Hujan sudah reda hanya menyisakan mendungnya di langit yang sebentar lagi menuju senja. Fadly dan Rafa sudah tiba di rumah sakit, mereka segera berlari untuk menemui Tante Nada dan Shila, mereka mencari Tante Nada dan Shila di ruangan yang ditempati Oma tapi ruangan itu sudah kosong hanya menyisakan kehampaan akan kepergiaan Oma yang tidak pernah tersirat sedikitpun di pikiran mereka, Rafa megeluarkan Hpnya dan menelepon Shila untuk menanyakan keberadaannya.
"Shil, lo dimana? Gue sama Fadly udah di rumah sakit," tanya Rafa yang khawatir dengan keadaan Shila.
"Gue lagi di taman sendirian, Tante Nada sama Om Fabio lagi ngurus administrasi rumah sakit," jawab Shila memberitahu keberadaannya.
Fadly dan Rafa bergegas menemui Shila, terlihat Shila sedang duduk di kursi taman yang basah dengan tatapannya yang kosong dan air mata yang terus mengalir, Rafa dan Fadly langsung duduk di samping Shila memberikan ruang untuk Shila mengungkapkan segala kesedihannya.
"Gue ga pernah nyangka, Tuhan akan secepat ini ambil Oma dari hidup gue, dari bayi seharipun gue ga pernah jauh dari Oma tapi sekarang gue harus merelakan Oma untuk pergi selamanya," ujar Shila dengan suara yang bergetar.
Rafa merebahkan kepala Shila di pundaknya, Fadly memberikan Shila sebotol air mineral agar perasaannya lebih tenang, mereka menabahkan Shila dan mencoba memberikan Shila kekuatan agar Shila mampu menerima kenyataan dan tidak berlarut-larut dalam kesedihan.
"Kamu sudah liat Oma?" tanya Fadly pada Shila
"Belum, Oma masih ada di kamar jenazah, masih dalam proses di kafani," jawab Shila dengan suara pelan tapi sudah berhenti menangis.
"Kapan rencana pemakamannya Shil?" tanya Fadly lagi sementara Rafa belum mau bertanya apapun dan masih berusaha menenangkan Shila yang saat ini sedang bersandar di pundaknya.
"Kemungkinan besok, masih nunggu keluarga yang lain," jawab Shila singkat.
Tante Nada dan Om Fabio yang melihat Shila dan teman-temannya sedang berada di taman berjalan menghampiri mereka untuk mengajak Shila menemui Oma terakhir kalinya di ruang jenazah sebelum dikafani. Rafa dan Fadly mengikuti dari belakang dan memilih untuk menunggu di luar ruangan. Dari luar ruangan terdengar tangis Tante Nada dan Shila yang langsung pecah begitu melihat Oma, suasana hening seketika, terasa begitu pilu menyayat hati ketika menyaksikan kepergian orang yang paling berarti di dalam hidup Shila, kejadian ini membuat Fadly dan Rafa sadar untuk lebih menghargai keberadaan orang lain dan membahagiakannya ketika masih ada di alam dunia karena jika orang yang kita sayangi sudah dipanggil oleh sang pencipta maka berakhirlah kenangan di dunia.
Dari jauh, terlihat Dion sedang berjalan ke arah Fadly dan Rafa, Rafa yang melihat Dion datang sendirian menanyakan keberadaan Tara.
"Tara dimana?" tanya Rafa mencari sosok Tara yang tidak dilihatnya.
"Lagi perjalanan ke rumah sakit," jawab Dion singkat.
"Kenapa tidak bareng sama kamu?" tanya Fadly bergiliran.
Dion tidak menjawab pertanyaan Fadly dan lebih milih untuk diam, Fadly dan Rafa lebih memilih untuk tidak bertanya lebih jauh karena melihat raut wajah wajah Dion yang tidak seperti biasa meski menyimpan rasa khawatir tentang keberadaan Tara saat ini.
Pintu kamar jenazah terbuka, tampak Om Fabio, Tante Nada dan Shila keluar dari ruangan itu, mata mereka terlihat sembab karena terlalu sulit membendung air mata, Shila kembali menangis setelah melihat Oma di kamar jenazah yang kini bajunya telah berganti dengan baju terakhirnya yaitu kain kafan, Shila masih histeris dan tengah berpelukan dengan Tante Nada sedangkan Rafa dan Om Fabio langsung mempersiapkan mobil ambulan untuk membawa jenazah Oma pulang ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembur Kuntilanak
HorreurRasa penasaran kadang menjerumuskan kita pada suatu hal yang tidak terduga, begitu juga dengan apa yang dialami oleh Ashila, Dion, Fadly, Rafa dan juga Tara, mereka tidak sengaja masuk ke dalam sebuah desa yang sudah lama ditinggal oleh penghuninya...