SEPULUH

28 3 6
                                        

"Kita ke rumah sakit aja, ya? Kayanya kaki lo kekilir."

Entah sudah bujukan keberapa kali, Kyungjun tetap menolaknya. Hyunsoo sebenarnya sudah sangat lelah membujuk teman seasramanya itu.

Kyungjun, remaja laki-laki itu terpeleset di kamar mandi tak lama setelah Taehun pergi. Ia tadinya akan merahasiakan ini dari teman-temannya, namun niatnya gagal karena kakinya terasa sakit dan berakhir berteriak meminta bantuan dari Hyunsoo.

"Jun, kaki lo ini-"

"Tunggu Taehun dulu," sela Kyungjun cepat. Entah mengapa ia tidak ingin pergi ke rumah sakit tanpa ada temannya yang satu itu di asrama.

Hyunsoo menghela nafasnya kesal. "Oke, kita tunggu dia dulu. Padahal lo bisa ke rumah sakit tanpa Taehun, Jun. Ada gue kok yang jagain lo."

Kyungjun menggeleng, ia mengerti maksud dari ucapan Hyunsoo. "Bukan buat gue, tapi buat mereka."

Bertepatan dengan itu, ketiga adik kelasnya datang tanpa ketukan pintu drngan wajah panik.

"Kak, lo gak papa 'kan?" tanya Junhyeok.

"Mana yang sakit, Kak?" Meskipun terkadang jahil, Hwi tetap khawatir pada kakak kelas sekaligus temannya itu.

Berbeda dengan Junhyeok dan Hwi, Sungjun masih terdiam di ambang pintu. Ia masih memikirkan maksud dari perasaannya, ia sangat khawatir pada Taehun tapi mengapa malah Kyungjun yang ternyata terluka.

"Gue gak papa, kok," balas Kyungjun meskipun ucapannya saat ini tak sejalan dengan apa yang ia rasakan.

"Kita ke rumah sakit aja, Kak," ucap Sungjun setelah beberapa saat terdiam.

Pada akhirnya Kyungjun mengangguk. Namun hal itu justru membuat Hyunsoo mencebik kesal.

"Kenapa gak dari tadi sih?!"

🕸🕸🕸

Taehun benar-benar tergesa dalam perjalanannya. Setelah bertemu dengan Jia, ia hendak pergi menenangkan diri dan pulang ke rumah hanyalah alibi. Namun saat dirinya telah sampai Hyunsoo menghubunginya dan memberikan kabar bahwa Kyungjun terjatuh. Saat itu pula Taehun langsung berbalik dan pulang ke asrama dengan perasaan khawatir.

Sepanjang perjalanan Taehun sadar jika ponselnya terus berdering. Taehun ingin melihat siapa yang menghubunginya, namun ia takut mendapatkan kabar yang lebih buruk.

Taehun berlari untuk sampai di asramanya, namun saat ia membuka pintu hanya ada keheningan yang menyambutnya.

"Apa keadaan Kyungjun separah itu?"

Taehun meronggoh ponselnya lalu melihat siapa saja yang menghubunginya selain Hyunsoo. Seketika Taehun menutup mulutnya melihat seberapa banyak panggilan masuk dari Junhyeok, Hwi juga Sungjun.

"Bang!"

Taehun terperanjat kala ada yang memanghil namanya dari belakang, saat ia memoleh ada Hwi dan Sungjun.

"Kak Kyungjun dibawa ke rumah sakit, Bang," ujar Hwi sebelum Taehun mempertanyakan keberadaan laki-laki bermarga Woo itu.

"Kalau gitu ayo kita susul." Taehun hendak pergi, namun Sungjun sudah merentangkan tangannya, menghadang Taehun.

"Besok aja ya, Bang," ucap Sungjun.

Taehun menggeleng. "Tapi Kyungjun-"

"Ada bang Unco sama Junhyeok, lo gak percaya sama mereka?" Pertanyaan sarkas itu datang dari Hwi.

"Maksud lo apa, Hwi? Lo gak bisa bedain yang mana khawatir sama gak percaya? Gue khawatir Hwi, bukan gak percaya!" Taehun tak habis pikir dengan pertanyaan yang Hwi lontarkan padanya.

Sungjun mengusap wajahnya kasar, ia masih sangat bingung dengan perasaannya dan dua orang di hadapannya malah menambah pikirannya.

"Kalian bisa stop gak?!" Setelah mengatakan itu, Sungjun jatuh terduduk seraya memegangi kepalanya.

Taehun dan Hwi tentu panik melihat Sungjun yang tiba-tiba seperti ini.

"Jun, lo kenapa?" tanya Taehun seraya merangkul Sungjun.

"Jun, duduk dulu di sana." Hwi membantu Sungjun berdiri dan memapahnya untuk duduk di kasur milik Taehun.

Sepuluh menit sudah berlalu tapi Sungjun masih saja terdiam dan terus memegangi kepalanya yang kini berdenyut sakit. Taehun dan Hwi hanya bisa saling pandang, mereka tak mengerti mengapa Sungjun bisa seperti ini.

"Kepala lo sakit? Apa perlu kita ke rumah sakit buat periksa? Atau panggil dokternya aja?" tanya Taehun dibalas gelengan oleh Sungjun.

"Lo sebenernya kenapa, Jun?" Hwi ikut bertanya.

"Pikiran gue lagi kacau, perasaan gue juga gak karuan. Tapi kalian malah berantem di depan gue! Kepala gue rasanya mau pecah tahu gak!"

"Kita gak betantem, Jun. Cuma-"

"Gue tahu pertanyaan Hwi nyakitin hati lo!" sela Sungjun. "Tapi lo harus inget kalau lo itu keras kepala, kalau gak digituin gimana caranya lo bakal nurut sama kita?" Sungjun menunduk, tangannya beralih meraih tangan Taehun dan Hwi. "Maafin ucapan gue, Bang. Sekarang kalian juga harus baikan, masalah ke rumah sakit kita susul besok aja," lanjutnya.

Pada akhirnya Taehun dan Hwi saling berjabat tangan, meskipun rasa kesal itu masih ada.

🕸🕸🕸

Malam ini Taehun terpaksa tidur di asrama ketiga adik kelasnya atas paksaan dari Hwi dan Sungjun.

Sekarang sudah pukul dua pagi, namun Taehun masih enggan menutup matanya. Entah mengapa ia malah memikirkan apa yang Jia maksud padanya.

"Pembunuh? Maksud dia sebenernya apa sih?" batin Taehun.

"Kenapa lo belum tidur, Bang?"

Taehun terperanjat kala ada seseorang yang kini duduk di sampinya entah sejak kapan.

"Bangke, lo ngagetin gue!"

Hwi terkekeh pelan, ia tahu jika Taehun tengah melamun dan sengaja ingin membuatnya terkejut. "Lo sih ngelamun. Oh iya, Bang. Maafin gue ya? Gue gak bermaksud, gue cuma khawatir sama keadaan lo. Bulak-balik rumah-asrama itu cape, apalagi rumah lo. Jauh."

Taehun mengangguk. "Iya gue maafin."

"Lo harus tahu Bang, gimana Sungjun pas lo gak angkat telepon," ucap Hwi seraya memandang Sungjun yang tengah tertidur pulas itu.

"Se-khawatir itu ya dia sama gue?"

Hwi mengangguk. "Awalnya dia bilang perasaannya gak enak, terus dia telepon lo tapi gak dijawab sama lo, dia minta bantuan Junhyeok buat telponin lo, gue juga akhirnya ikut bantuin Sungjun."

"Maafin gue gak jawab telepon dari kalian."

"Gak papa, yang penting lo baik-baik aja."














Maapin lagi buntu.
TNX BAKAL LIRIS DIGITAL SINGLE TANGGAL 20 YEY!

After Big Secret 1990Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang