Junhyeok memandang Taehun yang tengah berada di meja belajarnya. Junhyeok sangat khawatir dengan keadaan temannya itu, saat mereka datang Taehun disambut hangat oleh tamparan ayahnya. Bekas tamparan yang memerah itu sangat terlihat jelas di pipi Taehun yang putih.
Satu hal yang Junhyeok tahu, Taehun sangat pandai menyembunyikan lukanya. Meskipun kini ia terlihat baik-baik saja tapi tidak ada yang tahu bagaimana perasaannya sekarang.
"Bang ..." panggil Junhyeok.
"Iya?" Taehun menoleh, melihat Junhyeok yang kini menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Lo nangis?"
Junhyeok menggeleng menanggapi pertanyaan dari Taehun. "Gue gak tega lihat lo, Bang," ujarnya.
Taehun tersenyum lalu bangkit hanya untuk duduk di sebelah adik kelasnya itu.
"Maaf udah bikin lo lihat kekejaman di rumah ini, papah sebenernya baik kok, Jun, sekarang dia lagi kecewa aja sama gue," ucap Taehun.
Junhyeok menghela napasnya, ia sudah mendengar semua cerita Taehun sebelum bersekolah di Future International School, tapi melihatnya secara langsung sangat membuat hatinya teriris, padahal tamparan tadi tidak seberapa dibandingkan dengan cerita Taehun dulu.
Taehun tersentak kala Junhyeok meraih tangannya. "Kenapa, Jun?"
"Bang, kalau mereka berlaku jahat lagi sama lo, pergi aja dari rumah ini. Rumah gue selalu terbuka lebar buat lo, Bang. Bukannya gue mau ngajak lo buat jadi anak yang durhaka, tapi perlakuan mereka sejak dulu udah keterlaluan, Bang. Gue gak terima orang yang udah gue anggap kakak sendiri diperlakukan kaya gini-" Ucapan Junhyeok terhenti kala Taehun memeluknya.
Tanpa ragu, Junhyeok membalasnya. Ia belajar banyak hal berteman dengan Taehun dan yang lainnya. Dimulai dari pentingnya menghargai perasaan orang lain sampai ia tahu tidak begitu dipedulikan lebih baik daripada diperhatikan secara detail namun terus-terusan mendapatkan perlakuan buruk juga kasar.
🕸🕸🕸
Sungjun tengah berada di rumah Hyunsoo sekarang, ia mendapatkan izin untuk menginap di sana. Bukan karena alasan yang tak jelas Sungjun berada di sana, dirinya sengaja menemani Hyunsoo karena orang tua temannya itu tidak ada di rumah.
Jam baru menunjukan pukul delapan malam, tapi daerah rumah Hyunsoo sudah terasa sangat sepi.
Di sebelah rumah Hyunsoo terdapat rumah Minsoo, sejak datang Sungjun selalu melihat ke arah rumah itu yang memang terlihat dari jendela kamar Hyunsoo.
"Bang, kenapa rumah kak Minsoo masih gelap? Ini kan udah malem, gak pulang kali ya?" tanya Sungjun.
"Kemungkinan besar dia emang gak pulang. Mungkin kerjaan dia banyak, maklum namanya juga pengacara," jawab Hyunsoo masih dengan pandangan yang belum teralihkan dari komik.
Tanpa rasa bosan, Sungjun terus melihat ke arah luar. Ia menikmati pemandangan gelap itu. Awalnya tidak ada yang aneh, namun semakin lama Sungjun merasakan hal yang tidak beres setelah melihat seorang laki-laki berbaju hitam bulak-balik di sekitar rumah Hyunsoo.
"Bang," panggil Sungjun.
"Hm?"
Sungjun meraih komik dari tangan Hyunsoo lalu langsung menunjuk ke arah jendela sebelum Hyunsoo marah.
"Lagi ngapain dia?" tanya Hyunsoo.
"Gue juga gak tahu, Bang. Dari tadi dia bulak-balik kaya ngintai rumah lo. Pintu depan udah di kunci kan ya?"
Hyunsoo berpikir sejenak sebelum mengangguk pasti. "Harusnya udah dikunci sama bibi."
Disaat mereka fokus memperhatikan orang berbaju serba hitam, tiba-tiba ponsel Hyunsoo berbunyi dan sukses membuat mereka berdua terkejut karena itu.
"Hwi," ucap Hyunsoo setelah melihat nama yang tertera di layar ponsel.
"Lama amat kalian angkat telepon doang," ucap Hwi di sebrang sana setelah Hyunsoo menggeser menjawab panggilan videonya.
"Baru juga beberapa detik, sabar dikit kek," balas Hyunsoo.
Sedangkan Sungjun sudah tertawa melihat Hyunsoo yang terlihat kesal hanya karena hal itu. "Jarak gak bikin kalian akur ya? Hwi-"
Prang!
Ucapan Sungjun seketika terhenti setelah terdengar suara pecahan kaca dari lantai bawah. Keduanya kembali mencari orang berbaju hitam tadi dari jendela, tapi mereka tidak menemukannya.
"Suara apa itu, Jun?" Dari balik panggilan video Hwi bisa mendengar suara itu.
"Kayanya kaca depan pecah lagi deh," ucap Hyunsoo kemudian menyerahkan ponselnya pada Sungjun sebelum akhirnya pergi untuk mengecek.
Sungjun tak ingin Hyunsoo kenapa-napa, jadi ia memilih untuk ikut melihat apa yang terjadi di bawah sana.
Benar dugaan Hyunsoo, kaca yang belum lama diganti kini kembali pecah. Hyunsoo panik buka main melihat itu.
"Jun, pinjem ponsel lo cepet."
Dengan cepat Sungjun meraih ponselnya dari saku lalu menyerahkannya pada Hyunsoo.
Hwi yang masih dalam panggilan video itu sangat Penasaran dengan apa yang sedang terjadi pada kedua temannya. "Ada apa? Kalian baik-baik aja kan?"
Sungjun mengangguk ragu sebelum akhirnya berkata, "Kita baik-baik aja, nanti gue telepon lagi ya, Hwi. Lo hati-hati di sana."
Sebelum Hwi kembali bersuara, Sungjun sudah mengakhiri panggilan video itu secara sepihak.
"Lo gak punya kontak Minsoo ya, Jun?" tanya Hyunsoo.
"Gue gak punya, nih pake punya lo aja, Bang." Sungjun menukar ponsel miliknya dengan milik Hyunsoo.
Selagi Hyunsoo mencoba menghubungi Minsoo, Sungjun memotret bahkan memvideokan pecahan kaca yang berserakan.
"Hati-hati, takut keinjek," peringat Hyunsoo.
Sungjun mengangguk lalu kembali merekam secara detail setiap pecahan yang ada, ia juga menemukan batu yang cukup besar yang letaknya tak jauh dari jendela yang pecah. Setelah mengamati batu itu, Sungjun melihat kembali gerbang rumah Hyunsoo. Ia sedikit tidak yakin jika orang itu melemparnya dari gerbang karena itu cukup jauh.
Mata Sungjun membulat, ia yakin jika pelakunya tahu jalan pintas atau memanjat pagar agar bisa memecahkan kaca itu dengan sempurna. Keberadaan mereka di sana sangat tidak aman. "Bang, kita balik ke kamar lo sekarang." Sungjun menarik tangan Hyunsoo karena kakak kelasnya itu malah diam setelah mendengarkan ucapannya.
Huhu.... Udah tengah malem banget ini, maaf ya tadi aku ketiduran.

KAMU SEDANG MEMBACA
After Big Secret 1990
Hayran KurguBig Secret season2 Mereka hanya menang untuk masa lalu, bukan masa depan