TIGA PULUH SATU

23 3 5
                                    

Pagi ini mereka berangkat seperti biasa, berjalan kaki diiringi percakapan kecil.

Hari ini mereka melihat Sungjun yang lebih ceria dari biasanya. Soal kabar ibu Sungjun yang meminta maaf, Taehun juga sudah mengetahuinya, ia ikut senang mendengar itu.

Perbincangan mereka seketika terhenti saat memasuki area sekolah yang terlihat jauh lebih ramai dari biasanya. Para siswa berkumpul, seperti tengah mendapatkan kabar hangat.

"Kenapa hawanya asing gini ya?" tanya Hyunsoo.

Masing-masing dari mereka menyetujui hal itu, tapi mereka tak begutu peduli hingga saat sampai di kelas masing-masing baru lah mereka merasa penasaran.

"Ini, kalian lagi ngomongin apa sih? Gue lihat-lihat dari awal masuk gerbang pada ngerumpi semua," tanya Hwi pada siswi yang tengah berkerumun.

"Ngerumpi apanya? Kita kita tuh lagi ngerencanain buat jenguk Jia," jawab salah satu siswi.

Karena penasaran, Junhyeok dan Sungjun yang mendengar percakapan Hwi dan teman sekelas mereka, akhirnya ikut bergabung.

"Jia kenapa? Sakit dia?" tanya Junhyeok.

Tiga siswi yang tengah berkumpul itu saling pandang satu sama lain. "Kalian belum tahu ya? Jia kecelakaan mobil kemarin pagi dan keadaannya cukup parah."

Sungjun terkejut bukan main mendengar hal itu, kecekalaan mobil? Ia segera berlari ke luar untuk pergi ke kelas Taehun.

Sedangkan Hwi dan Junhyeok masih berada di sana. Mereka berdua sama terkejutnya.

"Kalian tahu dari mana?" tanya Hwi yang masih tak percaya.

"Di grup kelas sama angkatan udah ada informasinya, Hwi. Katanya mobil yang ditumpangi Jia tabrakan lawan arah, dari informasi yang kita dapet supirnya bahkan gak selamat."

Junhyeok menepuk bahu Hwi sebelum akhirnya menarik Hwi untuk duduk di kursinya setelah mengucapkan terima kasih terlebih dulu pada tiga siswi teman sekelas mereka itu.

"Jun, apa ini ada hubungannya sama mimpi Sungjun juga bang Tae? Dua mobil bertabrakan dari lawan arah," kata Hwi.

"Terus mimpi Sungjun yang kemain-kemarin? Korbannya bukan Jia, atau itu cuma mimpi biasa?"

🕸🕸🕸

Taehun, Kyungjun juga Hyunsoo yang mendengar kabar buruk itu sama terkejutnya. Doyoung langsung menghampiri mereka dan memberitahu apa yang telah terjadi pada Jia.

Mereka sama-sama tak percaya kenyataan ini terlebih setelah melihat foto mobil yang ditumpangi Jia. Berwarna hitam, persis seperti di mimpi Taehun.

"Bang!" Sungjun yang baru saja datang berteriak tanpa mempedulikan sedang berada di mana ia sekarang.

Kyungjun menaruh jari telunjuknya di depan bibir, mengisyaratkan agar Sungjun tak lagi berteriak lalu melambai agar Sungjun duduk di samping dirinya juga Taehun.

Sungjun mengerti dan langsung menuruti perintah Kyungjun.

"Jun, persis kaya di mimpi kita," kata Taehun seraya menyerahkan ponsel berisi foto mobil yang ditumpangi Jia.

"Mimpi? Kalian mimpiin hal yang belum terjadi lagi?" tanya Doyoung diangguki keduanya.

"Udah gue bilang, korbannya bukan salah satu dari kita," ujar Hyunsoo.

"Tapi baru-baru ini gue mimpi kalau korbannya itu Bang Tae, Bang," kata Sungjun.

Mereka serentak terdiam setelah ucapan Sungjun.

"Apa karena lo sama Jia ada hubungan, Hun?" tanya Doyoung.

Kyungjun menggeleng mendengar pertanyaan Doyoung, ini menjadi hal sensitif bagi Taehun, Kyungjun tak mau ada keributan karena hal ini. "Kita gak bisa terus-terusan kaitin masa lalu sama sekarang, Doy."

Taehun tak mendengarkan percakapan Kyungjun dan Doyoung, ia terus mengamati foto mobil itu hingga ia teringat sesuatu. "Mobil ini ..." Taehun menjeda ucapannya, hingga tiga pasang mata kini terfokus padanya. "Mobil yang hampir gue tumpangin kemarin. Iya bener, gue inget persis."

"Maksud lo?" tanya Kyungjun.

"Gue kemarin gak sengaja ketemu Jia pas ngambil roti pesenan Mama, dan gue berhentiin satu taksi buat gue balik ke asrama, tapi Jia malah masuk ngedahuluin gue," jelas Taehun.

"Bang, apa semua ini ada yang ngerencanain? Di mimpi gue korbannya itu lo, dan lo juga hampir naik mobil itu yang kemungkinan mobil itu disiapin buat lo, cuma keduluan Jia aja," kata Sungjun, mengungkapkan semua yang ada di benaknya.

Mereka terkejut dengan pola pikir Sungjun, tapi apa yang Sungjun katakan memang cukup masuk di akal.

"Tapi siapa yang ngerencanain ini? Gak ada orang yang bisa kita curigai," ujar Doyoung.

"Ini cuma kemungkinan kecil, kemungkinan besarnya semua ini murni kecelakaan," kata Kyungjun yang tak ingin teman-temannya terus berpikiran negatif.

Taehun menggeleng. "Menurut gue, apa yang Sungjun bilang itu kemungkinan besarnya, Jun."

Hyunsoo mengacak-acak rambutnya prustasi, memikirkan semua ini membuat kepalanya sakit. "Udah deh, jangan bahas ini dulu. Sungjun, lo balik ke kelas lo, bentar lagi bel."

Sungjun menghela nafasnya dan mengangguk lalu pergi dari sana. Laki-laki itu akan susah untuk fokus hari ini.

🕸🕸🕸

Makan siang kali ini tak berjalan mulus, empat dari enam anak laki-laki itu mendadak kehilangan selera makan. Empat orang itu adalah Kyungjun, Hyunsoo, Junhyeok dan Hwi.

Taehun dan Sungjun tentu geram melihat teman-temannya yang tampak memainkan makanan.

"Kalian tuh ya, makan yang bener. Ngapain diaduk-aduk? Gak baik mainin makanan," kata Taehun.

"Gue gak selera, Hun," ucap Kyungjun.

"Gue juga," sahut Hyunsoo dan Junhyeok bersamaan.

"Lo, Hwi? Gak selera juga?" kali ini Sungjun yang bertanya.

Hwi menggeleng, jujur saja ia masih memikirkan keadaan Jia dan memikirkan cerita Sungjun pagi tadi, setelah kembali dari kelas Taehun. "Kalau gue udah kenyang," jawabnya, yang jelas-jelas berbohong.

"Jujur aja, Hwi. Lo masih mikirin soal Jia 'kan?"













Huhu... Udah bab 31 aja, agak gak kerasa ya? Tapi diinget-inget udah lumayan lama juga.

After Big Secret 1990Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang