Setelah prash dan ronald membahas tentang revisian skripsi milik prash. Prash baru saja kembali pulang setelah hampir 3 jam berkutat di depan laptopnya dengan ronald disampingnya.
Salsa yang sedang terduduk di sofa panjang ruang tamunya melihat ronald dari ujung matanya sedang berjalan ke arahnya. Ia menjatuhkan tubuhnya di sebelah salsa.
"Sal lo mah gak pengertian banget, gue kan sering tidur disini. Kenapa gak pernah nyediain bantal buat gue sih ?" Gerutu ronald. Salsa hanya melirik sekilas ke arah ronald, dan kembali fokus terhadap handphone yang berada di tangannya. Sama sekali tak merespon keluhan ronald terhadapnya.
Sedetik kemudian salsa benar-benar tersentak kaget saat kepala ronald kini tertidur diatas pahanya. Salsa melotot dengan sempurna ke arah ronald.
"Lo ngapain ron" tanya salsa dengan raut wajah yang masih terlihat kaget.
"Gue mau tidur" balasnya santai, bahkan kini mata ronald mulai terpejam. Seakan apa yang ia lakukan kini bukanlah hal yang aneh.
"Kenapa tidur di atas paha gue"
"Lo gak pernah kasih gue bantal"
"Kan ada bantal sofa"
"Gak enak"
"Awas ron! bangun, jangan tidur di paha gue" salsa mencoba menggerakan pahanya agar kepala ronald menjauh.
"Udah diem, 10 menit aja" dan terlihat ronald sudah benar-benar memejamkan matanya. Salsa kini hanya terdiam dengan melihat wajah ronald yang nampak tenang. Sepertinya pria itu sudah benar-benar terlelap.
Salsa tak habis pikir dengan kelakuan ronald yang semakin hari semakin aneh baginya. Kalau orang lain melihat posisi mereka sekarang pasti mereka akan berpikir ronald dan salsa adalah sepasang kekasih. Posisi mereka sekarang terlalu aneh bila hanya disebut sebagai teman.
Namun yang salsa tak tahu, ronald masih terjaga dan ia merasakan sentuhan lembut tangan salsa pada rambutnya.
*****
"Jangan ngaco! Kan udah gue ajarin bukan kayak gitu cara ngerjainnya" ucap ronald yang terdengar begitu galak bagi salsa.
Ronald kini sedang memperhatikan salsa yang mengerjakan soal-soal statistika yang diberikan oleh ronald. Besok salsa sudah memasuki jadwal UAS, jadi malam ini adalah kesempatan terakhir salsa untuk belajar mata kuliah statistika agar tak mengulangi lagi mata kuliah tersebut.
Dengan mulut cemberut ia menghapus jawaban sebelumnya dan mencoba kembali mengerjakan dengan jawaban yang baru.
"sal demi tuhan yah, gue gak ada ngajarin lo dengan cara kayak gitu. Lo keliatan banget ngarangnya" ronald kembali memarahi salsa
"terus gimana dong gue gak ngerti"
"belum sejam yang lalu gue ngajarin lo sal, lo udah ga inget ? atau emang dari tadi gak dengerin apa yang gue bilang ? terus buat apa gue ngomong sampe bibir gue berbusa ngejelasin ke lo ?"
Salsa semakin memajukan bibirnya, ia mendengarkan apa yang ronald tadi jelaskan, tapi ia lupa kembali dan ia masih tak mengerti.
"ayo cepet kerjain lagi" dengan tangan yang lemas salsa kembali menggerakan tangannya di lembar jawaban miliknya.
"ya tuhan bebal banget yah otak lo" ucapan ronal dengan nada kesal membuat salsa ikut merasa kesal. Ia menaruh bolpoin di atas meja dengan keras dan ia langsung beranjak berdiri dari duduknya.
Kepala ronald mendongak saat melihat salsa yang tiba-tiba berdiri "lo mau kemana ?"
"gue males di ajarin sama lo, dari tadi lo marah-marah mulu. Gimana otak gue mau ngerti sama yang lo ajarin kalo lo ngajarinnya pake urat mulu" salsa sudah hendak melangkahkan kakinya namun cekalan di lengannya membuat ia terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer - [End]
Teen Fiction- Sequel of Samely - Bisa membaca cerita samely terlebih dahulu RONALD AXELIO DALMENDRA Dimata kedua orangtuanya ronald adalah anak yang sangat manis dan penurut, selain dia punya wajah yang sangat tampan dia juga pintar. Terbukti ia menjadi asisten...