin dan Youngjae dapatkan. Saat itu, ia dan teman-temannya hanya mendapatkan kabar jika Yujin beberapa tahun dan Youngjae beberapa bulan, bukan secara jelasnya.

"Kenapa lo? Katanya mau pulang kenapa malah diem kaya gini?" tanya Hyunsoo.

"Ngusir gue, lo? 'Kan lo tahu sendiri jawabannya, gue males banget buat pulang. Oh iya, lo tahu gak berapa lama dua aki-aki itu di penjara?"

Hyunsoo menggeleng, ia juga tidak tahu akan hal itu. "Ini mah bukan males, tapi lo masih kepikiran pertanyaan Sungjun 'kan, lo? Nanti gue tanyain sama si Minsoo deh."

"Buset, gak ada sopan-sopannya lo sama dia," sahut Kyungjun yang kini bergabung bersama keduanya.

"Tadinya mau gue hormatin, udah mau tobat gue. Tapi semenjak dia pindah ke sebelah rumah gue, urung niat gue mau ngehormatin dia. Hampir tiap hari selama libur semester dia ke rumah gue."

"Ngapain dia ke rumah lo? Yang ada lo kali yang ke rumah kak Minsoo," tanya Taehun.

Hyunsoo memutar bola matanya malas. "Gak percayaan amat lo. Dia itu datang pake seribu alesan. Kalian tahu 'kan rumah gue kalau siang kosong, nyokap di butik, bokap di kantor kadang-kadang gak pulang. Nih si Minsoo datang kadang pake alesan yang gak masuk di akal, kadang minta garem, kadang pinjem charger lah, ini lah, itu lah. Banyak banget," ujarnya.

"Emang dia punya waktu ya buat masak? Setahu gue dia sama kak Hyuna sibuknya minta ampun."

"Tapi 'kan bisa aja istrinya yang masak, terus dia di suruh beli tapi males akhirnya belok ke rumah Unco," ucap Taehun.

Hyunsoo mengerutkan keningnya. "Lo lupa, Hun? Dia 'kan duda anjir."

Taehun menggaruk tengkuknya tak gatal. "Iya gue lupa. Jadi kemana-mana kan kita ngobrol, intinya nanti jangan lupa lo tanyain ya? Gue mau pulang sekarang takut kemaleman. Gue titip tiga bocah sama kalian."

Setelah menyambar tasnya, Taehun segera bergegas pergi. Kyungjun dan Hyunsoo hanya menatap kepergian teman mereka dengan harapan besar.

"Semoga dia balik lagi ke asrama dalam keadaan baik-baik aja ya, Soo. Gue masih takut sama orang tua Tae, mereka terlalu nekat, apalagi sekarang mereka lagi nyoba nguasain warisan," ujar Kyungjun dengan helaan nafas berat.

"Gue juga berharap begitu."

🕸🕸🕸

Seo Jia, gadis berambut panjang itu tengah duduk di kursi taman, menunggu kedatangan seseorang. Ia sebenarnya sangat malas menemui orang ini, meski jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia senang.

Jia menoleh ke samping kirinya kala mencium bau parfum yang sangat ia kenali.

"Gue udah di sini, bilang ke mereka kalau gue udah nemuin lo. Jangan ngadu yang macem-macem, gue pergi lagi."

Taehun hendak kembali beranjak, namun dengan cepat Jia menahan tangannya dan Taehun langsung menghempaskannya.

"Lo jangan pernah berharap semuanya bakal terjadi. Gue bakal terus nentang semua ini, Seo Jia," ucap Taehun penuh penekanan.

Jia tersenyum remeh lalu berdiri di hadapan Taehun. "Awalnya gue emang seneng banget dapetin kabar ini. Tapi sekarang, gue juga gak mau sama lo, pembunuh."

Taehun tak menghiraukan apa yang Jia katakan, ia langsung pergi tanpa mengatakan apapun lagi.

Jia kembali duduk setelah mengatakan hal itu, ia sangat puas sekarang. Tapi perlahan air matanya menetes tanpa ia sadari.

"Lo harusnya malu, Seo Jia."

Jia mendongak kala mendengar seseorang berada di sebelahnya berbicara.

"Malu karena apa?"

Haruto, laki-laki itu terkekeh pelan lantas duduk di sebelah Jia. "Ucapan lo sama bang Tae, gue denger semuanya. Lo gak salah nyebut dia pembunuh?"

"Dia emang pembunuh, To."

"Emangnya bang Tae udah bunuh siapa? Kasih tahu gue."

"Paman lo sendiri."

Haruto yang mendengarnya seketika tertawa dengan keras. "Paman gue? Bokap lo? Dia mati karena itu hukuman atas perilakunya, dan bang Tae gak ada hubungannya sama Seo Daeyoon.

"Dia bukan bunuh diri-"

"Tapi dihukum mati!" sela Haruto cepat. "Gue tahu, Ji. Dan gue juga tahu alesan lo nuduh bang Tae karena siapa, Park Yujin 'kan? Bilang apa aja dia sama lo? Jawab!"

"Bokap gue dapetin hukuman secepat itu atas kehendak Choi Taehun-"

"Lo salah, Seo Jia! Dari awal emang cuma itu hukuman yang pantes buat dia!"

"Terserah!" Jia bergegas pergi dari sana, ia tidak mau berdebat dengan sepupunya sendiri.

Sedangkan Haruto mengusap wajahnya kasar, ia benar-benar kesal pada Jia.

"Seo Daeyoon, jangan sampe lo turunin sikap lo itu ke Jia."

🕸🕸🕸

Sungjun terus berkutat pada ponselnya, ia tengah mencoba menghubungi Taehun tapi satupun tidak ada panggilannya yang dijawab.

"Kesel banget muka lo, kenapa?" tanya Junhyeok.

"Bang Tae udah berangkat belum sih? Gue telepon dari tadi gak diangkat-angkat."

"Udah berangkat dia, mungkin lagi di jalan," sahut Hwi dari meja belajarnya.

Sungjun terdiam mendengar hal itu. "Hyeok, perasaan gue kenapa gak karuan gini, lo coba bantu telepon bang Tae, ya."

Junhyeok mengangguk, ia meraih ponselnya untuk menghubungi Taehun. Bahkan Hwi yang tengah membaca buku kini ikut menghubungi Taehun setelah mendengar jika perasaan Sungjun tak karuan.

Entah sudah berapa kali mereka menghubungi Taehun, tapi satupun tidak ada panggilan yang dijawab.

"Jun, bang Unco telepon," kata Junhyeok seraya menempatkan ponselnya di telinga.

"Kita ke asrama mereka sekarang!"











Aku up cepet! Tapi besok gak tau bisa up atau nggak :(
Kira-kira ada apa ya?

After Big Secret 1990Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang