Salsa menutup pintu ruangan kerja ronald dengan cukup keras."Kalo kangen ngomong aja, gak perlu cari masalah kayak gini"
Ucapan ronald tadi, kini terus berputar-putar dikepalanya. Salsa merasa kesal karena kenyataannya apa yang ronald katakan padanya memang benar.
Salsa memang merindukan ronald. Sangat merindukannya. Maka tanpa membalas ucapan ronald tadi, salsa buru-buru keluar dari ruangan kerja pria itu.
Salsa segera melangkahkan kakinya ke arah luar kantor, ia harus segera pulang untuk menjernihkan segala pikirannya. Juga mengistirahatkan tubuhnya yang sangat terasa lelah. Bukan lelah karena ia mempunyai banyak pekerjaan. Tapi lelah karena rasanya energinya terkuras habis saat berhadapan dengan ronald.
Diluar sedang turun hujan, bahkan sudah dari sejam hujan turun dan belum terlihat mereda. Salsa mengecek handphonenya, ia berniat untuk menelepon seseorang, namun gerakannya terhenti saat ia melihat siluet seseorang yang sedang menggunakan payung sedang berjalan ke arahnya.
Salsa menyunggingkan senyumnya saat melihat seseorang itu kini sudah berada di hadapannya, dengan wajah yang ditekuk.
"Manja! Pake acara minta dijemput segala" keluh seorang pria yang masih memakai setelan kerjanya itu.
Salsa terkekeh pelan "Gue gak bawa payung dim, lo tega liat gue ujan-ujanan ?”
“Lo pikir gue juga bawa payung ? cuman karena lo nih gue ampe minjem payung punya security di kantor gue” misuh dimas dan salsa tertawa pelan. Dimas semakin mendekat dan mengarahkan payungnya ke depan agar salsa dapat segera menghampirinya.
"Nanti gue traktir sate depan komplek deh" ucap salsa setelah ia berada di dibawah payung yang dimas bawa
“Itu mulu perasaan, yang lain lah yang mahalan. Effort dikit gitu kalau mau traktir gue. Pelit amat”
Salsa semakin merapatkan tubuhnya ke arah dimas saat bahunya terkena cipratan air hujan “Lo jadi cowok matre amat, iya-iya nanti kalo gaji gue udah turun, gue traktir lo makanan yang mahal”
“Demi kesejahteraan perut gue, gue gak apa-apa dicap cowok matre sama lo” selanjutnya keduanya berjalan Bersama diantara rintikan hujan yang turun, dengan tawa dari keduanya yang tak luntur selama perjalanan mereka pulang.
Dan tanpa keduanya tahu, di lantai atas Gedung Hyflux grup, ada seorang pria yang melihat keakraban dimas dan salsa di balik jendela ruang kerjanya. Dengan kedua tangan yang mengepal dengan sangat kuat.
*****
Salsa terus saja menutup mulutnya karena terus menguap. Matanya kini sedikit berair karena menahan kantuk. Entah kenapa siang ini ia sangat merasa sangat mengantuk. Sehingga kini ia memilih berjalan ke arah pantry untuk membuat kopi.
Saat tiba di pantry salsa dapat melihat radit yang sedang berada di depan coffee maker. Pria itu menyadari kehadiran salsa dan tersenyum sangat sumringah ke arahnya.
“Sal mau bikin kopi juga ?” tanya radit saat salsa kini berdiri di sebelahnya.
“Iya nih, gue gak tau kenapa hari ini ngantuk banget” radit tersenyum mendengar jawaban salsa. “Sekalian gue bikinin yah” tawar radit dan salsa menganggukan kepalanya singkat.
“Gulanya…”
“Gulanya se sendok dan pake creamer kan ? gue udah hapal sal” potong radit dan membuat salsa menyunggingkan senyumnya lembut.
“Gimana jadi sekretaris direktur sal ?” tanya radit disela tangannya yang sedang sibuk membuat kopi.
“Ya gitu aja dit, gue masih mencoba beradaptasi dengan beban kerja yang baru”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer - [End]
Teen Fiction- Sequel of Samely - Bisa membaca cerita samely terlebih dahulu RONALD AXELIO DALMENDRA Dimata kedua orangtuanya ronald adalah anak yang sangat manis dan penurut, selain dia punya wajah yang sangat tampan dia juga pintar. Terbukti ia menjadi asisten...