LIMA PULUH

17 2 4
                                    

Perlahan kaki Kyungjun melangkah, ia sebenarnya sudah tidak sanggup, seluruh badannya lemas, matanya sembap dan perasaan campur aduk yang membuat pikirannya menjadi kacau.

Siang ini ia menemukan selembar kertas di bawah makanan yang Kyungmin siapkan untuknya. Dalam keadaan setengah sadar karena baru dasa bangun dari tidurnya, Kyungjun harus membaca pesan yang membuat hatinya terasa sakit.

Harapan Kyungjun hanya satu, yaitu Kyungmin. Tapi kakak laki-lakinya itu malah pergi meninggalkan dirinya sendirian bahkan tanpa kata pamit. Kyungmin memilih menggantikan posisi Kyungjun daripada melihat kehancuran adiknya sendiri.

Sekarang Kyungjun benar-benar merasa sendirian, tanpa teman, kakak, maupun orang tua. Ia ditinggalkan sendirian, kedua orang tuanya pergi mengantarkan Kyungmin.

Langkah yang tak beraturan itu tentu menarik perhatian para siswa yang berlalu-lalang di lorong asrama.

Kyungjun menghentikan langkahnya kala mendengar suara tawa dari dalam kamar asrama. Ia tahu betul suara siapa itu, Sungjun juga Hyunsoo. Kyungjun tersenyum tipis, ia merindukan teman-temannya.

"Kyungjun."

Kyungjun refleks membalikan badannya melihat siapa yang memanggilnya dari belakang. Seketika Kyungjun menundukan kepalanya kala matanya bertemu dengan mata salah satu temannya.

"Masuk, jangan di luar."

Sepenggal kalimat yang mampu membuat Kyungjun tersenyum tipis, ia kembali mendapatkan keyakinan bahwa masalah yang menimpanya saat ini akan segera selesai.

Setelah Taehun masuk, Kyungjun mengikutinya dari belakang. Ruangan yang semula berisik mendadak sepi saat dirinya masuk. Hyunsoo dan Sungjun yang semula paling berisik juga benar-benar bungkam.

Tak lama setelahnya Hyunsoo bangkit lalu pergi tanpa mengatakan apapun diikuti Hwi juga Sungjun. Harapan Kyungjun yang baru saja datang kini kembali pupus.

Pelakunya bukan dia, tapi mengapa dirinya merasa jadi tersangka di sini.

"Kak, sini."

Kyungjun cukup terkejut mendengar Junhyeok memanggil dirinya bahkan  tersenyum padanya.

"Kenapa diem? Lo di panggil Junhyeok." Ucapan Taehun menyadarkan Kyungjun, ia segera melangkah mendekat pada adik kelasnya.

"Apa lo masih belum dapetin bukti kalau bukan lo pelakunya?" Tanya Taehun yang ikut duduk di sebelah Kyungjun.

Tak ada kata yang dapat Kyungjun ucapkan, ia hanya membalasnya dengan gelengan.

"Gue tahu, lo sama sekali gak berusaha kan, Kak?" tanya Junhyeok dengan tatapan sendu. "Terus gimana caranya kita bisa percaya sama lo?"

"Dua puluh empat jam dalam satu minggu gue sama kalian, dan kalian masih gak bisa percaya sama gue? Kalaupun gue pelakunya, keuntungannya buat gue apa?" Kyungjun sudah tidak tahu harus menjawab bagaimana.

"Kita gak akan pernah bisa tahu isi hati orang lain, Woo Kyungjun."

🕸🕸🕸

Pagi ini Kyungjun berangkat bersama Taehun juga Junhyeok, biarpun mereka berdua masih bersikap dingin padanya Kyungjun tetap bersyukur bisa berada di sekitar temannya.

Dari awal berangkat sampai sudah beradada di sekolah, Kyungjun mempertanyakan keberadaan ketiga temannya yang lain. Ia tidak lagi melihat Hyunsoo, Hwi juga Sungjun setelah kepergian mereka malam tadi.

Notifikasi pada ponselnya membuat Kyungjun menghentikan langkahnya, ia melihat siapa yang mengiriminya pesan sepagi itu.

Alis Kyungjun mengerut kala melihat siapa yang mengiriminya pesan. Ada dua pesan, satu dari Kyungmin dan satu lagi dari nomor tak dikenal. Kyungjun melihat pesan singkat yang Kyungmin kirimkan padanya.

Kyungmin

|Banyak banget panggilan
|dari lo
|Maaf ya, gak bilang
|Gimana sama mereka?

Kyungjun mengetik balasan singkat untuk kakaknya saat itu juga.

Seharusnya gak sampe kaya|
gini, Woo Kyungmin!|
Gue utang budi sama lo|
Setelah gue lulus lo bisa balik|
ke sini, makasih atas|
pengorbanan lo|

Kyungjun membalas dengan kata yang memang seharusnya ia ketik. Jarinya kini beralih pada nomor tidak di kenal mengirimkan pesan padanya.

Uknown

|12:30
|Ruang keamanan

Tanpa ragu Kyungjun memblokir kontak tak dikenal itu. Ia yakin itu adalah orang yang selama ini mengganggu keamanan dirinya dan teman-temannya.

"Apa Daeyoon masih hidup?" gumam Kyungjun setelah melihat Jia yang tak begitu jauh dari jarak pandangnya.

Setelah menggeleng kuat Kyungjun kembali melanjutkan langkahnya, menyusul Taehun dan Junhyeok yang kemungkinan sudah sampai di kelas mereka masing-masing.

Masih seperti sebelumnya, Kyungjun masih mendengar gosip tentang dirinya. Harusnya hanya tentang pengakuan palsu si guru baru, tpi entah mengapa makin banyak gosip palsu tentang dirinya. Kyungjun tak lagi peduli, ia akan membiarkan mereka terjebak di dalam karangan mereka sendiri, yang terpenting baginya saat ini adalah kepercayaan dari  kelima temannya.

Lagi, Kyungjun mendapatkan serangan tiba-tiba saat memasuki kelas, dan pelakunya ketua kelas mereka, Doyoung.

Tidak sampai pukulan, Doyoung hanya menarik kerah seragam Kyungjun. Namun tetap saja, Kyungjun merasa ini adalah serangan.

"Lo pinter juga ya. Sebenernya apa yang lo lakuin sampe polisi netapin pak Junwook sebagai tersangka?" tanya Doyoung.

Taehun yang tengah duduk seketika berdiri, ternyata alasan Doyoung seperti ini karena kasus Junwook yang tak ada hubungannya dengan Kyungjun.

"Kim Doyoung!" Taehun segera menghampiri Doyoung lalu menghempaskan tangannya dari baju Kyungjun.

Sementara Hyunsoo yang memang sudah datang paling awal tak berbuat apa-apa, ia memilih tetap duduk dan memperhatikan apa yang sedang terjadi tanpa ada niatan ikut campur.

"Lo jangan sok belain dia, Hun. Hukuman yng lo dapetin kemarin karena dia."

"Itu emang karena dia, tapi kasus pak Junwook itu buka karena dia! Yang laporin itu gue, bukan Kyungjun!"

















Halo!
Pas 2Jun ulang tahun aku gak sempet up huhu....
Ini agak random sih up jam segini. Tapi gak papa lah ya. Ada typo mohon tandai🙏


After Big Secret 1990Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang