Kyungjun, Hyunsoo, Junhyeok dan Sungjun tengah berkumpul, mereka baru saja selesai makan siang bersama di asrama Sungjun dan Junhyeok.
Biasanya mereka harus pergi ke lantai dasar hanya untuk makan, tapi kali ini ibu Sungjun telah mengirimkan makanan untuk mereka. Hal itu cukup membuat mereka terkejut, terlebih makanan yang dikirimkan hasil masakannya sendiri. Sayangnya mereka tidak bisa memakannya bersama Taehun dan Hwi karena dua orang itu tidak berada di asrama.
"Hwi di mana katanya, Jun?" tanya Sungjun pada Junhyeok yang mengajukan diri untuk menanyakan keberadaan teman seasramanya.
Junhyeok menggeleng. "Dia gak bilang ada di mana, tapi bentar lagi sampe katanya.
"Bilang sama Hwi, jangan beli makanan atau makan di bawah, langsung naik aja," sahut Kyungjun.
Junhyeok menuruti apa yang Kyungjun katakan. Mereka memang sengaja memisahkan makanan dari ibu Sungjun untuk Hwi dan Taehun.
"Taehun katanya pulangnya besok," ujar Hyunsoo yang tengah berbaring dengan kepala berada di atas paha Kyungjun.
Sungjun menghela nafas kecewa, padahal ia berharap Taehun bisa merasakan makanan yang dimasakan oleh sang ibu. "Padahal gue berharap bang Tae pulang siang ini, biar Hwi gak makan sendirian."
"Biarin aja, Jun. Hwi juga gak bakal keliatan menyedihkan makan sendirian," kata Kyungjun. "Oh iya, gue baru inget. Katanya ada guru baru yang bakal ngajar kalian," lanjutnya.
Junhyeok dan Sungjun saling pandang, mereka sama sekali belum mendengar kabar tentang hal ini.
"Lo tahu dari mana? Kok gue gak tahu?" tanya Hyunsoo.
"Dari Doyoung, dia yang ngasih tahu. Waktu itu lo sama Taehun pada tidur," jawab Kyungjun.
"Tapi kita gak tahu kalau bakal ada guru baru."
Ucapan Sungjun membuat Kyungjun sedikit heran, tapi ia berpikir mungkin saja belum di kenalkan. "Senin, baru diumumin kali. Tapi gue berpesan sama kalian, kasih tahu Hwi juga, hati-hati sama guru baru itu."
"Loh, kenapa?"
"Pokoknya hati-hati."
🕸🕸🕸
Taehun menatap langit-langit kamarnya, setelah bertengkar dengan sang ibu saat sarapan tadi Taehun belum keluar lagi dan ia merasa bosan sekarang.
Samar-samar Taehun mendengar suara wanita dari luar, di rumah itu hanya ada ibunya, tidak mungkin ia berbicara sendiri. Karena penasaran, Taehun bangkit mengambil jaket dan dompet untuk melihat sekaligus pergi untuk menjernihkan pikirannya.
Dari atas tangga Taehun sudah melihat jika ada tamu seorang wanita seumuran ibunya. Taehun tak peduli akan hal itu, ia tetap akan pergi.
Tepat saat Taehun menuruni anak tangga terakhir, sang ibu mrmanggilnya.
"Sayang, sini."
Tak mau berdebat lagi, Taehun menurut saja. Ini juga akan mempercepat ia keluar.
"Jaera, ini putra aku satu-satunya. Sayang, ini tante Jaera, Mamanya Jia."
"Wah, ganteng ya anakmu ini."
Taehun yang awalnya tersenyum seketika menatap Nara malas. "Kalau gitu Ma, Tan, Tae pergi dulu ya, ada janji sama temen." Setelah mengatakan itu, Taehun pergi. Ia tak peduli Jaera akan memandangnya seperti apa, ia akan sangat bersyukur jika perjodohan ini batal.
Sebenarnya Taehun tak mempunyai tujuan pasti, jadi yang ia lakukan hanya berjalan tanpa arah.
Ponsel yang berada di tangannya bergetar, Taehun berhenti sejenak untuk melihat notifikasi pada ponselnya. Ada pesan dari sang ayah jika telah mengirimkannya uang untuk bulan ini, setelah mengucapkan terima kasih, Taehun memeriksa berapa uang yang ayahnya beri bulan ini. Angka yang tertera di layar ponsel sama sekali tak membuat raut di wajah Taehun berubah, meskipun angka itu dua kali lipat dari bulan sebelumnya.
"Bang Taehun!"
Taehun menoleh kala mendengar ada yang memanggilnya.
"Haruto?"
Haruto menetralkan nafasnya, ia berlari hanya untuk menghampiri Taehun yang tengah terdiam. "Lo dari tadi gue panggil gak noleh-noleh."
"Gak kedengeran. Ngapain lo di sini?" tanya Taehun.
"Emang gak boleh? Mumpung ketemu sama lo, gue mau ngomong sesuatu. Tapi gak di sini." Kedatangan Haruto bukan tanpa alasan, ia berniat memberitahukan beberapa hal yang tidak orang-orang ketahui setelah kepergian Daeyoon.
"Yaudah, di taman depan aja."
Alis Haruto mengerut, taman? Ia malas pergi ke sana. "Yang bener aja, Bang. Resto lah, sekalian makan siang."
Sesuai dengan apa yang Haruto mau, mereka kini berada di restoran yang tak begitu jauh dari tempat mereka bertemu.
"Kayanya makanannya bakal lama, gue cerita sekarang ya?"
Taehun hanya mengangguk, ia siap mendengarkan cerita dari Haruto.
"Gue tahu soal perjodohal lo sama Jia, Bang," ujar Haruto.
"Terus?"
Haruto menghela nafasnya, ia bingung harus memulai dari mana. "Ada yang harus lo ketahui tentang keluarga Jia."
"Gak perlu, To. Perjodohan itu cepat atau lambat bakal batal," kata Taehun tanpa ragu.
Jawaban itu, Haruto sudah menduganya. "Mau batal atau nggak, tapi lo harus dengerin cerita gue. Lo gak penasaran apa aja yang ditutupin dari orang-orang soal keluarga Jia?"
"Lo sepupunya dia, kenapa lo mau nyeritain rahasia keluarga dia ke gue?"
"Karena menurut gue, ini ada sangkut pautnya sama lo, terlebih kalau perjodohan kalian jadi. Lo tahu kan kalau Jia punya adik? Itu bukan adik kandung, melainkan adik tiri, mereka cuma punya ibu yang sama tapi ayah yang berbeda. Lo tahu gak siapa ayah dari adik Jia? Yujin, dia ayahnya."
"Maksud lo?" Taehun cukup terkejut mendengar hal itu.
"Bibi Jaera sama Yujin itu penghianat, Bang. Jia satu-satunya anak Daeyoon, dan itu udah terbukti sebelum Daeyoon mati. Dan parahnya, Jia sekarang ada di pihak Yujin, orang yang udah hianatin ayahnya sendiri. Lo masih inget pas Jia nuduh lo pembunuh? Itu Yujin yang udah hasut Jia."
Taehun menghela nafasnya, semua ini tidak penting untuknya. "Terus hubungannya sama gue apa?"
"Yujin pengen dapetin apa yang Daeyoon punya, termasuk harta. Jia satu-satunya pewaris, kalau perjodohan ini jadi maka keselamatan lo terancam, Bang. Lo tahu sendiri Yujin kaya gimana."
Kasian Bang Tae, sana-sini ketemu orang gila, maaf ya Bang🙏
![](https://img.wattpad.com/cover/362015498-288-k938430.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
After Big Secret 1990
FanficBig Secret season2 Mereka hanya menang untuk masa lalu, bukan masa depan