TIGA PULUH TIGA

22 3 13
                                    

Hwi terpaksa berpura-pura tidur saat Taehun tengah menjawab panggilan. Hwi tak berniat untuk mendengarkan percakapan Taehun, tapi nada bicara kakak kelasnya itu membuatnya terbangun dan berakhir seperti ini.

Percakapan itu berlangsung kurang lebih lima menit, Hwi mendengarnya dari awal hingga akhir. Ia bahkan mendengar apa yang Taehun sembunyikan selama ini.

Jika bisa memilih Hwi tidak ingin berada di posisi itu, ia takut sekaligus terkejut. Ini kali kedua ia mendengar Taehun semarah ini, sebelumnya karena Yujin dan sekarang karena ibunya sendiri.

Hwi membukanya perlahan setelah mendengar suara langkah kaki dan pintu yang di tutup. Ia menoleh pada seluruh penjuru kamar untuk memastikan keberadaan Taehun, Hwi akhirnya bisa bernafas lega setelah melihat pintu kamar mandi yang tertutup.

"Ucapan lo emang paling bisa gue pegang, Bang," gumamnya. Sebelumnya Hwi mengira jika Taehun pergi keluar sedangkan ia sudah berpesan agar tidak pergi ke manapun.

"Udah bangun lo?"

Hwi memegangi dadanya karena terkejut, kemudian ia berpura-pura menguap agar Taehun tak curiga padanya. "Iya nih, Bang. Yang lain belum datang?"

"Katanya udah pada di bawah," jawab Taehun.

"Cepet amat mereka. Eh, lo tahu dari mana, Bang?"

"Tadi mereka chat gue. Lo cuci muka gih sana, abis ini kita makan," ujar Taehun.

Di mata Hwi, Taehun ini sangat pandai merubah suasana hati dalam waktu yang cepat. Baru tadi ia mendengar Taehun berbicara dengan nada penuh emosi, sekarang sudah kembali lagi seperti biasa. Taehun pandai menutupi semuanya.

🕸🕸🕸

Kejadian semalam membuat Hwi tak bisa fokus hari ini. Sudah berulang kali ia di tegur oleh guru, bahkan di berikan soal dan menyuruhnya mengerjakan di depan. Sungguh, Hwi sangat kesal pada guru yang mengajar Matematika ini.

Sekarang guru yang Hwi hindari bertambah satu, sebelumnya hanya Yoo Junwook si guru sejarah, sekarang bertambah Im Juyeon si guru baru yang mengajar Matematika.

"Apa ini yang dimaksud kak Jun, harus hati-hati sama guru baru. Ternyata emang ngeselin, tapi di lihat-lihat dari belakang agak mirip kak Jun," batin Hwi, ia terus menatap Juyeon dengan segala kekesalan.

Sungjun melirik Hwi, ia mengerti arti dari tatapan tajam itu. Memang sejak awal guru baru ini seperti memfokuskan pelajaran pada Hwi, sesekali yang lainnya juga mendapatkan pertanyaan termasuk dirinya juga Junhyeok tapi Hwi lah yang paling banyak.

Bel istirahat berbunyi, betapa leganya Hwi mendengar itu. Ia akan mengadukan semua ini kepada tiga kakak kelas sekaligus teman yang sudah ia anggap sebagai saudara.

"Seneng banget lo kayanya," ucap Junhyeok.

"Iyalah, siapa sih yang gak seneng keluar dari penderitaan?"

Sungjun tertawa mendengar itu. "Penderitaan banget nih?"

Hwi mengangguk. "Udah yuk, ke kantin!"

Baru saja mereka hendak melangkahkan kakinya ke luar kelas, tapi panggilan dari Haruto membuat langkah mereka berhenti serentak.

"Gue ikut ke kantin ya? Jeongwoo gak masuk soalnya," ucapnya.

"Tinggal ikut aja lah, To. Kaya sama siapa aja," kata Sungjun.

Haruto tersenyum lalu mengikuti mereka dari belakang. Ia sebenarnya mempunyai maksud lain dan semua ini beraitan dengan sepupunya, Jia.

Mereka berjalan ke meja yang sudah di isi Taehun juga Hyunsoo.

"Kak Jun ke mana, Bang?" tanya Junhyeok seraya duduk di sebelah Taehun.

"Ngambil name tag dia, kan yang biasa dipake hilang," jawab Hyunsoo.

Mendengar jawaban dari Hyunsoo, Junhyeok jadi teringat saat terjadi perpecahan di antara mereka kemarin. Junhyeok akan menjadikan hal itu pelajaran agar tak asal menyimpulkan.

"Ngapain duduk? Sana ngambil makan dulu," kata Taehun pada Junhyeok.

Akhirnya Junhyeok, Hwi, Sungjun juga Haruto kembali berdiri lalu pergi mengambil makanan. Saat mereka kembali, Kyungjun sudah berada di sana.

"Cie... Yang punya name tag baru," goda Sungjun. "Tapi lo harus dapetin name tag yang lama, Kak. Takutnya disalah gunain lagi," lanjutnya.

Kyungjun mengangguk. "Gue bakal berusaha nyari orangnya."

"Kalian gak curiga sama guru baru?" tanya Haruto.

Pertanyaan dari Haruto seakan mengingatkan Hwi untuk bercerita. "Iya anjir, gue juga curiga sama dia. Dari perawakannya mirip Kak Jun, terus kaya punya dendam kesumat sama gue."

"Dendam? Dendam kaya gimana maksud lo?" tanya Taehun.

Di tanya seperti itu, membuat Hwi semangat untuk menceritakan apa yang ia lalui saat jam pelajaran Matematika itu. "Dia tuh gak bisa diem, dikit-dikit nanya gue, dikit-dikit gebrak meja gue bahkan sampe nyuruh gue ngerjain soal di depan, untung gue bisa."

"Agak ngelamun sih dia, Bang," ujar Sungjun.

"Ya pantesan, kalau lo nya ngelamun," kata Hyunsoo.

Hwi menggeleng. "Gue yakin bukan cuma karena itu, gue ngelamun pas awal-awal doang. Tapi dia begitu dari awal sampe akhir."

"Gue jadi penasaran bentukan dia kaya gimana," ucap Kyungjun.

"Ya kaya manusia lah, Jun. Gimana sih lo!"

Haruto yang tengah makan tersedak setelah mendengar ucapan Hyunsoo.

Sungjun refleks tertawa seraya menyodorkan air pada Haruto. "Minum To, minum. Kaget ya lo? Bang Unco emang udah biasa begitu."

"Gue lagi yang kena," gumam Hyunsoo.

Haruto menerima gelas beeisi air putih itu dari Sungjun lalu meminumnya hingga tandas. "Makasih, Jun," ucapnya.

"Oh iya, To. Gimana keadaan Jia?"

Semua yang ada di meja itu kecuali Haruto, menoleh pada Taehun dengan tatapan tak percaya. Biasanya Taehun akan menghindar dari percakapan yang berkaitan dengan Jia, itulah mengapa mereka sedikit merasa heran.

"Gak ada perubahan, Bang. Gue sebenarnya mau minta bantuan kalian, gue curiga kalau ini semua ada yang ngerencanain."


















Adakah kata buat Im Jiyeon?

After Big Secret 1990Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang