"Hun, lo liat dasi gue gak?"
Taehun yang tengah membereskan buku itu berdecak kesal. Selalu saja, temannya yang satu itu lupa menaruh dasi.
"Lo kebiasaan deh, Kak. Gak lo simpen di loker kaya waktu itu kan?" tanya Sungjun yang sudah menunggu untuk berangkat bersama.
"Lo kemarin masukin tas, coba dicek," ucap Taehun.
Apa yang Taehun katakan benar, ia baru mengingatnya sekarang. "Kok lo bisa tahu gue naro dasi di tas sih?"
"Lo masukin tuh dasi di depan gue sama Tae." Hyunsoo yang tengah memakai sepatu ikut bersuara.
Kyungjun hanya mengangguk mengerti, ia segera memakai dasi itu setelah menemukannya.
Sekarang mereka hanya berempat karena Junhyeok dan Hwi sudah berangkat terlebih dulu untuk piket. Sungjun sengaja tidak berangkat bersama dua teman seasramanya itu karena ada suatu hal yang harus ia bicarakan dengan Taehun secepat mungkin.
Keempatnya berangkat seperti biasa, hanya berjalan kaki karena jarak sekolah dan asrama yang dekat. Sepanjang perjalanan Sungjun terus mencoba menarik Taehun agar berada di belakang, tapi selalu gagal hingga membuatnya sedikit kesal.
"Kita sama masa lalu beneran udah selesai 'kan?" tanya Sungjun dengan nada yang sedikit naik.
Sontak ketiganya menoleh pada Sungjun, mereka cukup terkejut mendengar pertanyaan itu.
"Lo 'kan liat sama denger sendiri pas si Daeyoon mati, semuanya udah selesai," jawab Hyunsoo.
"Lo kenapa? Aneh banget pertanyaan lo," tanya Kyungjun.
Sungjun menggeleng, ia sudah tahu jika semuanya sudah berakhir tapi masih ada suatu hal yang mengganjal di hatinya. "Gue bingung aja."
Taehun merangkul bahu Sungjun. "Kita udah gak ada hubungan lagi sama masa lalu. Sekarang kehidupan kita sesungguhnya, tapi gue tahu lo mau cerita sesuatu," bisik Taehun.
🕸🕸🕸
Hwi menatap aneh Jia yang diam saja saat ia menyapu tapi tidak benar, biasanya gadis itu akan memarahinya habis-habiskan.
"Jia, lo sehat?" tanya Hwi.
Jia sama sekali tidak menggubris pertanyaan dari Hwi, ia terus melakukan pekerjaannya.
Tak mendengar jawaban dari Jia, Junhyeok yang tegah membersihkan debu itu ikut melihat Jia dengan pandangan heran.
"Tumben lo Ji, diem aja," ucap Junhyeok, berharap mendapatkan jawaban dari Jia.
Jia yang tengah memegang sapu dengan sengaja menjatuhkannya. "Suka-suka gue, kalian gak berhak ngatur." Setelahnya Jia pergi dari sana.
Tak hanya Junhyeok dan Hwi, dua siswi lainnya ikut memandang kepergian Jia dengan beribu pertanyaan. Jia yang mereka kenal sangat cerewet dan berisik.
"Hwi, gue salah ngomong ya?" tanya Junhyeok.
Hwi menjawabnya dengan gelengan. "Gak ada yang salah dari ucapan kita, dia nya aja yang sensi."
"Hwi, Jia gak pernah kaya gini loh-"
"Udah lanjut bersih-bersih aja, kita pikirin itu nanti," sela Hwi cepat.
Junhyeok akhirnya menuruti apa yang Hwi katakan meski pikirannya terus tertuju pada Jia.
🕸🕸🕸
Selama pelajaran pertama dan kedua Sungjun tak melihat Jia, meja gadis itu kosong hanya ada tasnya di sana.
Sungjun tak sempat bertanya pada Junhyeok maupun Hwi, karena ia datang saat bel masuk berbunyi dan bertepatan dengan datangnya guru.
Sungjun ingin bisa lebih fokus pada pelajaran, tapi jika keadaannya seperti ini ia tidak akan bisa.
"Gue gak bisa mendem semuanya lama-lama," batin Sungjun.
Setelah bel istirahat berbunyi, Sungjun segera membereskan buku lalu menarik Junhyeok dan Hwi untuk pergi ke kelas tiga temannya yang lain.
"Lo ngapain sih tarik-tarik?" tanya Junhyeok. "Gue bisa jalan sendiri," lanjutnya.
"Kenapa sih, Jun?" tanya Hwi.
Sungjun enggan melepaskan tangannya, ia terus menarik tangan dua temannya itu. "Ada yang mesti gue ceritain dan ini penting."
Akhirnya Junhyeok dan Hwi hanya bisa pasrah dengan apa yang Sungjun lakukan pada mereka.
Kyungjun, Taehun dan Hyunsoo bahkan menatap aneh apa yang Sungjun lakukan pada Junhyeok dan Hwi.
Kini keenamnya sudah berada di kantin, mereka kini tengan menunggu Sungjun menceritakan semuanya.
"Nanti gue ceritain tapi kita ngambil makan dulu," ujarnya lalu pergi mendahului.
Sedangkan yang lainnya menatap Sungjun aneh, laki-laki itu yang menyuruh cepat, tapi lihat apa yang ia lakukan sekarang.
"OH SUNGJUN, LO SERIUS GAK SIH?!"
Habis sudah kesabaran Hyunsoo, ia berteriak hingga menjadi perhatian siswa/i lain.
"Co udah, sabar." Bukan Hyunsoo, tapi Kyungjun yang merasa malu sekarang.
Tidak ada pilihan lain, mereka akhirnya menyusul Sungjun dan berkumpul kembali di meja yang sama.
Kyungjun yang duduk di sebelah Sungjun dengan sengaja menyenggol lengan laki-laki bermarga Oh itu agar segera menceritakan apa yang ingin diceritakan.
Sungjun mengerti, tapi tatapan Hyunsoo benar-benar membuatnya merinding. "Iya gye cerita, tapi Bang Unco bisa gak gak usah gitu banget natap gue nya."
"Nama gue Hyunsoo, bukan Unco," bantah sang pemikik nama.
"Udahlah, Soo. Udah melekat, susah diilangin," ucap Taehun. "Udah, Jun. Cepet cerita nanti keburu bel masuk lagi," lanjutnya.
"Di asrama aja ya."
"Emang kalau sekarang kenapa? Lo yang ngebut pengen cepet ke kantin, malah diundur. Oh gue tahu, gibah ya?" tanya Hyunsoo memelan diakhir.
Karena tidak ingin mendapatkan tatapan tajam lagi, Sungjun terpaksa tersenyum dan mengangguk.
"Oke, gue bisa nunggu buat yang satu itu."
"Sejak kapan lo suka gibah, Bang?" tanya Hwi.
Hyunsoo menggeleng. "Kata siapa gue suka gibah? Kan gak penting makanya gue bisa nunggu."
"Bukannya lo bilang sesuatu yang penting?" bisik Junhyeok dibalas anggukan oleh Sungjun.
Nah, loh. Sungjun kira-kira mau ceritain apa ya?

KAMU SEDANG MEMBACA
After Big Secret 1990
Hayran KurguBig Secret season2 Mereka hanya menang untuk masa lalu, bukan masa depan