Perasaan bahagia tengah menyelimuti Kyungjun saat ini, ia telah berhasil menggalkan rencana kedua orang tuanya.
Saat ini Kyungjun sudah berada di asrama, ia kembali saat teman-temannya sudah berangkat ke sekolah. Kyungjun sengaja tidak memberitahu mereka, ia berencana membuat kejutan kecil, setidaknya untuk membuat kenangan sebelum waktu yang tersisa ini habis.
"Gue yakin kejutannya gue keluar dari rumah sakit aja kayanya cukup," ucap Kyungjun seraya menatap camilan yang sengaja ia beli sebelum kembali ke asrama.
Meskipun dengan keadaan kaki yang masih terasa sakit, Kyungjun terus mencoba membereskan asrama mereka, ia ingin semuanya bersih sebelum teman-temannya kembali.
Beberapa bulan lagi Kyungjun akan merindukan tempat yang lebih nyaman dari pada rumahnya itu. Kamar itu telah menjadi saksi bisu kala Kyungjun merasa senang, sedih dan takut.
"Apa masih ada kehidupan selanjutnya setelah ini? Kalau ada, gue harap kita bertemu bukan sebagai teman. Tapi sebagai saudara sedarah," ucap Kyungjun seraya menatap nanar foto yang sengaja ia letakan di meja belajarnya.
Kyungjun menghapus jejak air matanya yang sempat menetes. "Gue gak tahu bakal kaya gimana kehidupan gue setelah pergi dari negara ini, mulai ngadepin semuanya sendiri tanpa kalian."
Jika diberi kesempatan untuk membuat waktu terasa lebih lama maka Kyungjun akan mencobanya. Bukan karena ia tidak ingin melihat dunia luar, tapi Kyungjun tidak yakin akan bahagia seperti sekarang meskipun selalu ada rintangan untuk mereka.
Sebentar lagi teman-temannya akan datang, Kyungjun hanya tinggal membereskan meja belajar Hyunsoo yang terlihat lebih berantakan dari biasanya. Kyungjun yakin jika temannya yang satu itu hampir meninggalkan buku pelajaran lalu mengambilnya tergesa-gesa.
Di tengah aktifitasnya itu Kyungjun tak sengaja menemukan sebuah foto berukuran sedang terselip di antara buku-buku milik Hyunsoo. Karena penasaran Kyungjun mengambilnya dan melihat siapa yang berada di dalam foto itu. Awalnya Kyungjun kira itu adalah foto Hyunsoo kecil, namun ternyata ia salah besar. Itu foto mereka, tapi Kyungjun yakin jika mereka tak pernah berfoto dari kejauhan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kyungjun terus mandangi foto itu dan mencoba mengingat kapan foto itu diambil. Dan anehnya hanya Hwi, sisanya tidak sadar akan kamera.
Ceklek.
Suara pintu dibuka membuat Kyungjun dengan cepat menyembunyikan foto itu lalu berbalik menyambut kedatangan lima temannya.
"Hallo," sapa Kyungjun santai.
Keempat temannya cukup terkejut melihat Kyungjun. Namun ia kurang puas pada Sungjun, temannya yang satu itu terlihat biasa saja.
"Kenapa gak bilang?" tanya Taehun.
Kyungjun tersenyum hingga menampakan deretan giginya. "Biar surprise."
"Ter-inspirasi dari gue ya, Kak?" tanya Junhyeok.
"Mungkin. Sebelum ke sini tadi gue beli jajan, noh di meja gue." Kyungjun yang masih duduk di meja belajar Hyunsoo beranjak menghampiri yang lainnya.
"Kaki lo masih sakit, Kak?" Hwi sejak awal terus memperhatikan gerak dari kakak kelasnya itu.
"Sedikit, ini udah jauh lebih baik." Kyungjun tentu senang diperhatikan seperti ini.
"Sini lo duduk di sebelah gue." Hyunsoo menepuk tempat di sebelahnya.
Melihat Hyunsoo, Kyungjun jadi teringat foto tadi. Dari mana Hyunsoo mendapatkannya? Kyungjun tak bisa berhenti memikirkan itu, ia akan bertanya nanti.
Mereka berbincang seperti biasa, tentunya dengan menahan ketiga adik kelas yang seharusnya sudah berada di asramanya.
Candaan kecil yang mereka lontarkan, tetap tak bisa membuat Sungjun melupakan cerita teman sekelasnya tadi siang.
"Sungjun, lo kenapa?" pertanyaan itu datang dari Kyungjun yang terus memperhatikan raut kegelisahan Sungjun.
Jelas semua orang tahu jika Sungjun tengah berbohong. Sejak awal mereka sadar akan perubahan Sungjun, hanya saja mereka pikir Sungjun hanya butuh waktu untuk menceritakan apa yang membuatnya gelisah.
"Siapa sih yang ngajarin lo bohong tapi keliatan gini?" tanya Taehun seraya merangkul pundak Sungjun.
"Lo sendiri yang ngajarin, Bang." Bukan Sungjun yang menjawab melainkan Hwi.
Hyunsoo menghela nafasnya. "Hwi, besok-besok kita catet setiap Taehun bohong."
"Udah, Bang. Jun, cerita gih. Jangan dipendem sendiri," ujar Junhyeok.
Sungjun menatap satu persatu temannya sebelum akhirnya bersuara, "Ternyata selama ini kita dibohongin ... Gue juga baru tahu hari ini. Daeyoon sebenernya bukan bunuh diri tapi dihukum mati."
Masing-masing dari mereka terkejut mendengar hal itu, kecuali Hyunsoo yang memang sudah tahu lebih dulu.
"Dihukum mati? Lo tahu dari mana?" tanya Taehun.
"Gue kira lo tahu, Bang," kata Sungjun.
Taehun menggeleng. "Kalau gue tahu, gak mungkin gue gak cerita ke kalian. Bukannya Haruto bilang Daeyoon bunuh diri?"
"Dan hari ini, Haruto juga yang bilang kalau Daeyoon dihukum mati."
Sempat hening sebelum akhirnya Hyunsoo mengangkat tangan kanannya.
"Gue mau bikin pengakuan," ujarnya.
Kini lima pasang mata tertuju pada laki-laki bermarga Jang itu.
"Gue mohon kalian jangan marah, gue cuma nunggu waktu yang tepat buat cerita."
"Lo, udah tahu ya, Bang?" tanya Junhyeok.
Hyunsoo mengangguk. "Gue tahu pas Kyungjun di rumah sakit. Gue gak sengaja ketemu kak Hyuna sama Minsoo."
Kyungjun menutup mulutnya. "Kenapa mereka gak ngasih tahu kita dari awal? Kalau kaya gini kita malah jadi kaya orang bego."
"Dengerin cerita-"
Ucapan Hyunsoo terpotong oleh Hwi. "Apa Daeyoon gak terima dapetin hukuman itu terus-"
"Dia dihukum mati karena kesalahannya sendiri," ucap Kyungjun penuh penekanan.
Holla! Aku keasikan streaming sampe lupa bikin draf hehe...